Jokowi-Prabowo Penting Bertemu

Prabowo dan Jokowi pada Debat Capres Minggu (15/06) dipimpin oleh Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika.
Prabowo dan Jokowi pada Debat Capres Minggu (15/06) dipimpin oleh Prof. Dr. Ahmad Erani Yustika.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Saling klaim kemenangan telah memunculkan ketegangan di antara dua kubu pendukung pasangan capres-cawapres. Pihak Prabowo-Hatta maupun Jokowi-JK sama-sama memiliki komitmen bertemu untuk sama-sama meredakan ketegangan yang ada.

Di pihak pasangan nomor urut dua, kemarin (10/7), Jokowi langsung yang sempat menyinggungnya. “Ya memang lebih baik ketemu,” kata Jokowi, saat ditemui usai jumpa pers di media center Tim Pemenangan Jokowi-JK, di Jalan Cemara, Jakarta.

Meski demikian, saat ditanya lebih lanjut terkait waktu yang direncanakan, gubernur DKI Jakarta non aktif itu belum bisa memastikannya. Pihaknya masih akan berkoordinasi terlebih dulu dengan sejumlah pihak untuk mengatur waktu paling tepat. “Belum dijadwalkan ketemu,” tukasnya.

Pada kesempatan memberikan keterangan pers tersebut, Jokowi lebih banyak menyinggung tentang tugas penting yang masih harus diemban para pendukungnya. Yaitu, harus aktif mengawal proses penghitungan suara. Mulai dari penghitungan di tingkat paling bawah hingga diumumkan secara resmi oleh KPU nantinya.

“Saya tegaskan bahwa tugas kita nggak berhenti saat pilpres selesai, justru tugas penting menanti setelah pilpres ini selesai,” kata Jokowi.

 

Terpisah, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya yang juga anggota tim kampanye Prabowo Hatta, Suhardi menyatakan, upaya untuk meredakan ketegangan sudah secara preventif dilakukan oleh Prabowo sendiri. “Dalam pidato, Pak Prabowo sudah menegaskan kepada para pendukung untuk bisa tenang, sekaligus mempercayakan kepada KPU sebagai penentu hasil akhir,” ujar Suhardi saat dikonfirmasi.

Menurut Suhardi, dengan perintah langsung itu, dirinya meyakini para pendukung Prabowo-Hatta akan taat untuk melaksanakan perintah itu. Terkait pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi langsung, Suhardi tidak menanggapi terlalu jauh.

“Kalau pertemuan itu, tentu antara pak Prabowo dan pak Jokowi saja,” ujarnya.

Sementara, anggota tim kampanye Prabowo Hatta, Didik J Rachbini juga meminta semua pihak untuk cooling down. Hasil survey yang diklaim masing-masing pasangan calon tidak perlu menjadi patokan utama, karena hasil resmi adalah data perhitungan manual dari KPU.

“Seilmiah-ilmiahnya lembaga survey, tidak bisa dijadikan dasar. Sebaiknya mendinginkan suasana dulu, tidak usah adu gagah,” ujar Didik.

Menurut Didik, bangsa Indonesia masih harus belajar untuk bisa menerima kajian ilmiah seperti hitung cepat ataupun exit poll. KPU ke depan harus membuat sebuah back-up seperti data elektronik yang bisa memantu hasil secara cepat. “Sekarang enggak usah pesta-pesta dulu, dianggap selesai saja. Media juga jangan menjadi ajang pemicu,” ujarnya mengingatkan.

 

Asing Soroti Hasil Quick Count

Hajatan demokrasi lima tahunan Indonesia tidak luput dari pemberitaan berbagai media asing yang sangat berpengaruh. Sebagian besar menurunkan melaporkan saling klaim dua pasangan mengatasnamakan hitung cepat atau quick count mendahului penghitungan suara pilpres oleh KPU yang akan diumumkan 22 Juli mendatang.

Klaim kemenangan dua kubu tersebut menjadi topik panas di internet maupun pemberitaan media-media. Rupanya, media asing ikut menyoroti klaim yang menimbulkan kekisruhan itu. Media Inggris BBC dan Daily Mail serta, Reuters di Amerika, Sydney Morning Herald (SMH) di Australia.

Dalam artikel BBC bertajuk “Indonesia vote: Both Widodo and Subianto claim victory”, Jokowi yang pertama mengumumkan kemenangannya ini. Selang satu jam kemudian Prabowo ikut mengklaim “telah menerima dukungan dan mandat rakyat”. BBC menyebutkan sumber data quick count pada Pilpres ini ada 2 ribu lembaga dari seantero negeri.

Reuters melansir ada 5 lembaga survei mengunggulkan Jokowi, sedangkan 4 lembaga survey mengunggulkan Prabowo Subianto.

Dalam tulisan “Prabowo Subianto and Joko Widodo both claim victory in Indonesia’s presidential poll” pada 10 Juli, SMH menuliskan Jokowi memperingatkan lawannya untuk tidak mengutak-atik hasil perhitungan suara. Sedangkan Prabowo menanggapinya dengan meminta para pendukungnya bersabar serta menghormati hasil akhir dari KPU.

Daily Mail mengutip Associated Press senada dengan media lainnya. Harian besar asal Inggris itu juga menuliskan imbauan presiden SBY agar masyarakat tetap menjaga ketenangan meski partainya sudah berlabuh ke kubu Prabowo. Mereka menyebutkan bahwa Jokowi dan Prabowo menawarkan program yang jauh berbeda maupun gaya pembawaan yang bertolak belakang.

The Australian menulis pada Rabu, 10 Juli 2014, Jokowi tetap resah terkait dengan kecurangan yang akan terjadi terhadap integritas penghitungan suara.

Menurut kantor berita Xinhua, hitung cepat yang dilakukan Polmark menunjukkan Jokowi memperoleh 52,96 persen suara dan Prabowo 47,04 persen. Sedangkan hitung cepat versi JSI menunjukkan Prabowo unggul dengan 50,57 persen dan Jokowi-JK memperoleh 49,43 persen suara.

Sedangkan New York Times mengatakan berbagai hasil penghitungan cepat tersebut biasanya sangat akurat, berdasarkan pengalaman sebelumnya. (dyn/bay)