Site icon SumutPos

Amerika Tolak Produk Indonesia

MEDAN- Kerjasama antara Amerika Serikat (AS) dengan Indonesia sudah lama terjalin. Berbagai barang asal AS pun banyak dipakai untuk pelayanan publik di Indonesia, khususnya Sumatera Utara. Sayangnya, tak ada timbal-balik dari kerjasama itu, karena Negeri Paman Sam, tampaknya kurang berminat dengan barang-barang asal Indonesia.

PETI KEMAS: Aktivitas bongkar muat di peti kemas Dermaga Belawan International Container Terminal (BICT), beberapa waktu alu. //AMINOER RASYID/SUMUT POS

Atase Perdagangan, Commercial Attache, Kedutaan Besar AS Jakarta, Jasse M Lapierre kepada Sumut Pos, Kamis (22/1) mengatakan produk asal Amerika sudah lama masuk ke Indonesia diantaranya peralatan kesehatan di beberapa Rumah Sakit (RS) di Medan, francise produk makanan, minuman, pakaian dan produk lainnya. Target 2014, AS merencanakan akan mengekspor solar dan energi terbaru dari sampah serta produk dan jasa layanan lainnya.

“Sebelumnya kita sudah bekerja sama yakni penjualan Kereta Api di Sumatera Selatan dan pesawat Lion Air sebanyak 168 pesawat di Indonesia. Kita rencanakan akan kembali mengekspor secara global yakni solar, energi tebaru dari sampah, layanan, perkreditan dan lainnya,” katanya.

Saat ditanyakan apakah pihaknya siap menerima barang dari Indonesia, Jasee menjawab tidak menerima. “Tidak ada (kebijakan) dari Kementerian Perdagangan, peraturannya sudah seperti itu,” ujarnya singkat.

Menanggapi hal ini, Asisten II Perekonomi dan Pengembangan Sumut, Sabrina menyayangkan tidak adanya timbal-balik kerjasama ekpor-impor antara Amerika dan Indonesia. “Harusnya ada timbal balik, mereka ekspor, kita impor. Makanya saya minta tadi list of import product dan ekspor mereka. Mungkin saja kita bisa beli yang menjadi kebutuhan kita dan mungkin saja kita punya potensi mengirimkan barang ke mereka,” ungkapnya.

Lanjutnya, produk Indonesia juga punya potensi ekspor. “Makanya kita mau tahu impor apa aja mereka dari Kamboja dan negara lain, mungkin saja kita punya, misalnya sepatu. Sepatu dari Cina banyak masuk, kenapa gak dari Indonesia saja,” katanya.

Untuk itu, lanjut Sabrina, ia juga akan terus berkomunikasi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut untuk dapat mendorong kerjasama itu. “Pemain-pemainnya adalah pengusaha. Kami hanya bisa fasilitasi, kerja kami mendorong dan kembangkan UKM-UKM. Saat kita tanya ke AS, memang mereka belum mau mengutarakan, tapi kita akan kejar terus dan kita pancing,” ujarnya.

Sementara itu, Analis Ekonomi di salah satu sekuritas BUMN di Kota Medan, Gunawan Benjamin mengatakan kalau berbicara daya saing tentunya Indonesia kalah, tapi Indonesia unggul dari upah buruh yang murah. Kalau suatu barang dibandingkan tentunya beberapa barang yang dihasilkan Indonesia akan lebih bersaing dibandingkan dengan AS contohnya garmen maupun alas kaki. “Kita kalah dari sisi infrastruktur, maupun suprastruktur lainnya. Jadi masalah kita menjadi konsumen bukan produsen lebih dikarenakan ketidaksiapan kita dalam menyerap investasi asing,” bebernya. (put/far)

Exit mobile version