Site icon SumutPos

Pakai Kostum dan Nyanyi Lagu Unik

AKSI PMR: Sejumlah pelajar SMP memgang poster sambil meneriakkan yel-yel peringatan Hari Aids Sedunia.//aminoer rasyid/sumut pos
AKSI PMR: Sejumlah pelajar SMP memgang poster sambil meneriakkan yel-yel peringatan Hari Aids Sedunia.//aminoer rasyid/sumut pos

Jalanan Kota Medan tampak semarak, Minggu (1/12). Ratusan pelajar Kota Medan tampak berbaris memanjang diiringi oleh serunai mobil Palang Merah Indonesia (PMI) Medan. Dalam barisan ada sekat untuk memisahkan masing-masing sekolah kostum yang digunakan berbeda-beda. Tak hanya itu, bahkan di setiap barisan memiliki yelyel sendiri, ada yang menyanyikan lagu dangdut caesar yang diganti riliknya sampai orasi-orasi singkat.

Kegiatan yang melibatkan lebih dari 20 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta dan Negeri ini sengaja dilakukan dalam memperingati hari HIV dan AIDS Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. Kostum dan yel-yel unik yang ditampilkan oleh ratusan pelajar juga diperlombakan oleh PMI Medan sebagai motivasi dan mendorong pelajar sebagai pelopor untuk menghentikan seks bebas dan diskriminasi terhada Orang dengan HIV AIDS (ODHA).

Hal ini disampaikan oleh ketua panitia, Erwin Syahputra yang diwakili oleh anggota Korps Sukarela (KSR) PMI Medan, Leo Martin kepada Sumut Pos. “Kegiatan ini bukan yang pertama kali, tahun lalu juga kita lakukan seperti ini namun ini lebih menarik lagi karena melibatkan lebih dari 20 sekolah. Kita juga bebaskan kepada mereka untuk membuat sendiri konsep apa yang mau dibuat dan nantinya ini dinilai dan dicari pemenangnya,” ujat Leo.

Aksi yang dilakukan para pelajar ini, lanjutnya, diadakan untuk memberi edukasi kepada masyarakat untuk tidak mendiskriminasi keberadaan ODHA. “Sesuai tema kami, ‘stop diskriminasi terhadap ODHA’. Untuk itu, tujuan kita melibatkan pelajar dan melakukan longmarch untuk menunjukkan kepada masyarakat kota Medan bila ODHA itu tidak harus dijauhi, mereka tidak akan menularkan penyakit kecuali beberapa hal, diantaranya ada interaksi atau transfusi darah,” ujarnya.

Lanjutnya, melihat semakin meningkatnya jumlah ODHA di Sumut, pihaknya juga berharap akan pemerintah dapat terus mensosialisasikan hal tersebut. “Saat ini, jumlah ODHA semakin meningkat bahkan diskriminasi terhadap mereka juga terus meningkat. Untuk itu sosialisasi dari pemerintah juga sangat diperlukan,” ujarnya sembari mengatakan acaranya dilanjutkan di SMP Negeri 7 Medan

Sementara itu, siswa dari SMK Tritech Informatika, Dimas mengatakan pihaknya menampilkan 2 maskot dengan kostum putri dan raja yang memberikan informasi untuk tidak menjauhi ODHA. “Kami buat konsepnya sudah mulai 2 bulan lalu setelah diberi tahu panitia. Kami buat konsep mengenai informasi ODHA, bagaimana penularannya, sehingga tidak seharusnya ODHA dijauhi oleh masyarakat,” katanya.

Sementara itu, belasan siswa SMK PAB 6 Helvetia menampilkan kostum pocong. “Kita buat kostum ini untuk menunjukkan bahwa penderita HIV dan AIDS terasa mati bila didiskriminasi di lingkungannya dan kita juga menghimbau untuk menjauhi  seks bebas dan narkoba,” ujar salah satu siswa, Wandi Laksmana.

Menambahkan, Nadia dari SMA Negeri 2 Medan mengatakan pihaknya membawa peralatan seperti kertas karton yang berisikan slogan. “Kami bawa slogan-slogan mengenai penyebab HIV/AIDS beserta himbauan untuk tidak mendiskriminasikan ODHA,” ujarnya sembari mengatakan mereka perwakilan dari PMR 001.

Sementara, Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Sumut melaksanakan kampanye anti gaul bebas lapangan, Rahayu Mardasari. HTI menganggap bahwa cara utama menghentikan penyakit HIV dan AIDS adalah dengan menghentikan pergaulan bebas di dunia remaja, bukan malah menyebar alat pengaman, kondom.

Dikatakannya, perilaku seks bebas di kalangan remaja makin memprihatinkan dan berimbas kepada meningkatnya jumlah Orang dengan HIV AIDS (ODHA) di kalangan remaja dan penyebab utamanya tak jauh adalah, pergaulan bebas. Untuk itu, pemerintah diminta dapat menghentikan pergaulan bebas tersebut, bukan memberikan kondom.

“Demi mengeram wabah penyebar virus HIV, pemerintah melalui Komisi Penanggulangan AIDS Nasional bersama Kementerian Kesehatan akan menggelar Pekan Kondom Nasional pada 1 Desember hingga 7 Desemberi ini. Ini jelas harus ditentang, karena alih-alih menjadi solusi, program kondomisasi justru akan menyuburkan perilaku seks bebas. Para pelaku seolah justru mendapat pembenaran untuk melakukan perzinaan,” katanya.(put/nit)

Exit mobile version