Site icon SumutPos

Sukses Taklukkan Jakarta

Andi Arsyil
Andi Arsyil

SUMUTPOS.CO – Hanya punya sedikit bekal sebagai model dan tak pernah belajar teater. Datang dari Makassar, Sulawesi Selatan, Andi Arsyil Rahman Putra, mampu menyita perhatian. Dia kini jadi aktor papan atas dan kini setiap hari bisa disaksikan di layar kaca.

Arsyil mulai menaklukkan Jakarta pada 2009. Dia lolos audisi film Ketika Cinta Bertasbih dan memerankan tokoh Furqan. Sosok Furqan yang intelek namun amat menyukai kemewahan, mampu dibawakannya dengan baik. Sekuel film ini pun masih memakai jasanya.

Dikutip dari pelbagai sumber, saat mengikuti audisi Ketika Cinta Bertasbih, Arsyil masih menjalani hari-harinya sebagai mahasiswa. Namun di dunia lenggak-lenggok, kala itu dia juga sudah berkiprah. Arsyil duta pariwisata Kota Makassar.

Ketertarikan Arsyil pada dunia entertainment memang sudah ada sejak remaja. Pria kelahiran 15 September 1987 itu pernah jadi Duta Kawasaki, runner-up busana adat terbaik tingkat nasional, serta juara pemilihan Dara dan Daeng Sulsel.

Tetapi Arsyil adalah anak cerdas di akademik. Dia langganan juara kelas dan mendapat beasiswa berprestasi. Arsyil juga lumayan menguasai fisika dan pernah menjadi The Most Creative Student pada sebuah perlombaan mata pelajaran fisika.

Arsyil juga diketahui berhasil menempuh pendidikan strata satu pada tiga perguruan tinggi sekaligus. Dia lulus Jurusan Fisika (Geofisika) Universitas Hasanuddin, Jurusan Teknik Informatika (TI) STMIK Dipanegara, dan Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Muhammadiyah.

Peran sang bapak jugalah yang membuat Arsyil mau dan mampu melakukan itu. “Bapak selalu bilang, jika kamu mau menjadi orang yang ditinggikan, jadilah orang yang berilmu. Seluruh anak-anaknya kemudian berlomba-lomba menempuh pendidikan,” katanya kepada nova.

Sebelum membintangi Ketika Cinta Bertasbih, Arsyil bermukim di Makassar. Dari taman kanak-kanak hingga kuliah, dia di sini. Saat kecil, teman-temannya memanggil namanya dengan Aril. Dia dikenal cukup bandel dan sering berkelahi kala itu.

Pada sebuah kesempatan Arsyil bercerita pada dia pernah dikeroyok preman pasar. Penyebabnya adalah pengagum Albert Enstein itu melawan dan tak mau menyerahkan uang saat dipalak. Di waktu lain, Arsyil pernah memukul temannya sampai masuk rumah sakit karena berebut layang-layang.

Kenakalan Arsyil mulai berkurang sejak masuk SMA. Apalagi, dia memang besar dalam bimbingan orang tua yang menanamkan agama dengan kuat. Dia mengakui bahwa ayahnya, Prof Andi Rahman Mappangaja dan ibunya Ir Yusnidar Yusuf menjadi inspirasi terbesarnya.

Arsyil selalu dibangunkan untuk salat subuh berjemaah di masjid. Setelah itu ibunya akan buru-buru menyiapkan jus sayuran dan telur setengah matang sebagai sarapan. Dia amat terkesan dengan itu.  “Awalnya enek namun lama-kelamaan enak juga,” ucapnya.

Suasana keluarga yang religius mampu membuat Arsyil jadi anak baik-baik dan berprestasi. Kini, anak Makassar itu juga terjun di sinetron. Dia menjadi pemeran utama pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang fenomenal itu. (Fajar/ram/jpnn)

Exit mobile version