Site icon SumutPos

Go-Jek Jadi Bahasan di IFA GPC Lisbon

Foto: REUTERS/Beawiharta
Seorang pengemudi Gojek mengendarai sepeda motornya melewati area bisnis di Jakarta, beberapa waktu lalu.

SUMUTPOS.CO  – SALAH satu yang menjadi pembahasan dalam IFA Global Press Conference di Lisbon, Portugal adalah terus tumbuhnya pasar manufaktur teknologi di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut dipaparkan oleh lembaga riset GfK. Bahkan, GfK memberi contoh Indonesia sebagai negara yang menjanjikan.

Direktur APAC, Digital World GfK Gerard Tan memberikan contoh bagaimana pasar manufaktur teknologi bisa tumbuh dan berkembang di Asia. Nah, yang dia contohkan adalah pasar Indonesia. Kata dia, masyarakat Indonesia sudah menggunakan gadget-nya untuk berbagai aktivitas. Misalnya berkomunikasi, media sosial, belanja, membaca berita dan lainnya.

Bahkan secara spesifik, Tan menyebut Go-Jek sebagai salah inovasi yang luar di Indonesia. “Anda bisa memesan angkutan motor untuk mengantar anda dari ke suatu tempat ke tempat lain. Bahkan, salah satu layanan Go-Jek adalah memanggilan orang untuk membersihkan rumah Anda,” kata Tan di Hotel Marriot, Lisbon, Portugal akhir pekan lalu.

Nah, untuk menggambarkan bagaimana pasar Indonesia sangat berkembang, Tan pun memberikan contoh bagaimana tentang kemacetan Jakarta. “Di Jakarta, kendaraan akan berjalan sekitar 8 km/jam,” kata Tan lantas disambut tawa para peserta IFA GPC yang merupakan awak media dari seluruh dunia termasuk JawaPos.com (group Sumut Pos).

Dia melanjutkan, dengan jumlah motor di jalanan Jakarta mencapai 85 juta, maka masyarakat pun memanfaatkan aplikasi Go-Jek yang ada di gadget mereka.  Dengan contoh-contoh tersebut, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya pasar manufaktur teknologi informasi di asia pasifik akan terus tumbuh dan berkembang. Apalagi, kata dia, konsumen di asia pasifik konsumen yang bisa beradaptasi dengan inovasi terbaru.

Selain alat komunikasi, penggunaan smart tv yang bisa terhubung dengan jaringan internet dan mengunduh layanan aplikasi lainnya sangat meningkat signifikan di Tiongkok dan India.

Berdasarkan data GfK, penjualan Smart TV di Tiongkok pada 2016 melonjak mencapai 42 juta unit, atau tumbuh 35 persen sejak 2014. Nilainya mencapai USD 22 miliar. Untuk penjualan 2016 di India jumlahnya mencapai 2,6 juta unit. Jumlah itu tumbuh 242 persen sejak 2014. Nilainya USD 1,5 miliar.

Sedangkan, di kawasan Asia Tenggara, pembelian televisi layar lebar untuk memanfaatkan layanan aplikasi konten berbayar juga begitu menggembirakan. Hal itu, disertai dengan makin meningkatnya kualitas konten hiburan. Misalnya, Netflix dan Amazon. “Selain itu, konsumen tidak hanya terpengaruh teknologi, namun desain TV yang makin unik,” ujarnya.

Potensi pertumbuhan tinggi pasar manufaktur teknologi informasi di Asia Pasifik, lanjut Tan, juga terjadi karena saat ini banyak wilayah pengguna gadget yang belum terpetakan. Padahal mobilitas layanan aplikasi makin beragam.

Pemaparan Tan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara pameran manufaktur teknologi elektronik (IFA) yang akan berlangsung pada September 2017 di Berlin, Jerman.

Seperti diketahui, IFA adalah salah satu pameran alat-alat elektronik dan peralatan rumah tangga paling bersejarah di dunia. Pameran yang menurut jadwal tahun ini akan digelar 1-6 September di Berlin itu, sejatinya sudah ada sejak 1925.

“Tak ada pameran yang bisa secara langsung mempertemukan industri barang elektronik dan alat rumah tangga dengan para retailer, konsumen bersama awak media dari seluruh dunia seperti IFA,” kata Chairman of The Supervisory Board Gesellschaft zur Förderung der Unterhaltungselektronik (GFU) Hans Joachim Kamp.

Menurutnya, bawah era yang serba terkoneksi. Produk konsumen seperti, mesin cuci, tv dan lainnya dapat dikontrol oleh produk lain seperti smartphone, tablet, dan PC melalui jaringan internet. Jadi, keinginan konsumen untuk konektivitas yang lebih perlu dihargai. “Nah di dalam pameran IFA ini, pasar elektronik dan peralatan rumah tangga dipertemukan,” ujar Hans.

Sementara, Christian Goke, CEO Messe Berlin (pihak penyelenggara yang bertanggung jawab atas pameran IFA) mengatakan, IFA 2017 berfokus pada brand dan inovasi. “Inovasi tersebut adalah tentang bagaimana menemukan platform baru untuk perusahaannya,” kata Goke. (mas/jpg/azw)

 

Exit mobile version