Site icon SumutPos

Walubi Sumut Kecam Pembantaian

WAISAK: Sejumlah biksu bersiap melakukan doa bersama umat pada rangkaian puncak perayaan Tri Suci Waisak 2559 BE/2015 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6).
WAISAK: Sejumlah biksu bersiap melakukan doa bersama umat pada rangkaian puncak perayaan Tri Suci Waisak 2559 BE/2015 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (2/6).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan masyarakat yang tergabung di dalam Aliansi Masyarakat Anti Genocide Muslim Rohingya mendatangi acara perayaan Waisak 2559 BÉ di Hotel Tiara, Selasa (2/6). Kedatangan ini untuk memberikan sikap serta menentang para bhiksu yang ada di Kota Medan karena tidak merestui keberadaan Muslim Rohingya.

Sekretaris Aliansi Masyarakat Anti Genocide Muslim Rohingnya, Indra Suheri memberikan selebaran kertas yang berisikan 5 pernyataan sikap kepada salah seorang umat Buddha yang merayakan Hari Waisak.

Dia meminta agar pernyataan sikap itu disampaikan kepada seluruh biksu yang ada di dalam. “Kami meminta klarifikasi dan ketegasan dari Walubi (Wali Umat Buddha Indonesia) Sumut,” timpal Ketua Aliansi Masyarakat Anti Genocide Muslim Rohingya, Muhammad Nuh.

Tidak lama berselang hadir Walubi Sumut, Indra Wahidin untuk berdiskusi dengan Aliansi Masyarakat Anti Genocide Muslim Rohingya. “Kami juga tidak setuju dengan penganiayaan terhadap etnis Muslim Rohingya di Myanmar,” kata Indra.

Menurutnya, aksi tidak manusiawi kepada muslim Rohingya di Myanmar tidak sesuai dengan ajaran umat Buddha yang menekankan kepada kasih sayang dan Dharma Budi.

“Itu hanya tindakan oknum yang mencoba mengatasnamakan umat Buddha,” katanya seraya meminta agar semua pihak dapat menahan diri serta dapat menjernihkan isu yang ada sehingga tidak menyesatkan.

Pembimbing Masyarakat Buddha Kemenag Provsu, Ketut Supardi S Ag MSi mengatakan MUI dan Walubi Pusat sudah menjalin kesepakatan tentang masalah Rohingya.  Kesepakatan itu, kata dia, harus diterjemahkan dan dijalankan oleh masing-masing pihak. “MUI Pusat itu kan pihak yang dituakan, makanya harus didukung,”ujarnya.

Kata dia, Umat Buddha menghormati dan mempedomai semua kebijakan yang baik. Sehingga, dia meyakini bahwa tindakan seperti itu hanya dilakukan segelintir orang untuk menimbulkan opini untuk dapat memecah belah. “Sudah ada kesepakatan di tingkat nasional, silahkan ikuti itu,” tegasnya.

Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutan perayaan Trisuci Waisak 2559 BE tahun 2015 di pelataran Candi Borobudur mengajak umat Buddha untuk meneladani nilai kemanusiaan universal yang diajarkan oleh Sidharta Gautama.

Nilai kemanusiaan universal sang Buddha mengandung makna kehidupan yang sejati, bertekad kuat serta meninggalkan kepentingan pribadi mengutamakan kepentingan umum.

Untuk meneladani hal itu Presiden Jokowi mengajak umat Buddha tidak hanya membantu dan membahagiakan orang kurang mampu tetapi juga membahagiakan makhluk ciptaan Tuhan seperti menjaga kelestarian alam dan tidak bersifat rakus. “Kehidupan Gautama meneladankan kehidupan kita, yang dilakukan berdasarkan ketulusan hati dan kesungguhan akan manfaat,” katanya Selasa (2/6) malam.

Selain itu, presiden menjelaskan bahwa sesuai ajaran sang Buddha bahwa revolusi mental dan pembangunan karakter menjadi tanggung jawab masing-masing untuk membangunnya. Kemudian dharma atau kewajiban yang dilaksanakan yakni melindungi kemerosotan dan kehancuran dalam berbangsa dan bernegara.

“Nilai universal dari dharma sang Buddha sungguh penting dalam membangun bangsa berdaulat mandiri dan bekepribadian. Tetapi tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh perjuangan,” ujar presiden.

“Saya mengajak saudara sekalian senantiasa merenungkan kembali apa yang disampaikan sang Buddha dan menebarkan kepada sesama. Saya mengajak peringatan Waisak sebagai momentum bangun nilai luhur bangsa dan bersama anak bangsa seperti dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa,” kata presiden.(dik/bbs/rbb)

Exit mobile version