Site icon SumutPos

Diwarnai Aksi Bakar Rumah-Masjid, 20 Warga Tewas

MEIKTILA-Kerusuhan di Kota Meiktila, Provinsi Mandalay, Myanmar, meluas. Kemarin (22/3) pemerintah memberlakukan status darurat di kota berpenduduk sekitar 80 ribu jiwa itu. Tetapi, aksi saling serang tetap berlanjut. Korban pun kian banyak. Sedikitnya, 20 orang tewas sejak kerusuhan pecah Rabu (20/3).

DIBAKAR: Sejumlah rumah warga  masjid dibakar  kerusuhan  terjadi  Meiktila, Myanmar, kemarin.// AFP PHOTO/ Soe Than WIN
DIBAKAR: Sejumlah rumah warga dan masjid dibakar dalam kerusuhan yang terjadi di Meiktila, Myanmar, kemarin.// AFP PHOTO/ Soe Than WIN

Dari ibu kota Myanmar, Kota Naypyidaw, Presiden Thein Sein mendeklarasikan status darurat untuk Meiktila. Itu dilakukan setelah kerusuhan yang sudah berlangsung tiga hari tersebut merenggut tidak kurang dari 20 orang. Selain itu, bentrokan berdarah yang diwarnai dengan pembakaran rumah dan masjid tersebut juga memaksa sedikitnya 6.000 warga mengungsi.

Dengan memberlakukan status darurat di kota yang menjadi markas Angkatan Udara (AU) Myanmar tersebut, pemerintah Sein berhak mengambil alih kendali keamanan. Kemarin pemerintah mengerahkan sejumlah besar personel militer ke Meiktila. “Mulai sekarang, militerlah yang akan menjalankan fungsi administrasi kota,” papar pemimpin 67 tahun tersebut.

Sein menetapkan status darurat di Meiktila setelah upaya pemerintah setempat untuk meredam gejolak dengan memberlakukan jam malam pada Rabu lalu gagal. Korban tewas yang semula dilaporkan berjumlah sepuluh orang pun meningkat menjadi 20 orang. Kerusuhan sektarian yang melanda Negara Bagian Rakhine pertengahan tahun lalu pun langsung membayangi warga Myanmar.

Tidak mau mati konyol atau terjebak di tengah konflik, ribuan penduduk Meiktila pun mengungsi. Massa Buddha dan muslim yang terlibat bentrokan sempat menyulut api di permukiman warga. Puluhan rumah hangus terbakar dan sedikitnya lima masjid berubah menjadi arang kemarin. Namun, kendati masih tegang, sebagian besar wilayah Meiktila sudah mulai tenang.

Aksi sektarian yang membangkitkan kembali kenangan buruk warga Myanmar terhadap tragedi di Rakhine tahun lalu itu sebenarnya bermula dari masalah sepele. Rabu lalu beberapa konsumen terlibat perselisihan dengan pemilik salah satu toko emas di Meiktila. Kebetulan, para pelanggan itu adalah pemeluk Buddha dan si pemilik toko beragama Islam.

Dalam waktu singkat, adu mulut di toko emas itu menjalar menjadi aksi saling ancam. Massa yang tersulut emosi pun mengobarkan api perselisihan dan pecahlah bentrokan di jalanan tempat toko emas tersebut. Bentrokan berdarah itu lantas meluas sampai ke permukiman warga. Selain merenggut sedikitnya 20 nyawa, aksi kekerasan itu membuat puluhan orang terluka. “Sekitar 1.200 keluarga muslim berlindung di kantor polisi,” kata Win, pejabat pemerintahan.(jpnn)

Exit mobile version