Site icon SumutPos

Aksi Koboi di Kampus AS, 10 Mahasiswa Tewas Tertembak

Foto: Scott Olson/Getty Images/AFP Gaeis polisi dipasang di ppintu masuk Kampus Umpqua Community College, di Roseburg, Oregon, USA, 2 October 2015. Kemarin, sebanyak 10 korban tewas tertembak dan 7 luka saat Chris Harper Mercer menembak membabi-buta.
Foto: Scott Olson/Getty Images/AFP
Gaeis polisi dipasang di pintu masuk Kampus Umpqua Community College, di Roseburg, Oregon, USA, 2 October 2015. Kemarin, sebanyak 10 korban tewas tertembak dan 7 luka saat Chris Harper Mercer menembak membabi-buta.

OREGON, SUMUTPOS.CO – Tragedi penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat. Insiden terjadi di kampus Umpqua Community College di kota Roseburg, Negara Bagian Oregon, Kamis (1/10), pukul 10.30 waktu setempat. Sejauh ini korban tewas dilaporkan mencapai 10 orang, melukai tujuh orang lainnya.

Harian setempat The New York Times melaporkan, Jumat (2/10), pelaku dilaporkan remaja berusia 26 tahun. Saat menjalankan aksinya, pelaku, disebut-sebut bernama Chris Harper Mercer, sempat menanyakan agama para korban.

Hal itu dijelaskan saksi Kortney Moore (18) yang selamat dari maut. “Dia sempat meminta orang-orang di sekitarnya berdiri lalu mengatakan agama mereka. Setelah itu dia mulai menembak,” ujarnya.

Sheriff Douglas County, John Hanlin, mengatakan pelaku tewas dua jam setelah menjalankan aksi kejinya karena baku tembak dengan aparat. Dia khawatir jumlah korban tewas bisa bertambah.

“Ada 10 oarng yang tewas adalah informasi paling akurat yang dapat kami berikan sejauh ini,” kata Hanlin.

Chris menembak mati mahasiswa dan dosen yang berada di dua gedung berbeda. Awalnya pelaku menyambangi kelas bahasa Inggris di Gedung Snyder, Kampus Umpqua. Terdengar tembakan, mengenai dosen perempuan paruh baya yang hendak menutup pintu kelas.

Seorang mahasiswa yang sedang mengikuti pelajaran, Cassandra Welding (20) mengaku melihat sendiri gerak-gerik Chris sebelum beraksi. “Tadinya dia hanya berdiri saja di luar kelas, saya menyadari ada yang tidak beres sampai dia mulai menembak.”
Selanjutnya, pelaku bergerak ke kawasan Fakultas MIPA. Korban paling banyak berjatuhan di sana.

Polisi kini berusaha menyelami motif Chris. Dia diduga kuat sempat bercakap-cakap di jejaring sosial, menanyakan pendapat orang-orang bagaimana bila dia melakukan penembakan massal di kampus. Bila akun itu benar milik Chris, maka dia terinspirasi kasus penembakan di Universitas California pada 2014 yang menewaskan tujuh orang termasuk pelaku.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, terlihat sudah mulai kehilangan kesabaran melihat seringnya aksi penembakan massal terjadi di negara yang dia pimpin. Presiden ke-45 AS itu sambil mengungkapkan kemarahan, turut menyerukan kembali perlunya aturan pengendalian senjata yang lebih ketat.

Kantor berita Reuters, Kamis (1/10), melansir pernyataan Obama yang menyebut tidak lagi cukup memberikan ucapan doa bagi keluarga korban usai terjadi peristiwa penembakan massal. Kemarahan terlihat jelas di ekspresi wajah Obama, lantaran peristiwa itu mulai kerap terjadi. Bahkan, setiap bulan ada saja penembakan massal yang terjadi di Negeri Paman Sam.

“Seperti yang saya katakan beberapa bulan lalu dan saya katakan beberapa bulan lalu, dan saya katakan setiap kali kita melihat penembakan massal semacam ini, doa dan pernyataan duka tidak cukup,” ujar Obama.

Dia setuju dengan pernyataan yang menyebut aksi penembakan massal dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kelainan jiwa.

“Tetapi, bukan kita satu-satunya negara di muka bumi ini yang memiliki orang-orang yang jiwanya sakit dan ingin menyakiti orang lain. Namun, hanya kita satu-satunya negara maju di planet ini yang menyaksikan penembakan massal semacam ini setiap beberapa bulan sekali,” kata Obama yang berpidato tanpa menggunakan teks.

Dia sengaja melakukan hal itu untuk mengantisipasi kelompok yang tidak setuju terhadap aturan pengendalian senjata. Obama menyadari kelompok oposisi akan mengkritiknya karena telah mempolitisir kejadian itu.

“Ini merupakan sesuatu yang justru perlu kita politisasi,” ujar Obama dan menyerukan seluruh warga Amerika agar mendorong anggota senat yang mereka pilih melalui pemilu agar segera bertindak dalam menghadapi isu ini.

Obama menyerukan kepada para pemilik senjata yang menggunakan senapan untuk berburu, olahraga dan kepentingan perlindungan menanyakan apakah kelompok yang selama ini menentang UU pengendalian senjata benar-benar telah mewakili aspirasi mereka.

Obama memang tidak menyebut Asosiasi Senjata Nasional (NRA) sebagai organisasi yang melobi Senat, tetapi dari komentarnya jelas ditujukan untuk organisasi itu. NRA diketahui memiliki pengaruh politik yang luas di Washington.

Obama dan Wakil Presiden, Joe Bidden, pernah mendorong agar UU pengendalian senjata segera diteken usai terjadi penembakan tahun 2012 lalu di sebuah sekolah Newtown, Connecticut. Tetapi, upaya itu gagal.

Dia berjanji akan terus menyerukan reformasi setiap kali aksi penembakan massal terjadi. Tetapi, di saat bersamaan Gedung Putih juga memberikan sinyalemen perjuangan untuk menggolkan UU itu tidak akan mudah mengingat kongres yang mayoritas dikuasai Partai Republik. (bbs/val)

Exit mobile version