Site icon SumutPos

RS Bidadari: Di Sini Hanya Sehari, Tanya ke Bina Kasih

Foto: Bambang/PM Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.
Foto: Bambang/PM
Dea Afnita (10), bocah yang lumpuh diduga karena paramedis salah diagnosa penyakitnya dan salah kasih obat.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kepala RS Bidadari Binjai, dr Firman, membantah pihaknya salah melakukan diagnosa dan pemberian obat pada pasien bernama Dea Afnita (10). Pasalnya, Dea hanya dirawat satu hari saja.

“Kayak mana bisa dibilang salah diagnosa. Dea saja cuman kami rawat satu hari saja di rumah sakit kami,” terangnya.

Diakuinya, dr Vivia ada menegur cara memasukkan infus kepada perawat. Namun bukan kesalahan memasukkan obat. “Kondisi anak ini, masuk dengan berat 20 kg seusianya. Jadi di sini, dokter menyarankan menggunakan infus yang sesuai. Tapi bukan salah memasukkan obat seperti apa yang dilontarkan orangtuanya,” terang Firman, sembari menunjukkan rekam medik Dea.

Dirinya juga mengakui, sudah melakukan klarifikasi ke DPRD Binjai dan Dinas Kesehatan Binjai dan IDI. Namun setelah melakukan pertemuan sekitar tanggal 16 bulan 3 kemarin. Semua sudah dijelaskan dan pihak manajemen tidak ada dipermasalahkan dalam masalah ini dan tidak disalahkan. Kemungkinan saja kesalahan bukan pada pihak RS Bidadari.

“Permasalahan ini sudah lama dan saya sudah memberi klarifikasi. Seharusnya orangtua tersebut meminta pertanggung jawaban ke RS Bina Kasih, karena lama dirawat di sana anaknya, bukan ke kami (RS Bidadari-red),” terangnya.

Ketika kembali disinggung keterangan dr Vivi yang sempat mengatakan, adanya kesalahan infus untuk Dea, Firman menjelaskan, permasalahan tersebut karena infus ditangan Dea macet dan tidak berjalan. “Kalau yang itu  dipindahkan karena infusnya tidak berjalan. Yang diganti itu letak infusnya saja, bukan infusnya yang diganti dan itu biasa karena pasien yang dirawat itu kan anak-anak,” jelasnya.

Terpisah, pihak RS Bina Kasih, Supiati selaku bagian informasi, enggan memberikan keterangan. Ia mengatakan bahwa Robert selaku penanggung jawab rumah sakit sedang berada di luar.

“Maaf bang, saya gak berhak memberikan komentar dan keterangan apa pun. Kalau bang Robertnya sedang keluar pak. Nanti hubungi aja nomor rumah sakit ini,” ucap Supiati sembari memberikan nomor rumah sakit.

Nomor yang diberikan tersebut tak dapat dihubungi. Dan ketika wartawan kembali lagi ke RS Bina Kasih, Robert pun tak juga berada di tempat. “Masih di luar pak. Sabar ya pak,” ujar pegawai informasi kepada wartawan.

Sebelumnya, Dea Afnita dibawa orangtuanya Firman (35) dan Julia (28) ke RS Bidadari Binjai pada hari Minggu 14 Desember 2014, karena mengalami gejala demam. Oleh perawat RS yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Kebunlada, Kecamatan Binjai Utara itu, ia dimasukkan ke ruang inap dan dipasang selang infus. Obat juga dimasukkan melalui infus.

Setelah itu, badan putrinya dingin tetapi keluar keringat yang sangat deras. Selain itu, kulitnya juga mengeluarkan bintik-bintik kemerahan.

“Kami nggak tahu obat apa yang dikasih, soalnya obatnya melalui suntikan saja ke infus. Meski badannya dingin, tapi dia (Dea-red) mengaku kepanasan,” ungkap Firman, Rabu (1/4) siang.

Keesokan harinya, dr Vivia selaku dokter RS datang melihat kondisi anaknya. Dokter sempat mengatakan ada kesalahan yang dilakukan perawat. “Itu salah infusnya, cepat perbaiki,” tutur Firman menirukan perkataan sang dokter.

Pada Senin 15 Desember, siang jelang sore anaknya dirujuk ke RS Bina Kasih. Alasannya, peralatan di rumah sakit yang beralamat di Kecamatan Sunggal itu lebih lengkap. “Saat diantar ke sana, anakku masih bisa bicara dan bergerak meski tubuhnya lemas,” seru pasutri ini.

Baru masuk ke rumah sakit Bina Kasih, keluarga tidak bisa menjenguk lagi sang putri karena langsung dimasukkan ke ruangan ICU. Di sana, anaknya sempat dirawat selama 1,5 bulan tanpa sadarkan diri (koma-red). Kondisinya memburuk dan Dea dirujuk RSUP H Adam Malik Medan. Kondisi Dea sadar namun tidak bisa bergerak dan berbicara. Dia hanya bisa menjerit jika membutuhkan sesuatu. Kondisi ini membuat keluarga semakin bingung karena keterbatasan biaya.

Hingga akhirnya Dea, harus menjalani rawat jalan di RSU Djoelham Binjai. “Gimana nasib anak kami ini. Kenapa kata dua rumah sakit hanya sakit typus, bisa jadi seperti ini,” terang pasutri ini berurai air mata.

Firmana mengatakan, sudah mengadukan masalah ini ke DPRD Kota Binjai. Selain itu, pihaknya juga berencana menempuh jalur hukum serta melaporkan ke Menteri Kesehatan.

“Kami tidak berharap lebih, kami hanya ingin anak kami sembuh dan kembali seperti semula. Cuma itu yang kami mau,” timpal buruh pabrik yang tinggal Jalan Tengku Umar Lingkungan 6, Kelurahan Nangka, Kecamatan Binjai Utara itu. (bam/mag2/trg)

Exit mobile version