Site icon SumutPos

Kalau Mau Jadi Guru, Belajarnya Sama Beliau…

Dra Hj Nuraini Lubis (63), staf pengajar Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSU.
Dra Hj Nuraini Lubis (63), staf pengajar Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMSU.

Almarhumah Nuraini yang tewas mengenaskan di tangan mahasiswanya sendiri, ternyata merupakan sosok hebat dan pengayom. Ia juga dikenal supel bergaul dilingkup civitas akademika FKIP khususnya, dan UMSU pada umumnya. Dekan FKIP UMSU dua periode ini juga dikenal sebagai sosok guru sejati.

—————-

Dosen Fisipol UMSU Shohibul Anshor Siregar, yang ditanya soal sosok Nuraini mengatakan, almarhuma merupakan orang baik, ceria, profesional dan berprestasi dilingkup FKIP UMSU. Shohibul mengaku sangat terkejut dengan kepergian Bunda (begitu ia sering disapa), dengan cara tragis seperti itu.

“Saya jarang ketemu belakangan ini sama beliau. Mendengar kabar duka itu saya sangat-sangat terkejut dan sangat berduka atas kepergiannya,” ujar Shohibul kepada Sumut Pos, tadi malam.

Menurut Shohibul, setiap dosen yang mengenal Nuraini pasti punya kesan baik. Nuraini dimatanya merupakan sosok yang bertanggungjawab dan berwawasan luas.

“Bagaimana kami bisa menyangka beliau (Nuraini) pergi dengan cara seperti itu. Ini pukulan telak bagi segenap civitas akademika UMSU,” tutur akademisi yang juga pengamat politik dan sosial di Sumut ini.

Sedangkan mengenai sosok pelaku, diakui Shohibul tidak begitu mengenalnya. Bahkan saat memberi ceramah dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh mahasiswa UMSU, ia mengakui tidak tahu sepak terjang si mahasiswa. Atas kejadian ini, ia berharap khalayak tidak menghakimi UMSU dari kasus ini saja.

“Saya tidak kenal anak (pelaku, Red) ini. Padahal saya banyak mengenal tokoh mahasiswa misalnya UKM Teropong, seni, Mapala, dan senat-senat. Tapi nggak tahu soal si anak itu. Untuk pelaku, biar hukum saja yang berbicara dia pantas dihukum. Tapi memang tega betul dia sama ibunya seperti itu. Apalagi sudah tiga tahun dia itu kami bina. Mungkin dia khilaf,” tukas Shohibul.

Dosen FKIP UMSU Arifin Saleh Siregar mengenal baik sosok Nuraini. “Ibu orangnya disiplin. Apalagi soal busana saat datang ke biro untuk urusan administrasi. Kebetulan istri saya juga dosen di FKIP, beliau selalu menegur cara berpakaiannya. Dia bilang kalau di biro itu tidak boleh pakai kaos dan celana jeans. Jadi beliau benar-benar sosok pendidik dan guru sejati,” ungkap Arifin.

Arifin mengaku terkejut dengan kepergian mantan pimpinannya itu, apalagi dengan cara sangat tragis. Di mata Arifin, Nuraini adalah sosok yang dikenal senang berdiskusi dan mau belajar. Dia juga seorang yang berkarakter dan tegas.

“Yang paling saya ingat sama beliau itu, pada jam malam saat mata kuliah Belajar Pembelajaran, saya diminta menggantikannya karena tak bisa mengajar malam. Ada selama satu semester saya menggantikan mata kuliah bu Nuraini,” ujar mantan jurnalis Sumut Pos ini.


Kemarin pagi saat upacara peringatan Hardiknas, Arifin mengaku sempat bertemu Nuraini. Mereka sama-sama terlambat mengikuti apel. Saat akan meneken absensi, keduanya sudah tak diperbolehkan lagi.

“Ya, sangat terkejut sekali. Tadi pagi (kemarin, Red) sempat satu baris dengan beliau saat upacara Hardiknas. Kami agak terlambat ikut apel. Waktu baris beliau tampak ceria. Tak ada tanda-tanda,” katanya.

Selama mengenal sosoknya, Arifin menyebutkan Nuraini adalah guru sejati. “Kami sedih juga peristiwa ini bisa terjadi, apalagi dilingkup FKIP yang notabene kami mengajarkan tentang karakter mahasiswa,” ucapnya.

Arifin menduga si pelaku sudah terpengaruh narkoba makanya nekad berbuat hal sadis seperti itu.

“Apalagi jarak antara kamar mandi dengan ruang kelas itu dekat dan ramai orang hilir mudik di situ. Jadi gak nyangka juga ditempat itu terjadi pembunuhan. Kalau menurut Kapolresta itu merupakan pembunuhan berencana, sesuai hukum pula dia (pelaku) harus dihukum seberat-beratnya,” harap Arifin.

Setali tiga uang, dosen Fakultas Ekonomi UMSU Aripay Tambunan juga berpendapat serupa. “Pertama-tama saya turut berduka atas meninggalnya Bu Nuraini. Beliau sosok dosen yang baik, ramah, pernah jadi dekan di FKIP. Tanggung jawab beliau selama jadi dekan terkenal sukses,” ujar Aripay saat dihubungi tadi malam dan mengaku tengah berada di Jakarta.

Anggota DPRD Sumut ini mengaku sangat terkejut atas peristiwa yang menimpa Nuraini. Ia mengetahui kabar duka tersebut dari pemberitaan di media online. Ia juga berpendapat, dari sisi integritas, kapasitas dan kepribadian almarhuma betul-betul sosok tokoh pendidikan. Menurutnya, tidak berlebihan pula bila Nuraini dianggap pahlawan di bidang pendidikan, khusus di Sumut. “Bertepatan momen Hardiknas kemarin, saya pikir sosok beliau cocok dijadikan pahlawan pendidikan di Sumut. Itu pantas melihat kapasitas dan pengorbanannya selama ini,” tuturnya.

Dia mengaku peristiwa ini telah mencoreng dunia pendidikan. Namun dirinya menghimbau jangan cepat menjudge UMSU karena peristiwa ini.

“Kejadian ini bisa saja terjadi di manapun, tidak hanya di UMSU. Mari kita jadikan pelajaran. Sebenarnya apa yang menjadi dasar sampai segitunya si anak berbuat. Saya justru lebih khawatir ini anak narkoba. Kebetulan tadi di pesawat, saya satu duduk dengan mantan Kepala BNN Sumut Pak Rudi Tranggono, lantas saya ceritakan kejadian ini dan beliau bilang bisa jadi orang yang pengguna melakukan hal begitu,” ujarnya seraya menambahkan agar si pelaku di hukum sesuai aturan perundangan.

Yulhasni, dosen FKIP UMSU lainnya, menilai sosok Nuraini adalah orang yang ramah, mengayomi dan juga santun. “Dia sebagai pimpinan selalu tanya, kamu sudah makan, apa kabar. Peduli sama siapa saja. Siapa menyangka beliau pergi seperti ini,” ujar Yulhasni.

Ini duka mendalam bagi segenap civitas akademika UMSU. Di mata Yulhasni, sosok keguruan tampak melekat dari kepribadian almarhuma. Pun demikian, ia mengaku ada hal yang belum sempat ia sampaikan kepada Nuraini.

“Tiga hari yang lalu (Jumat, Red) kami ketemu di kampus. Ya, begitu saling sapa dan tanya kabar. Ada buku yang belum sempat kukasih sama beliau, padahal itu pernah kujanjikan. Tulisan berbentuk cerpen gitu. Aku ngajar di UMSU itu karena beliau,” katanya.

Yulhasni mengaku sempat mengingat perkataan Nuraini saat awal hendak mengajar dulu. ”Pak Yul kalau mengajar di sini nggak boleh pakai celana jeans. Itu karena saat antar lamaran pakai celana jeans. Saya cuma bilang kalau mau jadi guru ya, belajarnya sama beliau,” kenangnya. (prn/val)

Exit mobile version