Site icon SumutPos

Pemegang Paspor Palsu Bukan Teroris

Penumpang MAS yang mencuri paspor ternyata remaja warga Iran.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pihak otoritas Malaysia telah memastikan dua orang penumpang illegal di pesawat Malaysia Airlines MH370 bukan kelompok teroris. Keduanya diketahui merupakan warga Negara Iran yang hendak pergi ke Eropa melalui Beijing untuk mencari kerja.

“Mereka warga Negara Iran, atas nama Pouria Nour Mohammad Mehrdad, 19, dan Delavar Sayed Mohammad Reza, 29. Keduanya dinyatakan tidak ada kaitannya dengan kolompok teroris. Mereka mau ke Eropa cari kerja,” ujar Wakil Duta Besar RI di Kuala Lumpur, Hermono.

Menurut penuturannya, Pouria diketahui menggunakan paspor curian atas nama Christian Kozel, seorang warga negara Austria. Sedangkan Delavar menggunakan paspor curian atas nama Luigi Maraldi , seorang warga negara Italia.

Kepastian motif keduanya menggunakan paspor curian masih belum diketahui. Namun, lanjut Hermono, sudah dapat dipastikan bahwa keduanya akan bertolak menuju Eropa untuk mencari kerja bukan mencari suaka. Hal itu diperoleh dari konfirmasi pihak keluarga Pouria.

“Kemungkinan cari kerja. Kepastian itu didasarkan pada pengecekan data intelejen. Ibu Pouri pun sudah melaporkan hal itu. Ia malah sudah ada di Jerman dan Pouri berniat menyusul,” katanya. Tapi, imbuhnya, hingga kini yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana kedua pemuda Iran tersebut berhasil lolos dari pemeriksaan.

Keduanya bisa keluar masuk Malaysia dengan paspor orang lain dan tidak terdeteksi oleh imigrasi Malaysia. “Yang menjadi sorotan adalah keduanya berwajah Iran namun menggunakan paspor Eropa dan tidak terdeteksi,” tandasnya.

Sementara itu, dikabarkan oleh Hermono bahwa hingga kini masih belum ada kemajuan apapun terkait proses pencarian pesawat yang hilang Sabtu lalu itu. Pemerintah Malaysia masih terus berupaya melakukan pencarian meski dinilai cukup lamban. Pendalaman kasus penumpang illegal juga terus didalami.

Sementara itu, upaya pencarian pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang hilang kontak Sabtu (8/3) lalu belum juga membuahkan hasil. Belum ada pertanda apapun di Laut China Selatan maupun di Selat Malaka. Lima kapal TNI yang diminta membantu pencarian hingga kini belum kembali ke pangkalan.

Perbantuan dari TNI memang mengambil rute berbeda jika dibandingkan dengan tim pencari dari beberapa negara lain. jika negara-negara seperti Vietnam, Tiongkok, dan Amerika Serikat mencari puing di Laut China Selatan, maka TNI AL bergerak di Selat Malaka. Sebab, muncul kemungkinan pesawat itu putar balik ke arah Kuala Lumpur yang artinya berbelok ke arah Selat Malaka.

Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati menjelaskan, kelima kapal tersebut mencari kemungkinan lokasi pesawat di sekitar Pulau Pinang, Malaysia. “Sampai saat ini kapal-kapal tersebut masih berada di selat malaka membawa tim SAR dari TNI,” terangnya kemarin.

Kelima kapal tersebut terdiri dari satu kapal korvet kelas Parchim KRI Sutanto-377.  Kemudian, empat kapal patroli yakni KRI Krait- 827, KRI Matacora-823, KRI Siribua-859, dan KRI Tarihu-829. Armada itu masih ditambah pesawat patroli maritim Cassa U-621 yang bisa menjangkau area lebih luas.

Sementara itu, pendataan Antemortem terhadap tujuh WNI penumpang Malaysia Airlines yang ikut hilang masih menyisakan satu orang. Dia adalah Ferry Indra Suadaya, 42, Warga Kalideres, Jakarta. Berbeda dengan Saudaranya, Herry Indra Suadaya, pendataan untuk Ferry belum tuntas karena sang istri terlanjur berangkat ke Malaysia.

“Tim DVI hanya bertemu dengan orang tua dan anaknya, sehingga hanya bisa diambil sampel DNA saja,” tutur Kabagpenum Divhumas Mabes Polri Kombes Agus Rianto kemarin. untuk pengambilan data antemortem seperti ciri fisik, foto terakhir, dental record, sidik jari, dan data lainnya harus menunggu kedatangan sang istri.

Menurut Agus, pihaknya sudah siap dengan kemungkinan terburuk. Jika ternyata pesawat tersebut mengalami kecelakaan dan jenazah para korban ditemukan, pihaknya meyakini identifikasi tidak akan memakan waktu lama. (mia/byu)

Exit mobile version