Site icon SumutPos

Ratusan Rumah Ambruk, Puluhan Desa Terisolasi, 28 Tewas

BEIJING – Hujan deras di sejumlah wilayah Tiongkok menimbulkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan hingga 28 orang. Banjir yang menggerus jembatan itu mengakibatkan ratusan rumah ambruk dan puluhan desa terisolasi. Dalam musibah tersebut, 66 orang dilaporkan hilang.

Kementerian Urusan Sipil Tiongkok menyebut, badai yang terjadi sejak Minggu (7/7) itu berdampak pada lebih dari tiga juta penduduk lokal. Sedikitnya 28 orang tewas karena tanah longsor yang menghanyutkan puluhan rumah di Kota Zhongxing, Provinsi Sichuan.
Sebanyak 12 orang hilang karena terkena tanah longsor di sebuah desa di Kota Mianyang, Sichuan. Di Kota Jiangyou, dua belas orang dan enam mobil juga hilang setelah sebuah jembatan ambruk dan jatuh ke air bah. Peristiwa itu diperparah dengan meluapnya aliran sungai di bawah jembatan tersebut.

Laporan korban yang tewas datang dari Beijing hingga provinsi tengah seperti Henan dan Xinjiang di barat Tiongkok. Sekitar 2000 orang terjebak di sebuah terowongan saat menyelamatkan diri dari tanah longsor di Sichuan. Mereka dievakuasi sejak Rabu (10/7) waktu setempat.
Tim penyelamat mulai membersihkan puing-puing yang dibawa aliran longsor di sebuah jalan di Kabupaten Beichuan. Karena bencana tersebut, empat puluh desa terisolasi. Beichuan adalah pusat gempa dahsyat 8.0 skala Richter pada 2008. Gempa terbesar dalam 30 tahun terakhir itu merenggut 87 ribu nyawa.

Secara keseluruhan, 110 ribu penduduk Sichuan telah direlokasi karena dampak badai. Dalam akun Sina Weibo-nya, Pemerintah Provinsi Sichuan menyatakan masih menghitung total kerusakan lantaran banjir dan longsor tersebut.

Banjir di Provinsi Sichuan kali ini merupakan yang terburuk sejak 50 tahun terakhir. Ribuan rumah rusak dan hancur. Transportasi di wilayah-wilayah yang terkena dampak terparah menjadi lumpuh.

Secara nasional, sedikitnya 44 orang tewas dan 66 korban lain hilang. Tanah longsor dan banjir menjadi bencana langganan di wilayah pegunungan di Tiongkok. Musibah tersebut menewaskan ratusan jiwa setiap tahun. Namun, banjir di sejumlah wilayah akhir-akhir ini menjadi yang terparah dalam setengah abad terakhir.

Dilaporkan, curah hujan hingga 94 sentimeter di wilayah Dujiangyan selama 40 jam terakhir mulai Senin (8/7) adalah yang terlebat sejak Negeri Panda itu mencatat statistik curah hujan pada 1954. (dos/jpnn)

Exit mobile version