Site icon SumutPos

PM Yunani Didesak Mundur

ATHENA – Perdana Menteri (PM) George Papandreou terancam mundur dari jabatannya. Kemarin (4/11), parlemen Yunani menggelar pemungutan suara terkait mosi tak percaya pemimpin 59 tahun itu gara-gara referendum yang dia gagas. Tapi, menjelang voting, dia membatalkan rencana untuk menggelar referendum.

Meski pembatalan referendum sempat membuat lantai bursa bergairah kembali kemarin, manuver terakhir Papandreou gagal meredam gejolak politik dalam negeri. Seruan agar generasi ketiga dinasti Papandreou itu mundur dari jabatannya semakin santer. Bahkan, oposisi menyerukan kepada pemerintah agar menyelenggarakan pemilu lebih cepat untuk mengganti kepala pemerintahan.

Kemarin, dua partai besar pembentuk pemerintahan, Partai Demokrasi Baru (ND) dan Partai Pasok (Panhellenic Socialist Movement), menegaskan mereka akan menyetujui dana talangan yang ditawarkan Uni Eropa (UE). Padahal, pilihan itu jelas bertentangan dengan Papandreou. Lewat referendum yang dia rancang tersebut, Papandreou sempat mengusulkan Yunani tak menggunakan Euro.

Para pemimpin Eropa yang berkumpul di Resor Cannes, Prancis, juga sempat meminta bapak dua anak itu menghadap. Secara langsung, mereka menyampaikan kekecewaan terhadap Papandreou atas rancangan referendumnya.
Begitu Papandreou membatalkan rencananya untuk menggelar referendum, Menteri Keuangan Evangelos Venizelos langsung mengontak Menteri Jerman Wolfgang Schaeuble dan Komisioner Moneter Uni Eropa (UE) Olli Rehn. Dia memberitahukan perubahan sikap Papandreou dan berharap masyarakat Eropa, khususnya anggota UE, bisa menanggapi dengan positif langkah tersebut.

“Tujuan pemungutan suara hari ini adalah untuk mencari dan mendapatkan konsensus dan bentuk kerja sama yang paling baik demi kebaikan negara ini,” kata Venizelos dalam perbincangan telepon dengan Schaeuble dan Rehn kemarin. Dia juga berharap, pemungutan suara yang dirumorkan sebagai cara untuk melengserkan Papandreou tersebut, bisa mencapai kesepakatan yang baik.

Venezilos yang merupakan teman satu partai Papandreou itu mengatakan bahwa Partai Pasok berharap bisa membentuk pemerintahan yang seimbang lewat pemungutan suara. Sayangnya, dia tak mau menjelaskan apa yang dimaksud dengan pemerintahan seimbang tersebut? Kami menginginkan suara Yunani dalam pertemuan kelompok euro Senin nanti (7/11) terwakili dengan baik,? katanya.

Wakil Yunani tersebut, lanjut dia, harus bisa memastikan UE untuk mengalirkan dana talangan ke Negeri Para Dewa tersebut. Sebab, dalam krisis finansial yang sangat parah seperti sekarang, Yunani sangat membutuhkan dana talangan tersebut. Konon, UE menyepakati bantuan sebesar EUR 130 miliar (sekitar Rp 1.601 triliun). Tahun lalu, bantuan UE hanya berkisar EUR 110 miliar (sekitar Rp 1.355 triliun).

Selain itu, UE juga mengimbau perbankan Eropa untuk menghapuskan sekitar 50 persen utang Yunanoi pada masing-masing bank. Jumlah utang tersebut mencapai EUR 100 miliar (sekitar Rp 1.229 triliun). Tujuan penghapusan utang tersebut adalah agar Yunani mampu menyelesaikan krisis finansalnya sendiri, tanpa harus selalu bergantung pada dana talangan.

Menurut Venezilos, Yunani akan rugi jika sampai gagal mendapatkan bantuan dana talangan dari UE. Karena itu, dia ngotot menentang referendum yang digagas Papandreou beberapa waktu lalu. Sebab, dalam referendum tersebut, sang PM malah menyebutkan niat untuk meninggalkan mata uang euro. Jika referendum itu sampai digelar dan rakyat Yunani menyepakati gagasan Papandreou, maka bantuan akan batal.

Terkait pemilu dini yang digagas oposisi, Kamis malam lalu Papandreou mengatakan bahwa pantatnya tidak selamanya melekat di kursi PM. Karena itu, dia tak menutup kemungkinan akan lengser. Apalagi, para politisi sosialis berharap pemerintah bisa menyelenggarakan pemilu lebih cepat dan membentuk pemerintahan sementara yang lebih moderat. (ap/afp/hep/ami/jpnn)

Exit mobile version