Site icon SumutPos

dr Mahyono Meninggal karena Covid-19, Dokter Bedah Anak di Medan Tinggal 2 Orang

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sumatera Utara (Sumut) kehilangan seorang pejuang kemanusiaan. Dokter spesialis bedah anak, dr Mahyono SpB SpBA meninggal dunia setelah terpapar virus Corona, Kamis (1/30) siang pukul 11.30 WIB.

Ketua IDI Cabang Medan, dr Wijaya Juwarna SPTHT-KL menyebutkan, dr Mahyono yang juga mantan Ketua Umum PSMS Medan ini, mengembuskan napas terakhir setelah mendapat perawatan intensif di RSU Royal Priman

“Beliau meninggal di usia 64 tahun. Sempat dirawat 10 hari di RSU Royal Prima selama kurang lebih 10 hari,” ungkap Wijaya.

Ia menyebutkan, dr Mahyono kesehariannya berpraktik di RSIA Stella Maris Medan. Dengan meninggalnya Ketua Bakti Kesehatan Bermartabat Sumut itu, total sudah 14 dokter di Medan yang gugur terinfeksi Covid-19. “Selama ini, dokter SpBA yang aktif di Kota Medan ada 3 orang. Tapi dengan berpulangnya beliau, berarti hanya ada 2 orang saat ini,” sebut Wijaya.

Dia mengimbau kepada para dokter yang bertugas, agar tetap memakai APD (alat pelindung diri) yang standar. Dokter yang berusia lebih dari 50 tahun juga diimbaunya supaya mengatur waktu polinya tidak setiap hari, sehingga masih ada waktu untuk beristirahat dan berolahraga.

“Sejawat dengan penyakit penyerta diminta puasa dulu, jangan berpraktik selama bulan Oktober sampai Desember 2020 ini. Sedangkan bagi sejawat yang langsung menangani pasien Covid-19 diharapkan fokus saja. Hindari menangani pasien non-Covid-19. Harus ada sistem rotasi 2 minggu kerja dan 2 minggu istirahat,” ujar Wijaya.

Dia menambahkan, kepada pemerintah diminta melakukan pemetaan dan memisahkan segera rumah sakit yang khusus menangani Covid-19 dengan non-Covid-19. “Untuk masyarakat diharapkan jika tidak darurat agar hindari berkunjung ke rumah sakit sampai akhir tahun ini,” pungkasnya.

Terpisah, Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut dr Aris Yudhariansyah mengakui, atas meninggalnya dr Mahyono telah membuat dokter spesialis bedah anak menjadi langka. Selain itu, Sumut juga telah kehilangan seorang pejuang kemanusiaan. “Dokter Mahyono ini, sudah banyak anak-anak tidak mampu yang dioperasinya secara gratis,” kata Aris.

Menurut Aris, calon dokter spesialis bedah anak di Medan memang jumlahnya banyak. Hanya saja, untuk menjadi spesialis bedah anak ini butuh waktu pendidikan yang sangat panjang hingga sekitar 12 tahun. “Spesialis ini investasinya lama. Untuk dokter umum bilang 6 tahun, spesialis bedah 5 tahun, ditambah bedah anak selama 2 tahun. Akan tetapi, sekarang memang bisa dari dokter umum langsung mengambil pendidikan ke bedah anak. Hanya saja harus melalui pendidikan bedah selama 2 tahun dan bedah anak 3 tahun,” terangnya.

Diutarakan Aris, untuk mengantisipasi hal yang sifatnya darurat, penanganan bedah anak bisa dilakukan oleh spesialis bedah umum. Karena bedah anak ini konsultasinya adalah bedah umum. (ris)

Exit mobile version