Site icon SumutPos

Berkah Guru dari sang Ibu

Rektor UISU, Prof Ir H Zulkarnain Lubis MS PhD

Bekerja sepenuh hati dan rasa cinta adalah prinsip Prof Ir H Zulkarnain Lubis MS PhD dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Sumatera Utara. Begitulah tanggungjawab yang coba diwujudkan sebagai Rektor di Universitas Islam Sumatera Utara(UISU) untuk melahirkan lulusan yang kompeten di bidangnya.

Semangat itu pula yang menyapa Sumut Pos saat berkunjung ke ruang kerjanya di kampus UISU Jalan SM Raja Medan, Kamis (18/8). Mengenakan kemeja bermotif kotak dengan paduan jeans, sepatu pancus, dan lensa bergagang hitam menjadi gambaran sportifitas yang tinggi dari sang rektor.

“Saya tidak pernah melihat ada kompetensi atau persaingan di antara perguruan tinggi tapi semua itu sebagai bentuk kooperatif dan kerjasama untuk menghasilkan intelektual berkualitas. Tinggal bagaimana kita meyakinkan masyarakat untuk mempercayakan pendidikan anaknya di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) sebagai pilihan yang terbaik,” jelasnya.

Hal itu, lanjut Zulkarnain, akan dimulai dengan menyentuh unsur-unsur pendidikan di institusi pendidikan yang dipimpinnya saat ini. Mulai dari penataan sistem secara profesional, seperti sistem akademi, personalia, kepegawaian hingga kemahasiswaan. Semua itu dibarengi pembangunan koordinasi antar fakultas yang ada. Tidak dengan cara-cara yang arogan, melainkan dari hati ke hati sebagai pondasi.

Gelar profesor yang disandang bukan menjadi jarak antara pegawai dan staf yang Zulkarnaian pimpin. Apabila ada sebuah teguran terhadap pegawai dan staf akibat keselahan itu semua bertujuan untuk perbaikan kinerja. Tentunya dengan memperlihatkan konsistensi terhadap penegakan peraturan yang ada. “Karena untuk membersihkan kita harus memakai air yang bersih atau sapu yang bersih juga,” tutur anggota Forum Rektor Indonesia Simpul Wilayah Sumut ini.

Apa yang sudah digelar sejak enam bulan lalu itu pun langsung memperlihatkan dampak positif di kampus yang sempat dilanda kemelut beberapa waktu lalu. Dengan cara melakukan perbaikan sistem yang sudah berjalan di beberapa elemen, baik itu kualitas pendidikan hingga koordinasi di seluruh unsur dengan menghadirkan suasana yang lebih baik dari sebelumnya.

Seperti pada kegiatan ‘Zikir Akbar’ yang digelar 15-16 Agustus lalu. Komunikasi kembali terjalin dengan baik tidak hanya di antara unsur kampus, juga dengan anggota masyarakat yang turut meramaikan kegiatan. Wadah tersebut ternyata dapat mendekatkan ke dua belah pihak berbeda mendapat persamaan visi di masa yang akan datang. Selain itu bisa mewujudkan UISU sebagai perguruan tinggi unggul dengan nuansa dan koridor Islam dalam kebersamaan, kekeluargaan, dan persaudaraan.

“Kita akan intens menggelar kegiatan dalam rangka menumbuhkan rasa persaudaraan hingga tumbuh rasa saling memiliki dan rasa cinta kepada UISU. Karena dengan cinta, ada kinerja yang baik. Dengan kinerja yang baik pula pendidikan berkualitas dapat diwujudkan,” beber jebolan Falsafah Ekonomi Universiti Kebanggaan Malaysia ini.
Perlu diketahui Zulkarnaian lahir dari ibu yang sekaligus menjadi guru bagi dirinya. Kecintaannys terhadap dunia pendidikan pun ada dalam dirinya. Setelah menamatkan Sekolah Dasar (SD) dalam waktu lima tahun, Zulkarnain menyelesaikan pendidikan Statistika di Institut Pertanian Bogor (IPB) selama tiga tahun delapan bulan. Pencapaian yang sangat sulit pada masa itu.

Bahkan tanpa disadarinya, semua itu menuntunnya hingga seperti saat ini. Meskipun jalan yang dilalui tidak selalu mulus. Setelah memutuskan berhenti sebagai konsultan di salah satu perusahaan di Provinsi Sulawesi, berkat saran seorang tokoh pendidikan modern nasional, Zulkarnain bertolak ke Kota Medan.

Tujuannya, untuk mengabdikan diri sebagai pengajar di perguruan tinggi.
Hanya saja di usia yang masih sangat muda (22 tahun, red) Zulkarnain hanya mendapatkan keraguan terhadap kemampuan yang dimilikinya. Ketidakpastian masa depan di kota yang masih begitu asing baginya pun menghantui meskipun tidak menyurutkan langkahnya. Dengan cepat tawaran dari UMA diterima setelah menyerahkan surat pengunduran diri dari Universitas Sumatera Utara (USU), tempat yang awalnya direkomendasikan untuknya.

Sepak terjang dimulai dari sebagai seorang dosen yang berlanjut sebagai Pembantu Rektor (PR I) 1997-2005. Tujuh tahun kepemimpinannya, Zulkarnain membuktikan kemampuannya dengan berbagai perbaikan. Seperti peningkatan jumlah mahasiswa yang sebelumnya hanya dua ribuan menjadi lima ribuan pendaftar setiap tahunnya. Perlahan tapi pasti. Empat program pascasarjana berhasil dibuka.

Tanggungjawab sebagai putra daerah, Zulkarnain lalu mendirikan SMA Plus Mandailing Natal (Madina) dan menjadikannya Kepala Sekolah 2007 hingga sekarang ini. Meskipun untuk itu dia harus berhenti sebagai rektor di usia yang sangat produktif. Melalui Badan Musyawarah Cendekiawan Mandailing Natal berbagai terobosan di bidang pendidikan terus dilakukan demi kemajuan tanah kelahiran.

Manfaatkan Olahraga untuk Kebersamaan

DENGAN tanggungjawab yang besar, Prof Ir H Zulkarnain Lubis MS, PhD menyadari perlunya stamina yang cukup. Untuk itu, perawatan kesehatan terus dilakukan melalui kegiatan olahraga. “Tentu saja, kesehatan itu yang utama. Karena dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang sehat itu tidak bisa dipungkiri. Minimal tiga kali seminggu saya gym diselingi dengan berenang,” bebernya.

Ketertarikan Zulkarnain terhadap olahraga sendiri sudah dimulai dari remaja. Sepakbola, bola voli, atletik, renang, di antara cabang olahraga yang kerap dilakoni. Bahkan suami dari Dra Yenny Riorita Siregar ini pernah keluar sebagai juara aerobic yang digelar di Universitas Medan Area (UMA).

Selain menjaga stamina, Zulkarnain melihat olahraga sebagai ajang menumbuhkan semangat kebersamaan. Hal itu yang menjadi dasar keinginannya untuk menghidupkan kembali kegiatan erobic bersama di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) yang dipimpinnya saat ini. (jul)

Berevolusi dengan Sastra

PERKENALAN dengan dunia sastra berdampak pada kepribadian Zulkarnain. ayah dari tiga anak ini. Karakter yang kerap meledak-ledak kini tak terlihat, berganti dengan keceriaan ide untuk ditumpahkan.
“Saya dibesarkan dengan otak kiri jadi sangat sistematis. Hal ini membuat tingkah laku saya dulu begitu meledak-ledak, marah-marah. Semua itu seolah berevolusi sejak saya kenal dengan sastra. Pertama kali saya berpuisi itu pada kegiatan di UMA,” kenangnya.

Evolusi tadi pun terlihat pada ketertarikan Zulkarnain menulis. Bahasa-bahasa ilmiah tak lagi berdiri sendiri tapi berbagi tempat dengan kata-kata puitis ala pujangga. Memberi warna tersendiri pada setiap karya yang lahir dari tangannya.

Beberapa buku fiksi pun siap untuk diterbitkan. Sebut saja ‘Suara Hati Seorang Akademisi’, ‘Luahan Hati Ungkapan Rasa’ dan ‘Sejuta Asa Sejuta Rasa Memimpin SMA’ yang tengah dalam proses editing.

Realita social yang diangkat dalam ‘Pagar Makan Tanaman’ bahkan mendapat apresiasi dari Syawal Gultom.
“Saya sudah menulis sejak 1997. Banyak di bidang politik, budaya, dan social. Untuk buku sudah ada 20 yang diterbitkan dan dapat ditemui di Gramedia,” beber Zulkarnain yang hobi nyanyi ini. (jul)

Exit mobile version