Site icon SumutPos

Tiga Pilihan Presiden Mugabe: Penjara, Tetangga, atau Asia

Presiden Zimbabwe Robert Mugabe (kiri), di kantor pusat partainya di Harare, 8 November 2017.

HARARE, SUMUTPOS.CO – Robert Mugabe tampaknya harus puas dengan catatan rekor 37 tahun menjabat sebagai perdana menteri dan presiden Zimbabwe. Pasalnya, desakan agar dia mundur benar-benar kuat dan dari segala penjuru.

Kemarin Sabtu (18/11), misalnya, ribuan warga memadati ruas-ruas jalan di Ibu Kota Harare. Mereka mendesak presiden yang sudah berkuasa hampir empat dekade itu lengser.

”Pergi, pergilah, jenderal kami,” seru Fred Mubay, salah seorang pengunjuk rasa.

Menurut dia, mewakili para pengunjuk rasa, Zimbabwe sudah terlalu lama menderita di bawah pemerintahan Mugabe.

Kudeta militer yang membuat Zimbabwe kini disorot dunia, bagi Mubay, adalah harapan. Sebab, kini Zimbabwe punya peluang untuk memiliki pemimpin baru. Yang penting bukan Mugabe lagi.

Pertanyaannya kini, setelah tak lagi menjadi presiden, apa yang akan terjadi pada Mugabe? Penjara adalah salah satu kemungkinan. Sebab, ada begitu banyak penyelewengan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama era kepemimpinannya.

Namun, seperti juga para diktator lain di Afrika, Mugabe bisa saja menghindari penjara. Caranya, mengasingkan diri ke negara lain.

Dia, misalnya, bisa memilih melarikan diri ke Afrika Selatan (Afsel). Sebab, pemimpin negara yang bertetangga dengan Zimbabwe tersebut, Jacob Zuma, termasuk sahabatnya.

Persoalannya, dia mungkin berteman baik dengan Zuma, tapi bagi warga Afsel kebanyakan, dia justru dianggap musuh.

”Mugabe pernah dengan arogan mengusir para pengasuh dan sopir-sopir Uber dari Afsel. Juga, para guru, pegawai keuangan, pramuniaga, petugas kebersihan, serta sekretaris dan sejumlah pebisnis asal Afsel.” Demikian ulasan Quartz Africa dalam artikel yang terbit Jumat (17/11).

Dalam wawancara dengan BBC, Tendai Biti, mantan menteri keuangan Zimbabwe, menyebut Singapura sebagai destinasi lain yang paling mungkin dituju Mugabe jika mengasingkan diri. Pasalnya, kondisi kesehatan presiden ke-2 Zimbabwe tersebut sudah tidak prima.

Beberapa waktu lalu dia menjalani perawatan medis di Singapura dan membaik. ”Singapura sudah jadi rumah keduanya,” papar dia. (AP/Reuters/BBC/theguardian/quartz/hep/c10/ttg)

 

2

Exit mobile version