Site icon SumutPos

Tanaman Baru HTI TPL Lampaui 2.000 Hektare

Foto: Istimewa Direksi PT TPL dan para pemegang saham atau wakilnya, serta Dewan Komisaris, dalam pada RUPS di Medan.
Foto: Istimewa
Jajaran Dewan Komisaris dan Direksi Tobapulp dari Kiri ke Kanan: Lie Liang San, Drs. Leonard Hutabarat, Juanda Panjaitan SE, Mulia Nauli, Tjhi Min Sin, Drs. Sabam Leo Batubara, Lundu Panjaitan SH, MA dan Lennardi Anggijono, dalam pada RUPS PT TPL di Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penanaman baru Hutan Tanaman Industri PT TPL untuk periode 2014 melampaui 2.000 hektare, atau tepatnya 2.135 hektare. Dengan demikian, luas keseluruhan HTI menjadi 49.679 hektare atau mengalami pertambahan 4,5% dari 2013.

”Hampir seluruh penanaman baru itu merupakan daur-ulang (replanting),” demikian laporan resmi yang diterima redaksi SUMUTPOS.CO hari ini.

Data itu merupakan bagian dari laporan Direksi TPL (PT Toba Pulp Lestari,Tbk) pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) di Medan. Laporan disampaikan secara bergantian oleh anggota Direksi Juanda Panjaitan, Anwar Lawden, Leonard Hutabarat dan Lie Liang San di hadapan para pemegang saham atau wakilnya, serta Dewan Komisaris untuk mengesahkan laporan tahunan tahun buku 2014.

TPL adalah perusahaan pulp (bubur kertas) yang mengandalkan HTI (Hutan Tanaman Industri) dengan tanaman pokok ekaliptus (Eucalyptus sp) sebagai sumber bahan baku. Pengelolaannya dilakukan secara profesional dan konsisten berdasarkan prinsip lestari dan berkesinambungan (sustainable) hingga memperoleh sertifikat PHPL (Pengelola Hutan Produksi Lestari) dari Auditor Independen dan terakreditasi pada instansi Kehutanan. Lokasi konsesinya tersebar di 12 kabupaten di Sumatera Utara.

Melalui penelitian dan pengembangan (R&D) perusahaan sejenis yang masih satu-satunya di Sumatera Utara secara terus-menerus menemukan bibit klon (clone) yang unggul, dan selama 2014 ditemukan 13 klon, dimana sejak tahun 2009 telah ada empat klon yang memperoleh sertifikat Perlindungan Varietas dari Kementerian Pertanian yaitu IND-32, IND-45, IND-47 dan IND-61.

HTI dapat dikatakan merupakan “nyawa” dan masa depan industri pulp. Sebab tanpa keberhasilan pembangunan HTI –yang tidak lain dari perkebunan kayu–  maka operasional pabrik tidak akan dapat berlangsung secara berkelanjutan. Melalui peningkatan manajemen perkebunan kayu, serta penyesuaian klon yang tahan-hama dan penyakit dengan area tanam, ditambah fokus baru berupa pengupasan kulit hasil panen sebelum diangkut ke pabrik, maka produksi kayu HTI dapat ditingkatkan secara signifikan.

PENDAPATAN OPERASIONAL NAIK
Di bidang keuangan, Pendapatan Operasional mengalami kenaikan sebesar 19,3% dari USD91,6 juta (2013) menjadi USD109,2 juta (2014) dikarenakan sepanjang 2014 produksi pulp mengalami peningkatan sebanyak 5.172 ton dari 2013 sehingga mencapai 187.609 ton yang seluruhnya diekspor.

Setelah diperhitungkan dengan pendapatan lain serta dikurangi berbagai beban, maka laba komprehensif perusahaan menjadi sebesar USD1,5 juta atau lebih kecil dibandingkan USD3,8 juta pada tahun sebelumnya.

Di bidang Kebijaksanaan Lingkungan, manajemen percaya bahwa pengelolaan hutan secara bertanggung jawab berkontribusi positif terhadap usaha, serta mendatangkan manfaat bagi pekerja, pelanggan, pemegang saham serta pemangku kepentingan lainnya. Karena itu, meski semua peraturan dan standar yang ada sudah terpenuhi dan bahkan sebagian terlampaui, namun penyempurnaan sistem tetap secara terus-menerus dilakukan tanpa pernah berhenti.

Buah dari konsistensi dalam memenuhi dan mematuhi semua aturan yang ada, TPL memperoleh berbagai pengakuan dan penghargaan, diantaranya kembali meraih Sertifikat OHSAS 18001:2007 untuk Plantation Forestry For Pulpwood Production, Sertifikat Bendera Emas SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja), Penghargaan 10 years Certification terkait Appreciation and Recoqnition of the Total Dedication and Commitment to Environmental Management System, Sertifikat ISO 90001:2008 untuk Manajemen Mutu Produksi, Piagam “Industri Hijau” level-5, dua Sertifikat Silver Indonesian CSR Award sekaligus untuk pembangunan pembibitan evergreen di Taman Eden-100 dan untuk pembangunan PAUD di Tobasamosir.

SALURKAN DANA CD RP95,4 MILIAR
Di bidang TJS (Tanggung Jawab Sosial) perusahaan, alokasi dana pemberdayaan masyarakat (CD – Community Development) sebagai hasil penyisihan 1% dari penjualan bersih (net sales) untuk 2013 mencapai Rp10,8 miliar. Dengan demikian nilai keseluruhan sejak 2003 mencapai Rp95,4 miliar. Peruntukannya untuk mendukung 4 pilar yaitu perekonomian masyarakat lokal, kesehatan, pendidikan dan sosial-lingkungan. Distribusinya ke semua daerah kerja (daker) diwujudkan dalam bentuk pendanaan program, disupervisi dan dikendalikan oleh Tim Independen. Kabupaten Tobasa sebagai lokasi pabrik memperoleh porsi terbesar.

Selain itu, perusahaan terus menjalankan program kemitraan dimana untuk tahun 2014, terdapat sekitar 429 perusahaan lokal yang tergabung dengan transaksi mencapai Rp0,51 triliun. Perusahaan mitra yang mempekerjakan sekitar 5.000 orang menangani pekerjaan seperti pembibitan klon, penyiapan lahan-tanam (land clearing tanpa cabut akar dan tanpa bakar), membangun jalan HTI, menanam, memupuk, merawat hingga panen di ladang dan pengangkutan hasil panen ke pabrik.

Ke depan –seperti halnya tahun-tahun lalu– era usaha masih saja dibayangi situasi penuh tantangan. Kemampuan memprediksi arah perkembangan serta mengantisipasinya dengan langkah yang sesuai pada saat yang tepat, menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing perusahaan. Kata kuncinya ialah peningkatan skill para awak manajemen.

RUPS yang juga dihadiri oleh Dewan Komisaris yaitu Tjhi Min Sin, Drs Sabam Leo Batubara, Lundu Panjaitan SH, MA dan Lennardi Anggijono tersebut menyetujui Laporan Tahunan, mengesahkan Laporan Keuangan serta Pemberian Acquit Et Decharge, menyetujui Penggunaan Laba, menyetujui kewenangan penunjukan Akuntan Publik, serta persetujuan mengenai wewenang Penetapan Gaji dan/atau Tunjangan Direksi dan Dewan Komisaris. RUPS tersebut juga mengangkat Mulia Nauli –mantan Direktur TPL– sebagai Direktur Utama baru menggantikan Benjamin Joseph Mitai yang meninggal di Singapura karena sakit, Maret lalu. (rel/mea)

Exit mobile version