Site icon SumutPos

Sejak 7 Oktober Total Korban Lebih 10 Ribu Jiwa, Gaza jadi Kuburan Anak-anak

GENDONG ANAK: Warga Palestina menggendong anaknya yang tewas akibat serangan tentara Israel. Sekjen PBB Antonio Guterres menyebutkan, Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak.

GAZA CITY, SUMUTPOS.CO – “Gaza telah menjadi kuburan bagi anak-anak.” Pernyataan miris itu diungkapkan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres. Ratusan anak-anak baik lelaki maupun perempuan dilaporkan terbunuh maupun terluka setiap hari.

Sejak perang pecah pada 7 Oktober lalu, total korban jiwa sudah lebih dari 10 ribu orang. Dari jumlah itu, setidaknya 4.100 anak-anak. Nyawa bocah-bocah tak berdosa itu terenggut. Bom-bom yang dijatuhkann

oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pun terus memakan korban. Banyak di antara korban luka harus mengalami cacat permanen.

Senin (6/11), Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) juga mengungkap, perang di Gaza juga membuat 37 jurnalis terbunuh. Data itu belum termasuk korban terbaru, yaitu Mohammad Abu Hasira. Jenazahnya baru ditemukan kemarin (7/11). Abu mengembuskan napas bersama 42 anggota keluarganya, termasuk putra dan kakak lelakinya.

Guterres menegaskan, jurnalis yang tewas dalam empat pekan terakhir ini jauh lebih banyak dibandingkan konflik di mana pun. Setidaknya, dalam tiga dekade terakhir. ’’Lebih banyak pekerja bantuan PBB yang terbunuh dibandingkan periode mana pun dalam sejarah organisasi kami,’’ ujar pemimpin 74 tahun itu seperti dikutip Al Jazeera.

Dalam paparannya di hadapan jurnalis di markas besar PBB, New York City, Guterres menyatakan bahwa gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu. Terlebih, melihat bencana yang terjadi. Pelanggaran hukum internasional yang terlihat sangat jelas dalam pertempuran di Gaza.

“Pihak-pihak yang berkonflik dan juga komunitas internasional menghadapi tanggung jawab mendasar dan mendesak, yaitu menghentikan penderitaan kolektif yang tidak manusiawi ini dan secara dramatis memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza,” tegasnya.

Namun, sejauh ini Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), tetap bergeming. Mereka menolak mentah-mentah terhadap opsi gencatan senjata yang disuarakan meluas dari berbagai pihak. Justru, The Times of Israel melaporkan, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menyebut bahwa Guterres memiliki moral yang buruk karena tidak terus-menerus menyerukan agar Hamas menyerah. Juga, menuntut pembebasan 240 sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

Erdan juga kembali menuntut agar Guterres mengundurkan diri dari jabatannya. “Dengan gagal melakukan hal tersebut, Guterres telah kehilangan pedoman moralnya dan tidak boleh bertahan satu menit pun di posisinya,” bunyi unggahan Erdan di akun X miliknya pasca pernyataan Guterres yang telah tersebar.

Saat ini, Israel terus mengebom dengan membabi buta. Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan, IDF telah memerintahkan Rumah Sakit Anak al-Rantisi untuk dievakuasi. Sebab, mereka bakal mengebom fasilitas tersebut. Padahal, ada sekitar 70 anak dirawat dan 1.000 pengungsi yang berlindung di fasilitas kesehatan tersebut.

Bahu-membahu untuk Palestina

Solidaritas yang ditunjukkan Indonesia kepada Palestina adalah untuk menuntut penghentian perang dan mendukung kemerdekaan Palestina. Wujud dukungan lainnya adalah pemberian bantuan yang dikirim melalui pesawat. Kemarin (7/11), pesawat ketiga yang membawa bantuan untuk Palestina sudah tiba.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan, sikap Indonesia tidak akan pernah berubah dalam kaitannya dengan masalah Palestina. Kemarin dia menambahkan, lobi dan diplomasi akan terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia. “Terutama kepada negara-negara Islam yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel untuk dapat turut menekan upaya gencatan senjata,” katanya.

Upaya pemerintah Indonesia dalam membantu warga Palestina yang terkena dampak dari konflik juga telah dilakukan dengan mengirimkan bantuan sebanyak 51 ton pada tanggal 4 November lalu. Selain itu, Muhadjir juga menjelaskan bahwa proses evakuasi warga negara Indonesia (WNI) masih terus diupayakan. “Kita akan terus mengupayakan untuk mereka yang akan keluar dari Gaza bisa dievakuasi. Sebagian sekarang sudah ada di Mesir, tinggal menunggu perjalanan berikutnya ke Indonesia,” ucapMuhadjir.

Dia menghimbau bagi WNI yang memilih untuk menetap demi tugas kemanusiaan diharap untuk berhati-hati dan tidak mengambil risiko. Sementara WNI yang berhasil dievakuasi masih berada di Mesir untuk menunggu proses penerbangan ke Indonesia.

Muhadjir menyebut Kementerian Pertahanan saat ini sedang dalam proses mengirimkan kapal kesehatan militer. Kapal ini memiliki standar internasional dan akan digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada para korban di wilayah Gaza.

Untuk bantuan yang dikirimkan sudah sampai Bandara El Arish, Mesir. Pesawat Airbus A330 dengan nomor penerbangan JT6001 itu tiba pada Senin (6/11) pukul 18.30 WIB. Ini merupakan pesawat ketiga menyusul dua pesawat C-130 Hercules A-1237 dan A-1238 yang telah tiba sebelumnya.

“Dua pesawat Hercules sudah tiba sebelumnya dan kini kita sedang melakukan unloading untuk pengiriman pesawat yang ketiga dengan menggunakan Airbus A330 sehingga totalnya sekitar 51,5 ton bantuan yang berasal dari berbagai masyarakat, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertahanan, Polri, Kitabisa, BAZNAS, danPalang Merah Indonesia,” kataPahala.

Pesawat ketiga tersebut mengangkut sekitar 26,5 ton logistik bantuan yang melengkapi total 51,5 ton bantuan kemanusiaan tahap pertama dari Indonesia. Bantuan tersebut kemudian diserahkan kepada Bulan Sabit Merah Mesir. “Mereka memberikan apresiasi juga atas bantuan yang diberikan masyarakat Indonesia dalam hal bersama-sama melakukan upaya untuk bisa memberikan bantuan karena mereka melihat langsung bagaimana kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat Palestina yang ada di Gaza,” ucap Pahala.

Sementara itu, perwakilan dari Bulan Sabit Merah Mesir, Mahmoud Gamaal menyampaikan, pihaknya bekerja 24 jam menerima bantuan yang datang ke Mesir dari seluruh negara di dunia. Bulan Sabit Merah Mesir akan terlebih dahulu memilah bantuan tersebut berdasarkan prioritas sebelum dikirimkan ke Gaza. “Kami memberikan prioritas-prioritas dan di antara prioritas yang sangat dibutuhkan sekarang adalah bantuan medis yang dibutuhkan oleh pihak lain (Gaza),” ujarnya.

Pimpinan Baznas Rizaludin Kurniawan menyampaikan, saat ini Baznas sedang menyiapkan pengiriman gelombang kedua. Dia menegaskan uangnya sudah ada di kantor Baznas. ’’Tetapi masih ada kendala ongkos kargo pesawat yang sekarang sangat mahal sekali,’’ tuturnya.

Rizaludin menuturkan, Baznas mendapatkan informasi sewa pesawat kargo untuk pengiriman bantuan ke Gaza dengan mendarat di Mesir, mencapai Rp9 miliar. Kemudian Baznas sudah negosiasi, harganya mentok di angka Rp 4 miliar. Dia menegaskan Baznas tidak mungkin mengeluarkan dana umat begitu besar untuk membayar sewa pesawat kargo.

Untuk itu Baznas terus berkoordinasi dengan Kemenlu dan lembaga lainnya. Supaya bisa ada penerbangan dari TNI AU seperti pengiriman tahap pertama. Skema lainnya adalah menitipkan sebagian barang bantuan dengan kapal TNI-AL. Pasalnya ada rencana pengiriman kapal milik TNI-AL ke Mesir. “Alternatif terakhir kami minta izin ke Kemenlu RI bisa belanja barang bantuan di Mesir saja,” tuturnya.

Sehingga tidak ada beban biaya sewa pesawat kargo. Dia berharap Kemenlu bisa memberikan izin untuk skema belanja bantuan di Mesir itu.

Rizaludin mengatakan saat ini ada sekitar 300 mahasiswa beasiswa Baznas di Mesir. Mereka bisa diperbantukan untuk penyiapan pembelian bantuan tersebut. Mulai dari pembelian hingga pengemasananya. Sedangkan untuk gudang penyimpanan, Baznas berkoordinasi dengan KBRI di Kairo.

Pada intinya bantuan pemerintah Indonesia untuk warga Palestina tidak berhenti pada pengiriman perdana yang dilepas Presiden Joko Widodo pada Sabtu (4/11) lalu. Pada saat itu ada sekitar 52 ton bantuan yang dikirim ke Palestina lewat Mesir. Pengiriman menggunakan tiga pesawat milik TNI-AU.

Di sisi lain, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo menyampaikan bahwa rencana pengiriman kapal rumah sakit untuk membantu korban perang di Gaza masih perlu dikoordinasikan. “Tentunya kami koordinasikan dulu ke sana apakah memungkinkan untuk itu. Karena tidak sembarangan,” kata dia saat diwawancarai oleh awak media, kemarin.

Yudo menyebut, situasi perang di Palestina harus menjadi pertimbangan. Sebab ada risiko dan bahaya. Karena itu, perlu koordinasi yang tepat dan akurat sebelum kapal rumah sakit dikirim dari Indonesia. “Jangan sampai membahayakan alutsista kita,” imbuhnya. Dia pun mencontohkan proses pengiriman bantuan yang sudah dilakukan. Semua dikoordinasikan dengan hati-hati.

Meski begitu, Yudo menegaskan bahwa seluruh kapal rumah sakit milik TNI AL dalam keadaan siap untuk dioperasikan. Termasuk jika harus dikirim untuk membantu korban perang di Gaza. “Pasti siap karena itu kapal baru. Saya yakin kalau ABK atau tenaga medis pun saya yakin siap. tapi untuk di sana nya itu yg perlu kita koordinasikan secara tepat,” imbuhnya. (sha/c17/hud/wan/lyn/syn)

Exit mobile version