Site icon SumutPos

Meutya Hafid Desak Percepatan Kuala Namu

MEDAN- Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Meutya Hafid meminta kepada pemerintah untuk serius menyelesaikan pembangunan Bandara Kuala Namu yang dibangun sejak 2007 lalu. Pasalnya, ada banyak catatan permasalahan yang dinilai lambat direspon oleh pemerintah.

“Medan sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, sangat membutuhkan bandara internasional. Terwujudnya Bandara Kuala Namu akan meningkatkan denyut nadi pariwisata dan sektor lain di Sumatera Utara ini,” ujar Meutya, anggota Komisi XI ini saat berkunjung ke Bandara Kuala Namu, Senin (2/5).

Menurut Meutya, berdasarkan informasi yang diperoleh saat bertemu pihak Kementerian Perhubungan, PT Angkasa Pura II dan Bappeda Provinsi Sumatera Utara diketahui, masalah yang paling menghambat adalah pembebasan lahan. Salah satu contoh, untuk jalan tol Medan-Kuala Namu-Tebingtinggi, hampir seluruh lahan belum bebas. (adl)
Dari total lahan proyek 197,94 hektar di seksi 1 (Deli Serdang) seluas 185,85 hektar belum bebas. Masalah lain adalah kekurangan anggaran Rp1,2 triliun, kemudian pembangunan landas pacu pesawat (runway) yang belum bisa terlaksana karena harus proses lelang ulang sesuai hasil audit BPKP.

Terkait pembebasan lahan, lanjut Meutya, dia sangat berharap kepada pemerintah untuk mengedepankan pendekatan kultural dengan memperbanyak dialog dengan masyarakat. “Dengan itu, pendekatan kultural terhadap masyarakat dengan perbanyak dialog. Semua itu untuk kelancaran pembangunan Bandara Kuala Namu setingkat internasional,” ucapnya.

Dijelaskan Meutya, Bandara Polonia Medan saat ini sudah tidak memadai dan sulit dikembangkan. Letaknya juga di tengah kota, menyebabkan dampak kebisingan yang serius dan masalah keselamatan penerbangan. “Dalam rangka kunjungan masa reses ini, saya memang sangat menaruh perhatian penting pada percepatan pembangunan bandara Kuala Namu. Bandara yang dibangun dengan pendanaan dari APBN ini,” cetusnya.

Pelaksanaan pembangunannya telah dimulai sejak 2007. Progress total pelaksanaan pembangunan hingga April 2011 baru mencapai 73,43 persen. Sedangkan Nilai anggaran diestimasi akan mencapai Rp3,3 triliun. Awalnya bandara ini direncanakan dapat beroperasi 2010, namun dalam proses pembangunannya, terus mengalami berbagai keterlambatan.(adl)

Exit mobile version