Site icon SumutPos

‘Kelompok Aceh’ Kabur Karena Human Error

Tembok sel BNN yang dibobol tahanan 'Kelompok Aceh.'
Tembok sel BNN yang dibobol tahanan ‘Kelompok Aceh.’

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Direktur Bina Keamanan dan Ketertiban Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenkumham), Bambang Sumardiono menduga terdapat kesalahan manusia dalam peristiwa kaburnya ‘kelompok Aceh’ dari tahanan Badan Narkotika Nasional (BNN), Selasa (31/3) dini hari. Dugaan hadir, mengingat kesepuluh tahanan tersebut mampu menjebol penjara yang dijaga sedemikian ketat.

Karena itu sistem pengamanan yang ada perlu lebih diperketat, sehingga peristiwa yang sama tak terulang kembali. “Ya mungkin karena human error saja. Kondisi memang relatif memadai, hanya perlu lebih disempurnakan,” ujarnya usai meninjau ruang tahanan yang berhasil dibobol kelompok yang ditangkap dengan barang bukti 77,3 kilogram sabu-sabu tersebut, Selasa (1/4).

Hal senada juga dikemukakan Deputi Pemberantasan Narkoba BNN Irjen Deddy Fauzi Elhakim. Menurutnya, penjara BNN selama ini hanya dijaga oleh pengawal, namun tidak dilengkapi dengan penjagaan dari hewan seperti anjing terlatih. “Semuanya pasti human error, adanya kan manusia-manusia, nggak ada binatang. Semoga ada hikmah,” ujarnya.

Menurut Deddy, selama ini urusan penjagaan tahanan masih diserahkan ke biro umum dibantu petugas dari kepolisian. Ia berharap ke depan BNN memiliki petugas yang khusus menjaga tahanan. “BNN punya bangunan sendiri, kita minta bantuan dari Polda, punya Polri. Selama ini Biro Umum urusan penjaga tahanannya. Inginnya ke depan kita punya penjaga tahanan sendiri, bisa dilatih sendiri dengan hebat. Selain mengejar juga harus punya penjaga tahanan, karena dengan begitu rasa tanggung jawab lebih tinggi,” katanya.

Sebagaimana diketahui, dari sepuluh tahanan BNN yang kabur, lima di antaranya merupakan kelompok Aceh. Masing-masing Abdullah alias Dulah (35), asal Langsa Baro Aceh Timur, Samsul Bahri alias Kombet (42), asal Julok Aceh Timur, Hamdani Razali (36), asal Darul Aman, Aceh Timur, Hasan Basri (35), asal Idi, Aceh Timur dan Usman alias Raoh (42), asal Peurelak Barat, Aceh Timur.

Menurut Kepala Humas BNN Kombes Pol Slamet Pribadi, dari kelima tersangka tersebut, seorang di antaranya diketahui memiliki kemampuan semi militer. Karena sebelumnya tercatat pernah bergabung dengan jaringan radikal di Aceh.

“Soal keahlian khusus kami tidak tahu. Yang jelas salah satunya adalah orang yang terlatih, saya tidak bisa menyebutkan lebih detail. Yang jelas orang terlatih di daerah jaringan Aceh. Semi militer, mantan-mantan yang dulu dari jaringan Aceh,” ujarnya.

Saat ditanya apa langkah yang akan dilakukan BNN untuk mengejar para tahanan yang kabur tersebut, Slamet mengatakan antara lain, bekerjasama dengan kepolisian untuk mengintensifkan pengejaran. Pihaknya telah melakukan pencarian ke sejumlah tempat yang diduga menjadi tempat pelarian.

Selain itu BNN juga menyebar foto-foto para tersangka ke RT, RW, kepolisian, hingga TNI di seluruh Indonesia. Langkah tersebut dilakukan, karena diduga para tersangka kabur dengan pola menyebar ke sejumlah daerah. “Kami juga berharap masyarakat luas dapat membantu dan melaporkan bila melihat sepuluh tahanan tersebut,” ujarnya.

Kesepuluh tahanan BNN diduga kabur Selasa dini hari setelah berhasil menjebol dinding dan teralis ruang tahanan. Sumber BNN menyebut pelarian dipimpin Abdullah alias Dulah (35). Mereka melakukannya dengan terlebih dahulu menggergaji terali besi sedikit demi sedikit dan meretakkan tembok ventilasi. Diperkirakan aksi itu berjalan seminggu.

Pada Selasa dini hari sekitar Pukul 03.00, sepuluh tahanan memutuskan untuk kabur. Secara bersama-sama, mereka menarik sarung yang dililitkan pada tembok ventilasi. Tembok itu akhirnya jebol dan tercipta lubang selebar 40 cm x 20 cm.

Pukul 03.10 WIB, satu per satu tahanan keluar lewat lubang. Diduga ada yang berdarah karena tergores besi. Pukul 03.15 WIB, setelah keluar dari gedung rutan, mereka mengambil kayu sepanjang 2 meter, lalu menyandarkannya pada tembok pembatas bagian belakang rutan BNN setinggi 4 meter. Sepuluh tahanan naik tembok dengan bergelayut pada jalan kabel yang menempel tembok.

Pukul 03.20 WIB,  satu per satu tahanan turun di samping gedung rumah sakit otak, di samping rutan BNN. Mereka kemudian berlari ke jalan raya dan menumpang kendaraan yang telah menunggu.(gir/trg)

Exit mobile version