Site icon SumutPos

Mimpi Banyak Salib di Mana-mana

Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).
Foto: TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Evakuasi korban jatuhnya pesawat Hercules Milik TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).

Tidak ada lagi yang bisa dilakukan Janhsen Sinaga (52) serta adiknya Boru Sinaga dan keponakannya Leonardo Sinaga, selain duduk dan menunggu-nunggu. Setiap kali sirene ambulans terdengar mendekat menuju instalansi jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik (RSUP-HAM), mereka hanya bisa merintih, seperti tidak ada lagi air mata yang tersisa untuk dikeluarkan.

Puput Julianti Damanik, Medan

Lima anggota keluarganya telah berpulang lebih dahulu, menjadi korban jatuhnya Pesawat Hercules Seri C130 di Perumahan dan Ruko Golden Vista, Padang Bulan. Mereka di antaranya Pendeta Sahat Martua Sinaga (50) beserta istrinya Br Purba, dan anaknya Irene Sinaga serta kedua keponakannya Agus Salim Sitio, dan Like Simbolon.

Kedatangan adiknya, Sahat beserta istri dan satu orang putrinya ke Siantar sudah sekitar seminggu yang lalu. Tujuannya untuk melayat dan mengikuti proses persemayaman abangnya yang meninggal karena sakit pada Kamis (25/6) lalu.

“Adik saya ini datang ke mari mau lihat abang kami yang pertama meninggal di Siantar. Dia bilang naik pesawat Hercules ini bisa cepat, langsung sampai ke Natuna, kalau naik pesawat dari Kualanamu harus singgah ke Batam dulu, makanya dia ngotot naik pesawat TNI AU ini karena kerjaannya pun sudah menumpuk di sana (Natuna),” ujarnya Janhsen.

Tambahnya, sekitar pukul 10.00 WIB mereka sampai di Polonia untuk mengantarkan adiknya tersebut, namun 4 di antaranya tidak ikut dan memilih naik pesawat Sriwijaya dari Kualanamu lantaran membawa anak kecil. “Ada 9 orang yang mau ke Natuna, 5 orang naik Hercules ini dan 4 lagi saya antar ke Kualanamu naik Sriwijaya karena anaknya ada dua kecil dan lasak,” katanya.

Dilanjutkannya, Sahat kembali ke Natuna dengan membawa 2 keponakannya, Agus Salim Sitio yang rencana ingin mencari peruntungan di Natuna dan satu lagi adalah Like Simbolon, anak adiknya yang sebelumnya juga telah meninggal dunia.

“Like, anak terakhir adikku ini, baru tamat SMP dia, mau disekolahkan sama adikku ini di Natuna. Maksud dia biar gak banyak kali pengeluaran adekku ini abis ditinggal suaminya. Suaminya juga udah meninggal sekitar setahun lalu,” katanya sembari memegang kuat adiknya, Boru Sinaga.

Boru Sinaga sendiri tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya mengatakan, kalau sebelumnya ia sempat mimpi. “Pulang dari kuburan, besoknya aku mimpi pas mau menguburkan abangku ini banyak kali salib di mana-mana. Aku pun heran, banyak kali salibnya, banyak apa yang meninggal,” katanya.

Pendeta Sahat, katanya juga tidak meninggalkan pesan apa-apa. “Sebelum pulang, adikku ini ngajak kami beribadah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Cuma itu aja. Gak ada pertanda atau pesan apa-apa dibilangnya,” katanya sembari terus mengeluarkan air mata.

Tambah Jhansen, adiknya ini memang sudah sering menumpangi pesawat Hercules bila mau ke Medan. “Sudah sering mereka naik pesawat ini, karenakan di Natuna itu kalau mau naik pesawat harus ke Batam dulu, bayar tapi saya gak tahu berapa bayarnya. Tapi ini sudah nahasnya. Baru aja 2 hari lalu kami kuburkan abang kami, ini menyusul adikku,” katanya sedih.

Sementara itu, hisak tangis juga masih mewarnai proses evakuasi korban dari ambulans ke ruang jenazah. Sekitar pukul 18.15 WIB, 50 korban sudah masuk ke dalam instalansi jenajah RSUP-HAM.

Sebelumnya Tertawa-tawa

Dua remaja yang notabene kakak-beradik, Ester Yosopin (17) dan Rita Yunita (14) diduga turut menjadi korban. Isak tangis keluarga Ester dan Rita pecah di depan ruang jenazah RSUP Adam Malik saat mengetahui tidak ada satu pun penumpang pesawat yang selamat dari maut.

“Inang.. Mengapa lah jadi begini. Baru lagi kalian tertawa-tawa senang di rumahku sebelum berangkat…,” ucap Minta Pitauli br Sutumeang yang juga adik kandung dari ibu dua kakak beradik itu seraya menangis merontah-rontah.

Sementara Mikael Sirait, suami Minta Pitauli yang juga bapak uda keduanya menyebut, dua kakak beradik itu bersekolah di SMA/SMP Santo Ignatius Jalan Karya Wisata Medan. Kata dia, lantaran liburan sekolah, keduanya hendak pulang ke rumah orangtuanya di Natuna, Kepulauan Riau, untuk ikut dalam rombongan pesawat Hercules C 130 tersebut. Ayah Ester dan Rita, anak pertama dan ketiga dari empat bersaudara itu, bertugas sebagai Babinsa TNI AD di Natuna.

“Bapak mereka (Sahata Sihombing) sebelumnya bertugas di Jakarta terus pindah ke Koramil Natuna. Ibu mereka (Dewi Situmeang) adalah kakak istriku kandung,” ujar Mikael.

Mikael mengatakan, selama ini dua kakak beradik tersebut tinggal di asrama sekolah. “Karena libur, mereka sudah ada satu minggu lebih di rumah kami. Dan tadi pagi aku yang mengantarkan mereka ke Polonia (Lanud Soewondo, Red),” kata Mikael.

Pertama mendapat kabar, ia mengaku tidak percaya pesawat TNI AU yang berangkat dari Lanud Soewondo tersebut jatuh. “Aku tahunya pas dihubungi keluarga juga. Katanya ada pesawat jatuh. Waktu ditelepon itu aku nggak percaya, karena aku baru saja sampai rumah, di Jln Sei Asahan. Tapi saat kucek ke bandara terus kulihat TV ada siaran pesawat jatuh baru aku percaya,” ungkapnya.

“Padahal sebelumnya mereka tertawa-tawa saat kami tadi minum es teh manis dingin di Bandara Lanud. Aduhh..inang, nggak sangka kali lah jadi begini,” ucapnya dengan raut muka sedih.(rbb)

Exit mobile version