Site icon SumutPos

Bakal “Dirusak” Pembenci Monarki

Rencana Pernikahan Pangeran William

Tak semua warga Inggris antusias menyambut pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton barangkali sudah banyak yang tahu. Tetapi, tahukah Anda bahwa royal wedding pada 29 April mendatang itu juga mengerek jumlah para pembenci monarki?

Itulah yang terjadi, setidaknya menurut klaim kaum Republikan di Inggris. Republik adalah kelompok yang secara konsisten menuntut dibubarkannya sistem monarki di Inggris dan diganti dengan republik.
Nah, sebagaimana dilansir Daily Telegraph kemarin (20/4), sejak William dan Kate mengumumkan rencana pernikahan mereka pada November lalu, Republik mengklaim jumlah anggota mereka melonjak 50 persen lebih menjadi sekitar 14 ribu orang.

Tidak banyak memang. Tetapi, kelompok itu militan dan sudah berencana “merusak” hari pernikahan akbar tersebut dengan menggelar pesta jalanan bertema antimonarki. Republikan Inggris tidak sendirian.

Mereka bakal didukung kelompok pembenci monarki dari berbagai negara Eropa yang saat ini juga masih berbentuk kerajaan yang tergabung dalam Aliansi Gerakan Republik Eropa. Yaitu, Swedia, Denmark, Norwegia, Belanda, Belgia, dan Spanyol. Wakil kelompok-kelompok tersebut telah memastikan akan datang ke London pada 29 April mendatang.

“Percayalah, kebanyakan orang di negara ini tidak peduli sedikit pun dengan keluarga kerajaan atau monarki,” kata Graham Smith, manajer kampanye Republik, kepada Daily Telegraph.

Meski tujuannya serius, pesta jalanan para pembenci monarki itu akan berlangsung santai dan juga bakal diramaikan dengan beragam pernik. Misalnya, suvenir. Tentu saja temanya juga anti- royal wedding, anti kerajaan.
“Aku bukan mug royal wedding.” Begitu bunyi tulisan di salah satu mok yang akan dijual di acara tersebut yang mungkin bakal menarik perhatian sekaligus mengundang senyum.

Menurut Smith, fakta menunjukkan pernikahan anggota-anggota keluarga kerajaan sebelumnya selalu menggenjot minat kepada Republik. Sekaligus meningkatkan kebencian kepada kerajaan.

“Itu terjadi karena mereka menganggap monarki adalah bentuk anakronisme pada abad ke-21 ini,” kata Smith.
Pengalaman dari Swedia juga menunjukkan fakta serupa. Saat Putri Victoria dari Kerajaan Swedia menikahi Daniel Westling pada Juni lalu, Asosiasi Republik Swedia mengaku kebanjiran anggota baru. Yang semula 3.500 menjadi 7.500.

“Even kerajaan selalu membuat orang kian sadar betapa institusi ini sudah sangat ketinggalana zaman dan bahkan tergolong fenomena aneh,” ujar Helena Tolvhed dari Republikan Swedia.  (c4/ttg/jpnn)

Exit mobile version