Site icon SumutPos

Polda Sumut Perketat Pengawalan Pantai Timur

Pengumuman yang diunggah di halaman Facebook (Facebook Philippine National Police (PNP) kantor regional 10 Vicente Garcia Alagar)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepolisian Filipina merilis informasi soal adanya warga Indonesia yang bergabung dengan kelompok radikal di Filipina. Informasinya, dari Medan satu orang, dinyatakan tewas dalam baku tembak dengan pasukan pemerintah.

Sebagaimana diketahui, Pulau Sumatera dengan Pantai Timurnya yang cukup panjang membentang menjadi jalur emas keluar-masuknya pelaku-pelaku paham radikal ke Sumatera, khususnya di Sumut. Polda Sumut angkat bicara soal laporan Philippines National Police (PNP) soal Muhammad Ilham Syahputra, pemuda asal Medan yang diduga tewas dalam baku tembak dengan aparat setempat.

“Seperti yang saya bilang, Polisi tidak memiliki data soal kepergian mereka. Itu tugas dari pihak Imigrasi mengawasi keluar masuknya warga dari Medan ke luar negeri. Begitupun, untuk menjaga keamanan, pengawalan Pantai Timur, kian diperketat,” ungkap Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Rina Sari Ginting, kepada Sumut Pos, Kamis (1/6).

Poldasu sebagaimana diketahui sudah pernah membahas soal kawasan Pantai Timur yang kerap menjadi lokasi penyelundupan baik orang maupun narkoba. “Seperti yang pernah dibahas oleh Kapolda dengan Pangdam. Dua institusi ini sedang sepakat untuk mengawal dan menjaga Pantai Timur,” kata Rina.

Dia mengatakan, intelijen polisi juga terus bekerja. Mencari informasi awal guna memutus tumbuh kembangnya bibit-bibit radikalis di Sumut. “Untuk teknis bagaimana ya gak bisa kita beberkan. Namanya intel tentu kerjanya tanpa diketahui,” kata Rina singkat.Namun, dia menekankan soal masalah radikalisasi bukan cuma tanggungjawab polisi. “Mari bersama-sama peduli. Laporkan orang-orang atau kegiatan mencurigakan yang melenceng dari ajaran agama sehingga menjurus radikalisasi,” pungkas Rina.

Sementara, Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkum HAM Sumut hingga kemarin belum bisa mengidentifikasi warga Medan bernama M Ilham Syah Putra yang diduga tewas dalam pertempuran dengan militer Filipina. Sesuai data administrasi yang diperoleh, Ilham merupakan kelahiran Medan, 29 Juli 1995 dan memiliki nomor Passpor A 9291582. Kemudian, berangkat ke Filipina pada 29 November 2016, lalu.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Divisi Imigrasi Kemenkuham Sumut, Sabarita Ginting mengatakan, pihaknya tidak ada mengeluarkan Passpor atas nama Ilham. Namun, pihaknya akan mencari informasi untuk mencari kebenaran tersebut.

“Kalau saya perhatikan nomor serinya (Nomor Passpor milik Ilham) bukan dari Medan. Tetapi dari daerah lain, karena ada yang sangat dekat nomor paspor yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi Karawang,” sebut Sabarita kepada Sumut Pos, Kamis (1/6).

Sabarita menjelaskan, pihaknya belum ada menerima laporan dari Direktorat Jendral Imigrasi pusat. Namun, tetap melakukan kordinasi untuk mengetahui keberadaan WNI yang bergabung dengan kelompok berontak Maute itu.

“Untuk Ilham belum ada, yang ada tentang 11 WNI yang di Filipina saat ini. Dengan pemberitahuan untuk mohon diantisipasi apabila ada permintaan untuk diamankan ketika masuk TPI (tempat pemeriksaan imigrasi) untuk dikoordinasikan dengan BNPT atau Polri,” jelas Sabarita.

Sementara itu, Humas Kemenkuham Sumut, Josua Ginting mengatakan, walaupun Ilham disebut-sebut warga Medan, namun belum tentu dia berangkat ke Filipina melalui Bandara Kualanamu Internasional Airport. “Bisa jadi, berangkatnya dari daerah lain. Kita tidak bisa memantaunya. Yang bisa memantau itu, lintas bantas negara pemeriksaan imigrasi. Yang memiliki data perjalanan itu, adanya di Dirjen Imigrasi. Kalau kita sendiri tidak ada,” jelasnya.

Untuk mengetahui hal itu, pihak Kemenkuham Sumut akan melakukan kordinasi dengan Dirjen Imigrasi Kemenkuham Sumut. “Tapi, agak sulit. Karena itu data rahasi tidak bisa dipublikasi. Semua data perjalanan warga Indonesia berpergian keluarga negeri dan warga asing masuk ke Indonesia ada di Dirjen Imigrasi,” tandasnya.

Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul mengungkapkan, hingga kemarin belum ada perkembangan signifikan berkaitan dengan tujuh WNI terduga teroris, termasuk Ilham. Sampai kemarin, posisi maupun kondisi mereka belum teridentifikasi. ”Belum,” ungkap Kabagpenum Divhumas Polri Kombes Martinus Sitompul.

Meski identitas mereka sudah disebar ke seluruh jajaran polda, polres, dan polsek, polisi tidak lantas langsung melakukan pengejaran. Mereka masih mencari informasi lebih lanjut mengenai data yang dilaporkan oleh Philippine National Police (PLP). Dari tujuh WNI yang identitasnya sudah diungkap ke publik, dua di antaranya terdata lahir di wilayah hukum Polda Jawa Barat. Namun demikian, sampai kemarin aparat Polda Jawa Barat belum bergerak untuk menindaklanjuti laporan dari kepolisian Filipina.

”Nggak ada pengejaran,” kata Kabidhumas Polda Jawa Barat Yusri Yunus. Menurut dia, pihaknya masih mendalami laporan tersebut. Mengingat tujuh WNI yang diduga bergabung dengan kelompok Maute tidak masuk dalam daftar terroris yang diburu.

Sementara itu, Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyatakan bahwa semua urusan berkaitan dengan teroris di wilayah hukum instansinya diserahkan kepada Mabes Polri. ”Semua yang ada hubungan dengan teroris Mabes Polri yang akan menanganinya,” jelasnya. Itu termasuk urusan tujuh WNI terduga teroris yang jadi buron PNP. Meski dua di antaranya berasal dari wilayah hukum Polda Metro Jaya. Sehingga mereka tidak bersentuhan secara langsung dengan urusan tersebut.

Meski belum ada keterangan resmi dari Polri, pengamat terorisme Al Chaidar mengungkapkan bawah tujuh WNI yang identitasnya sudah dirilis oleh pihak kepolisian sudah terkonfirmasi merupakan bagian dari kelompok teroris. Empat WNI dengan foto yang sudah disebar, sambung dia, diduga kuat merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah Khilafah Nusantara (JADKN). ”Ada beberapa memang yang MIT (Mujahidin Indonesia Timur). Tapi, yang empat itu JADKN semua,” ungkapnya.

Mereka, sambung Al Chaidar, merupakan orang baru. Bukan wajah lama yang menjadi buruhan polisi. ”Nggak terduga sama sekali (ikut aksi teror),” imbuhya. Berdasar informasi yang berhasil dia himpun dari berbagai sumber, tujuh WNI tersebut masih berada di Filipina. Namun, belum ada informasi pasti mengenai posisi terakhir mereka. Demikian pula kondisi mereka. Apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia. Yang pasti, mereka berada di bawah Aman Abudrrahman sebagai pimpinan.

Namun demikian, besar kemungkinan mereka tidak mengenal pelaku bom bunuh diri Kampung Melayu. Meski bergerak di bawah komando orang yang sama, mereka belum saling kenal. ”Beda selnya,” ucap Al Chaidar. Yang pasti, mereka bergabung bersama Kelompok Maute di Mindanao untuk berlatih. Kemudian turut bergabung dalam serangan ke Marawi. Disamping nama-nama yang sudah beredar, Al Chaidar juga mendapat informasi lain berkaitan dengan WNI yang bergabung bersama Kelompok Maute. Namun, belum terkonfirmasi. (byu/and/syn/jpg/dvs/gus/adz)

Exit mobile version