Site icon SumutPos

Penyuluhan di Dunia Kerja Tekan Penularan HIV

Tren penularan HIV khususnya di Kota Medan bergeser. Sebelumnya penularan HIV didominasi oleh para pengguna narkoba jarum suntik dengan tingkat penularan sebesar 56 persen. Angka ini berbanding jauh dengan penularan dari pelaku heteroseksual atau seks berlainan jenis yang hanya sebesar 10 persen.

Namun kondisi tersebut berbalik 180 derajat pada tahun 2011. Yang mana pada hasil survei Global Fund, pada tahun tersebut penularan HIV meningkat justru dari kegiatan heteroseksual mecapai angka 54 persen, sementara penularan lewat jarum suntik menurun menjadi 36 persen.

Apa penyebabnya? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos, Kesuma Ramadhan dengan  Project Officer Global Fund, Andi Ilham Lubis, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (1/5).

Apa yang melatar belakangi terjadinya pergeseran tren penularan HIV saat ini?
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pergeseran, yakni seperti diketahui pelaku heteroseksual lebih banyak dibanding pengguna narkoba jarum suntik saat ini. Hal itu dikarenakan masih lemahnya intervensi perubahan prilaku pelaku heteroseksual, seperti keengganannya menggunakan pengaman saat berhubungan intim. Sementara itu para pengguna jarum suntik, memiliki intervensi yang banyak dalam supply redaction, atau terbatas penggunaannya karena hukum yang melarang, karena narkoba telah masuk dalam golongan narkotika kelas IA dengan masa hukuman yang lebih lama. Selain itu juga bisa mencari laternatif dengan membuat racikan seperti metadon ataupun beralih ke jenis narkotika lainnya seperti sabu-sabu. Sehingga dengan tingkat intervensi yag berbeda jauh ini, menjadi alasan kenapa penularan HIV lebih banyak terjadi dari para pelaku Heteroseksual.

Apa langkah yang bisa dilakukan para pelaku heteroksual untuk bisa meminimalisasi penularan HIV?
Setidaknya para heteroseksual harus bisa memahami dampak dan akibat yang diterimanya jika melakukan seks tanpa alat pengaman seperti kondom untuk mencegah penularan HIV. Selain itu para pelaku heteroseksual yang diketahui memiliki risiko tinggi penularan HIV bisa mencari solusi dengan melakukan puasa seksual atau langsung menikah. Jika kedua hal ini juga tidak bisa dilakukannnya maka alternatif lainnya yakni menggunakan kondom tadi.

Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan kondom saat ini?
Untuk Sumatera Utara penggunaan kondom bagi pelaku heteroseksual masih sangat rendah yakni hanya 14 persen yang terus konsisten masih menggunakan kondom. Sementara sisanya enggan menggunakan dengan berbagai macam alasan klasik yakni kurang nikmat dan sebagainya.

Apa solusi yang harus dilakukan?
Setidaknya perlu keterlibatan seluruh pihak untuk ikut mendukung program peduli HIV lewat sosialisasi tentang manfaat dan kegunaan kondom. Kondom ini juga sebenarnya bukan melegalkan untuk melakukan seks melainkan untuk meminimalisasi angka penularan HIV yang terus bertambah.

Apa program ke depan untuk  meminimaslisasi penularan HIV?
Ke depannya kita akan mengarah kepada penanggalangan di dunia kerja sebagai pelanggan dan ibu rumah tangga lewat program PMTCT atau program keamanan ibu untuk menularkan HIV kepada bayinya. Sebelumnya dunia kerja diprioritaskan karena kita ketahui yang mampu membeli seks adalah orang-orang yang telah bekerja. Sehingga dengan beragam penyuluhan di dunia kerja diharapkan mampu menekan lajunya penularan HIV. (*)

Exit mobile version