Site icon SumutPos

Siapa Sih yang Mau Berwisata ke Lokasi yang Susah Dijangkau?

Foto: Padang Ekspres/JPG Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).
Foto: Padang Ekspres/JPG
Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT Semen Padang, Ampri Setyawan, didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis, menerima cindera mata dari Ketua Forum Pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera, usai menjadi pemateri dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5).

Persoalan mendasar objek wisata di Sumatera Barat, bahkan di Indonesia, adalah buruknya infrastruktur. Pesona alamnya belum dibarengi kemudahan akses menuju lokasi wisata. Bukan saja akses jalan, tapi juga keberadaan air bersih dan toilet di lokasi wisata.

—————————–
Ganda Cipta—Padang
—————————–

KOMITMEN pemerintah daerah membangun industri pariwisata, belum terlihat dari wajah objek-objek wisata di seantero Nusantara. Lokasi wisata identik dengan jalannya yang kecil, minim air bersih dan toilet, lokasinya yang tersuruk.

Gambaran minor tentang objek wisata itu nyaris terjadi di semua daerah. Tak hanya di Sumbar, tapi juga di Sumatera Utara, Riau, Aceh, Kepulauan Riau dan provinsi lainnya di Sumatera.

Inilah tantangan sekaligus peluang yang sedianya digarap PT Semen Padang. Di tengah komitmen pemerintah membangun infrastruktur daerah tujuan wisata hingga lima tahun ke depan, perusahaan semen tertua di Indonesia ini siap mengambil peran.

Dalam diskusi Forum Pemimpin Redaksi (Pemred) Riau Pos Group se-Sumatera bersama manajemen PT Semen Padang di Grand Inna Muara Padang, Jumat (13/5), tidak dinafikan bila sebagian besar objek wisata di Sumatera belum didukung kondisi infrastruktur yang memadai.

Diskusi itu dihadiri Kepala Departemen Komunikasi dan Sarana Umum PT SP, Ampri Setyawan didampingi Kepala Biro Humas, Iskandar Lubis. Para pemred Jawa Pos Group wilayah Sumatera tidak menampik bila masih rendahnya itikad dan kemauan politik kepala daerah fokus membangun industri pariwisata.

Mujur, komitmen kuat kini datang dari Kementerian Pariwisata. Saat ini, kementerian yang dipimpin Arief Yahya itu, jor-joran menggelontorkan anggaran ke daerah untuk membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) di daerah-daerah wisata.

“Sayangnya, komitmen Kemenpar terkadang terhambat oleh kinerja pemda yang lamban membebaskan lahan. Akibatnya, pembangunan infrastruktur pariwisata cenderung lamban,” kata Pemred Riau Pos, Asmawi.

Ampri Setyawan menyatakan PT SP siap bergandeng tangan dengan pemda di Sumatera untuk mengembangkan infrastruktur objek wisata unggulan di daerah masing-masing. “Program pemerintah yang tahun ini gencar membangun infrastruktur di Sumatera, bagaimanapun menjadi tantangan bagi kami. Sebagai BUMN, Semen Padang harus mengambil peran lebih,” kata Ampri.

Sebagai penguasa pasar Sumatera, Ampri mengakui PT SP memiliki tanggung jawab moral turut membangun infrastruktur pariwisata di wilayah pasarnya. “Ini juga menjadi tanggung jawab media agar terus mendorong pemda masing-masing membangun infrastuktur pariwisatanya,” tambah Iskandar Lubis dalam diskusi yang dipandu Pemred Padang Ekspres Nashrian Bahzein.

Iskandar Lubis mencontohkan Malaysia yang konsisten menjadikan pariwisata sebagai sektor primadona. Seluruh objek wisata di Malaysia, mudah diakses dan nyaman dikunjungi karena didukung infrastruktur yang memadai.

“Sebut saja di Ipoh. Hanya dua jam perjalanan darat dari Kuala Lumpur International Airport, kita sudah sampai di lokasi wisatanya. Kalau sudah begitu, tentu wisatawan aman dan nyaman berkunjung ke situ. Bayangkan, menuju lokasi wisata bisa melewati jalan tol. Makanya saya berani mengizinkan anak saya yang masih SMA pergi sendiri ke Ipoh,” tutur Iskandar.

Bandingkan dengan Indonesia, khususnya di Sumatera, yang memiliki destinasi wisata jauh lebih banyak dan lebih baik dari Malaysia. Sebagian besar masih terkendala infrastruktur.

“Saya ragu para orangtua di Malaysia mengizinkan anak-anaknya berwisata sendirian ke Sumatera. Persoalannya sederhana. Indonesia, khususnya Sumatera tidak memiliki infrastruktur seperti di Malaysia, bisa memudahkan wisatawan sampai pada suatu tempat secara aman,” ujarnya.

Soal infrastruktur yang kurang maksimal di Sumatera itu, dia contohkan jalan dari Padang menuju salah satu objek wisata terkenal di Indonesia, Danau Toba. Via Padangsidempuan dan Sibolga yang merupakan jalan lintas Sumatera, mobil sulit berselisih karena sempit.

“Sudahlan jalan sempit, sesampai di lokasi wisata tidak ada pula toilet atau tempat ganti baju. Coba kalau keindahan alam atau kekayaan wisata di negeri ini didukung infrastuktur yang bagus, tentu bisa dinikmati siapa pun dengan mudah dan murah. Siapa sih yang mau berwisata ke lokasi yang susah dijangkau?” ucapnya.

Berkembangnya sektor pariwisata erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Inilah yang membuat Malaysia pernah ditempatkan sebagai destinasi kedua terbaik di Asia dan mengalahkan Indonesia.

“Sebenarnya, semua ini sudah diketahui sejak lama. Ibarat perang, persoalan yang terlebih dahulu diamankan adalah jalur logistiknya. Dalam pembangunan sektor pariwisata, perlu dimantapkan pembangunan infrastrukturnya,” jelas Iskandar.

Untuk memantapkan pembangunan infrastruktur tersebut, dibutuhkan komitmen dan sinergi berbagai pihak. Baik masyarakatnya, pemerintah, BUMN, swasta maupun media. “PT Semen Padang memiliki komitmen bersinergi dalam pembangunan infrastruktur tersebut,” tegas Ampri.

Komitmen PT SP itu tertuang dalam poin kelima dari misi perusahaan. Yakni, meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan dan memberikan yang terbaik kepada stakeholders. “Dalam hal ini, bagi kami profit, planet, dan people harus tumbuh bersama,” ujarnya.

Untuk mendukung pembangunan infrastruktur di Sumatera tahun ini, PT SP memiliki kapasitas produksi 10,4 juta ton. Dengan kualitasnya yang telah teruji, PT Semen Padang siap bersaing dengan produk-produk dari perusahaan lainnya.

Dengan kapasitas produksi sebesar 10,4 juta ton, saat ini PT Semen Padang menghasilkan empat jenis produk. Yakni, semen oortland jenis I, II, III, dan IV. Lalu ada oil well cement (OWC), portland composite cement, dan portland pozzolan cement.

Dalam lima tahun terakhir, Semen Padang selalu meninggkatkan produksinya. Pada 2011 produksinya mencapai 6.151.000 ton dengan total penjualan 6.211.000 ton. Setahun kemudian, produksinya meningkat jadi 6.552.000 dengan total penjualan 6.841.000 ton. Pada 2013, produksinya naik jadi 6.613.000 ton dengan total penjualan 7.303.000. Lalu pada 2014 produksinya sebesar 6.671.000 ton dengan total penjualan 7.202.000 ton. Untuk tahun lalu, produksinya mencapai 7.012.000 ton dengan total penjualan 7.252.000 ton.

“Jika dilihat data tersebut, jumlah yang terjual jauh lebih banyak dari jumlah produksi. Nah, kelebihan itu bukanlah semen siluman. Itulah untungnya holding, kalau stok kami habis tapi permintaan masih banyak, kami bisa minta ke perusahaan lainnya yang masih satu holding, seperti ke Semen Gresik,” tutur Ampri.

Ampri meminta kepada pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur lebih berpihak kepada produk-produk yang dihasilkan perusahaan-perusahaan BUMN.

“Karena apa? Karena uangnya juga akan kembali ke negara. Dan lebih jauh lagi, profit yang didapatkan perusahaan BUMN seperti kami (PT SP) bisa pula dinikmati masyakarat lewat CSR (corporate social responsibility). Biasanya CSR dari perusahaan BUMN lebih besar daripada yang dianggarkan perusahaan swasta per tahun,” papar Ampri.

Pemred batampos.co, Muhammad Nur mengingatkan PT SP gencar melakukan penetrasi di luar Sumbar. Sebab, semen kompetitor makin agresif merambah pasar Semen Padang dengan berbagai cara. “Terkadang mereka tidak ragu-ragu melakukan promosi negatif di basis lawan,” kata M Nur.

Menyikapi persaingan industri semen yang semakin sengit, Pemred Metro Siantar, Hermanto Sipayung menyarankan PT SP giat melakukan edukasi bagi konsumen Semen Padang di luar Sumbar. “Kami akui secara kualitas Semen Padang bagus dibanding semen lainnya. Brand-nya pun kuat. Hanya saja, belum maksimal merawat konsumen,” sebut Hermanto.

Dengan omzet lebih dari Rp 6 triliun, PT SP memiliki berbagai program CSR dalam payung “Basinergi Mambangun Nagari”. Di antaranya, Semen Padang Campin Nagari, Semen Padang Pandai Nagari, Semen Padang Paduli Nagari, dan Semen Padang Elok Nagari.

Dalam Semen Padang Campin Nagari, terdapat sejumlah program. Yakni, program pemasaran terkait dengan sertifikasi pekerja konstruksi/tukang, perumahan terjangkau dan berkelanjutan, serta produk dan pelayanan berkelanjutan. Lalu, ada program penelitian dan pengembangan, seperti inovasi produk turunan semen untuk konstruksi berkelanjutan. Kemudian, implementasi governance, risk and compliance terpadu.

Untuk Semen Padang Pandai Nagari, ada beasiswa prestasi, sekolah hijau, lokal latihan keterampilan (lolapil), dukungan sarana dan prasarana pendidikan, serta peningkatan kompetensi guru. Sedangkan Semen Padang Peduli Nagari mencakup, program lumbung nagari, sehat nagari, implementasi human capital international standard, serta penyiapan sarana dan prasarana untuk kelompok rentan.

Lalu Semen Padang Elok Nagari, ada program pengendalian emisi, pengendalian limbah cair, pengelolaan limbah padat, penggunaan energi terbarukan dan ramah lingkungan, penggunaan teknologi ramah lingkungan dan menurunkan konsumsi energi fosil, keragaman hayati, serta lingkungan hijau. (***)

Exit mobile version