Site icon SumutPos

Wow… Bocah 13 Tahun Ini Ikut SBMPTN, Tak Kesulitan Jawab Soal

Musa Izzanardi Wijanarko, bocah 13 tahun, ikut tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 di Bandung.
Musa Izzanardi Wijanarko, bocah 13 tahun, ikut tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 di Bandung.

BANDUNG, SUMUTPOS.CO – Di saat anak seusianya masih mengenakan pakaian biru putih atau bahkan baru mendaftar SMP, Musa Izzanardi Wijanarko, malah berebut kursi dengan puluhan ribu calon mahasiswa dalam tes Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2016 di Bandung.

“Saya lulus Paket C, terus langsung ikutan SBMPTN,” ucap Izzan, sapaan akrab bocah 13 tahun itu, usai mengikuti ujian SBMPTN 2016 di gedung SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS), Jalan PHH Mustopa, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa siang (31/5).

Izzan masuk kelompok ujian Saintek dengan Kartu Tanda Peserta bernomor 116-34-18681. Meski berusia belia dibandingkan peserta lainnya, Izzan mengaku tidak merasa canggung.

Bahkan, bocah kelahiran Bandung 24 Oktober 2002 ini mengaku tidak kesulitan menjawab puluhan soal ujian SBMPTN 2016. “Enggak (kesulitan) sih. Tapi tadi soalnya banyak banget,” kata Izzan yang berkaca mata ini.

Panitia memastikan Izzan resmi tercatat sebagai salah satu peserta SMPTN 2016. “Usianya 13 tahun jalan,” ucap Sekretaris Eksekutif 1 Panitia Lokal (Panlok) 34 Bandung SBMPTN 2016, Asep Gana Suganda, saat dikonfirmasi wartawan di Sekretariat Panlok Bandung SBMPTN 2016, kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Jalan Ganeca, Kota Bandung.

Hari ini seluruh peserta SBMPTN 2016 menjalani ujian di beberapa tempat yang menyebar di Kota Bandung. Berdasarkan data, Asep menjelaskan, Izzan masuk SBMPTN 2016 berbekal ijazah Paket C. “Dia itu home schooling dan ikut Paket C. Ya boleh-boleh saja (masuk SBMPTN),” ucap Asep.

Lebih lanjut Asep menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan kalau Izzan peserta paling muda yang ikut SBMPTN 2016 di Kota Bandung. “Kami belum dapat pastikan dia termuda. Tapi memang berdasarkan catatan, usianya 13 tahun,” ujar Asep.

Asep memastikan peserta SBMPTN tidak dibatasi usia sehingga keiikutsertaan Izzan bukan suatu masalah. “Enggak masalah, ya karena enggak ada batasan umur bagi peserta,” ucap Asep.

Izzan tergolong belia dibandingkan peserta lainnya yang mengikuti ujian SBMPTN 2016 di Kota Bandung. “Kalau peserta lain tadi semuanya seumuran kakak saya,” kata bocah kelahiran Bandung 24 Oktober 2002 ini.

Dia mengaku tidak mengalami kesulitan saat melaksanakan ujian Tes Kemampuan Dasar Saintek serta Tes Kemampuan dan Potensi Akademik. “Tadi itu soal waktu saja, soal pertanyaan ujiannya banyak. Ya terisi 70 dari 90 soal. Saya enggak bisa mengerjakan cepat-cepat,” ucap Izzan.

“Waktu usia enam tahun, kata psikolog, saya ini enggak cocok sekolah biasa. Kalau mau sekolah, ya sekolah di luar negeri, bisa juga sekolah internasional, atau Home schooling. Lalu saya pilih sekolah di rumah saja,” kata Izzan.

Sekian banyak mata pelajaran, Izzan lebih meminati matematika. “Saya enggak tertarik pelajaran lain. Sampai sekarang sukanya matematika,” tutur Izzan sambil mengatakan kalau dirinya telah melakukan persiapan SBMPTN 2016 dengan cara membeli buku paket berkaitan materi seleksi PTN.

Meski tidak menempuh pendidikan sekolah formal, bukan berarti Izzan kesulitan menyerap ilmu secara cepat. Berkat motivasi orang tuanya serta kakaknya, Izzan yang kini setara usia SMP ini justru mampu melahap materi pelajaran untuk kalangan SMA.

“Sejak kecil dia (Izzan) belajar khusus matematika. Makanya saat usia delapan tahun, dia sudah bisa mempelajari pelajaran matematika untuk SMA,” kata Mursid Wijanarko (45), ayah Izzan.

Menurut Mursid, memilih mengikuti SBMPTN 2016 merupakan pilihan logis. Sebab, sambung dia, setelah lulus Paket B dan Paket C, tidak mungkin Izzan melanjutkan SMP atau SMA. “Tentu pilihannya melanjutkan ke level perguruan tinggi. Hal ini menjadi pilihan optimal dengan kondisi sekarang,” ujar Mursid.

Yanti Herawati, ibu Izzan, menyebut anak keduanya tersebut belajar secara otodidak untuk materi mata pelajaran SMA. “Dia (Izzan) belajarnya dengan cara membaca buku-buku. Bahkan saya malah kewalahan, jadi saat usianya sembilan tahun, dia banyak menanyakan materi pelajaran yang justru di luar kemampuan saya. Dia tanya materi-materi yang sebenarnya untuk mahasiswa tingkat empat,” kata Yanti.

Dia mengungkapkan, ketertarikan Izzan terhadap mata pelajaran matematika saat usianya lima tahun. “Waktu itu Izzan bertanya kepada saya kenapa Newton bisa merumuskan hukum gravitasi, tapi Newton enggak pernah ke luar angkasa. Ya saya jawab semuanya itu karena matematika. Sejak itulah Izzan tertarik pelajaran matematika,” kata Yanti.

Kecerdasan Izzan tentu saja membuat orang tuanya bangga. “Izzan ini anak cerdas berbakat istimewa. Dia memiliki keluarbiasaan ganda,” ucap Yanti yang juga penulis serta guru informal. (bbs/ala)

Exit mobile version