Site icon SumutPos

9.109 Hektare Sawit Diremajakan di Sumut

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Sedang Bedagai (Sergai), Senin (27/11/2017). Dalam kunjungan itu, Jokowi meresmikan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditandai dengan penanaman pohon kelapa sawit di Desa Kota Tengah, Kecamatan Dolok Masihul, Sergei.

SERDANGBEDAGAI, SUMUTPOS.CO – Usai menghadiri pesta anaknya Kahiyang Ayu Siregar dengan Muhammad Bobby Afif Nasution di Medan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung melakukan kunjungan kerja ke Sedang Bedagai (Sergai), Senin (27/11). Dalam kunjungan itu, Jokowi meresmikan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditandai dengan penanaman pohon kelapa sawit di Desa Kota Tengah, Kecamatan Dolok Masihul, Sergei.

Kedatangan Presiden Jokowi yang didampingi Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Erry Nuradi disambut Bupati Sergai Soekirman dan jajarannya. Bahkan, pada kesempatan itu Presiden sempat beramah tamah dengan siswa SDN 102065 Kecamatan Dolok Masihul.

Dalam pelaksanaan Program PSR tersebut, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan, bukan sesuatu yang berlebihan jika sawit disebut emas hijau bagi Indonesia, sebagai negara produsen kelapa sawit yang terbesar di dunia. Artinya, Indonesia memproduksi bahan baku untuk sabun, kosmetik, minyak goreng, margarin, insustri kulit untuk farmasi yang semuanya itu berasal dari kelapa sawit. Dan sekarang juga sudah diulai kelapa sawit untuk bahan baku bagi produksi bio diesel.

“Tetapi ingat kalau menjadi produsen kelapa sawit besar, artinya kita harus menjadi yang terdepan dalam pengelolaan. Yang kita lemah di sini, pengelolaannya yang perlu kita perbaiki semua. Kita harus kerja keras,” sebut Jokowi.

Jokowi mengatakan, dirinya sudah memerintahkan agar Menteri Koordinator Perekonomian memberikan bantuan untuk program PSR. Hal ini dalam upaya menggenjot jumlah produksi tandan buah segar (TBS) sawit per tahun milik masyarakat yang cenderung berada tiga kali lipat lebih sedikit dari milik swasta atau kurang dari 10 ton per tahun. “Memang membutuhkan biaya besar, tapi memang harus kita kerjakan, apakah dengan skema kredit, entah dengan skema KUR. Kalau tidak kita akan kalah dengan negara lain,” katanya.

Presiden mengatakan, saat ini program PSR di Sumut, sebanyak 9.109 Hektar akan diremajakan. Sementara dari jumlah sawit rakyat saat ini 470 ribu hektar, yang perlu peremajaan sebanyak 350 ribu hektar. Jadi keberadaan kebun sawit bukan hanya sekedar menghasilkan, tetapi harus dilihat jumlah produksinya apakah sudah baik atau belum. Karena itu kata Jokowi, pemerintah bekerjasama dengan berbagai perusahaan terkait untuk penyediaan bibit unggul sekaligus pembinaan terhadap pengelolaan kebun sawit rakyat.

Sementara itu Menko Perekonomian Darmin Nasution dalam sambutannya mengatakan, acara ini merupakan kesinambungan launching program PSR yang dilaksanakan pada 13 Oktober 2017 di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Dengan luas 11,9 juta ha, 41 persen  merupakan kebun sawit rakyat. Ditandai kelemahan umur tanaman lebih 25 tahun sudah banyak, bibitnya tidak terlalu baik sehingga produktivitas kelapa sawit rakyat jauh lebih sedikit dari perkebunan sawit perusahaan. Oleh karenanya dengan luas 4,6 juta ha jika diremajakan 25 tahun dan kita perlu 185.000 ha peremajaan per tahun.

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Sedang Bedagai (Sergai), Senin (27/11/2017). Dalam kunjungan itu, Jokowi meresmikan Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang ditandai dengan penanaman pohon kelapa sawit di Desa Kota Tengah, Kecamatan Dolok Masihul, Sergei.

Untuk Provinsi Sumut ada 35.000 ha tanaman yang sudah tua dan lebih dari 25 tahun atau yang  belum 25 tahun namun berproduktivitas rendah. Kalau hasilnya kurang dari 10 ton Tandan Buah Segar (TBS) per tahun dan  masih tergolong sedikit. “Kali ini peremajaan kelapa sawit rakyat di Sumut yang diresmikan ditempat ini 9.109 ha meliputi 12 Kabupaten/kota karena perkebunan rakyat di Sumut tidak menumpuk di satu daerah saja,” kata Darmin.

Gubernur Sumut Erry Nuradi menyatakan komitmen Pemprov Sumut untuk meningkatakan kapasitas produksi kebun milik masyarakat. “Sejarah mencatat, kebun sawit pertama tahun 1911 di Indonesia berada di Sumatera Utara, tepatnya di Pulu Raja. Dari sinilah kebun kelapa sawit kemudian berkembang ke berbagai provinsi di Nusantara. Begitu juga pada 1916 berdiri pusat penelitian kelapa sawit yang dahulu bernama algemene prosfestation der avros (apa) dan telah berusia 100 tahun,” ujar Tengku Erry.

Untuk meningkatkan produksi sawit rakyat di Sumut, Gubsu menyampaikan harapan agar program peremajaan karet rakyat ini dapat berjalan efektif dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Karena itu lanjutnya, Pemprov Sumut berkomitmen terhadap pengembangan komoditas perkebunan yang diarahkan pada peningkatan produktivitas hasil produksi terutama pada perkebunan rakyat yang disertai dengan penataan tata kelola perkebunan yang berkelanjutan.

“Di samping kelapa sawit, Sumatera Utara juga merupakan daerah penghasil tanaman perkebunan lainnya seperti karet, kopi, kakao, kelapa dan komoditas potensial lainnya dengan luas areal perkebunan mencapai 2.1 juta hektar. Khususnya tanaman karet dengan luas areal mencapai 590.000 hektar dimana 80 persen dari areal kebun karet tersebut adalah karet rakyat yang produktivitasnya juga rendah sebagai akibat dari tingginya persentase karet tua dan kurangnya semangat petani dalam melaksanakan pemeliharaan tanaman sebagai akibat dari anjloknya harga karet beberapa tahun belakangan ini. Sekitar 20 persen dari tanaman karet tersebut  juga perlu diremajakan,” harapnya.

Dalam kegaitan tersebut, Jokowi juga membagikan sekitar 500-an sertifikat kepada masyarakat baik pemilik kelapa sawit maupun lainnya. Didampingi Gubernur Sumut, dirinya melaksanakan penanaman sawit sebagai tanda pencanangan program PSR untuk peningkatan produksi sawit milik rakyat. (bal/sur/ adz)

Exit mobile version