Site icon SumutPos

Anak Korban: Pak Polisi Tangkap Saja Bapakku!

Foto: Raja/PM Ppemakaman Dariani, istri yang tewas ditikam suami, Minggu (22/2/2015).
Foto: Raja/PM
Ppemakaman Dariani, istri yang tewas ditikam suami, Minggu (22/2/2015).

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Seminggu menjalani perawatan intensif di rumah sakit Ameta Sejahtera, Dariani (58) warga Jalan Pajak Pekong, Medan Labuhan menghembuskan nafas terakhir, Minggu (22/2) pukul 05.00 wib. Luka hunusan besi ukuran 20 cm yang ditancapkan Faisal (62), mantan suami di bagian punggung membuat korban tak mampu bertahan.

Selama dirawat di rumah sakit sejak Minggu (15/2) sore, korban terus mengalami pendarahan. Akibatnya kondisi kesehatan Dariani terus menurun. Hal itu pula membuat ibu empat anak ini tak mampu bertahan.

Dengan kepergian Dariani, anak-anak korban semakin tak bisa memaafkan tindakan kejam ayah mereka yang tega menikam ibu mereka dengan besi. Salah satunya, Eva (27) anak bungsu korban yang kini menaruh dendam pada bapaknya. Karena itu pula, ia berharap kepada pihak kepolisian segera menangkap Faisal.

“Walaupun dia bapakku, saya mewakili pihak keluarga berharap polisi untuk segera menangkapnya. Pak polisi tangkap bapakku,” ucap Eva yang diselimuti kesedihan.

Eva memperkirakan bapaknya itu kabur ke wilayah Binjai. Pasalnya Faisal memiliki tempat tinggal di Binjai dan kabar terakhir yang diterimanya juga berada di kota rambutan tersebut.

“Sampai sekarang tidak tau dimana kabar bapaknya. Terakhir kali kami dapat kabar kalau bapak tinggal di rumah kawannya di kawasan Binjai,” ucapnya.

Pihak keluarga sendiri menaruh kecewa dengan kinerja polisi yang terkesan lambat. Sejak kejadian pertama, Minggu (15/2), pihak keluarga sudah membuat laporan. Namun seminggu berlalu, pihak kepolisian belum juga mengamankan pelaku sampai akhirnya korban meninggal dunia. Karena itu pihak keluarga berharap agar polisi bekerja dan menangkap bapaknya.

Menanggapi hal tersebut Kanit Unit Perlindungan Anak dan Perempuan (UPPA) Polres Pelabuhan Belawan, Ipda Mardiana mengatakan kalau laporan korban masih diproses. “Sedang kita proses, dan sekarang kita sedang melakukan penyelidikan serta mencari tau dimana keberadaan pelaku,” ungkapnya.

Sekedar mengingatkan, kasus penikaman itu terjadi saat Dariani tengah beres-beres di rumah barunya, Jalan Raya Hamparan Perak, Kampung Gas. Di sela-sela kesibukan memindahkan perabot yang dibawa dari rumah lamanya di Jalan Yos Sudarso, Pajak Pekong, Medan Labuhan itu, Dariani dikegatkan oleh kehadiran Faisal dan temannya Idris. Meski telah lama berpisah, tapi Dariani yang sehari-hari jualan di Pajak Pekong itu tak menyambut Faisal dengan baik. Dan dengan halus pula ibu tiga anak ini menyuruh suaminya pergi dari rumah yang ia bangun dari uang tabungannya itu.

Ironisnya, sikap Dariani ini malah membuat Faisal emosi dan langsung menikam pungguk korban mengunakan besi ukuran 20 cm yang ia dapat dari lantai rumah tersebut. “Kami tidak tau pasti apa maksud dari penikaman yang dilakukan bapak itu, yang jelas kami mendengar kalau bapak ngajak rujuk dengan mamak. Namun mamak tidak terima, karena mamak sudah kesal melihat bapak yang kerjanya tidak ada dan suka mabuk -mabuk serta memukul,” ucap anak pertama korban, Eva saat ditemui kru koran ini di Rumah Sakit Ameta Sejahtera, sepekan lalu.

Korban sendiri saat diwawancarai, menegaskan tak mau lagi bersatu dengan Faisal. “Awal percerain kami itu berawal karena Faisal sering memukul diriku.Setiap aku meminta uang belanja,suamiku selalu marah-marah sambil memukul diriku,” kenangnya sembari menahan perih atas luka tikaman di pungguknya.

Karena bosan terus di pukuli itulah, Dariani akhirnya mengambil keputusan untuk berpisah dengan suaminya dan membawa pergi ketiga anaknya yang kala itu masih kecil–kecil. “Berkat doa anak-anak yang sabar dalam menjalani hidup aku bisa bertahan dan terlepas dari belengu kekejaman suami,” tambah Dariani.

Bukan itu aja, Dariani juga menceritakan kisah hidupnya sewaktu masih tinggal bersama Faisal yang dinilainya sebagai suami yang tidak bertanggung jawab. “Karena Faisal tak memiliki pekerjaan untuk membesari anak-anak, dirinya terpaksa banting tulang jualan makanan di Pajak Pekong. Meski penghasilannya tak besar yang penting anakku bisa sekolah. 15 tahun kami berjuang dan sekarang kami bisa membangun rumah walaupun sebesar gubuk,” terang korban saat masih menahankan luka tikaman di punggungnya. (cr 2/bd)

 

Exit mobile version