Site icon SumutPos

Sinabung Erupsi Dahsyat, Awas Banjir Lahar

Foto: Solideo Sembiring/SUMUTPOS.CO
Aktivitas vulkanik Gunung Sinabung makin meningkat. Rabu (2/8), terhitung mulai pukul 00.00 WIB hingga 15.00 WIB, gunung api yang masih berstatus awas level IV itu mengalami erupsi sekitar 23 kali. Erupsi ini diikuti guguran dan luncuran awan panas sejauh 4,5 kilometer.

KARO, SUMUTPOS.CO – Dua hari ini, aktivitas vulkanik Gunung Sinabung makin meningkat. Rabu (2/8), terhitung mulai pukul 00.00 WIB hingga 15.00 WIB, gunung api yang masih berstatus  awas level IV itu sudah mengalami erupsi sekitar 23 kali. Erupsi ini diikuti guguran dan luncuran awan panas sejauh 4,5 kilometer. Wargapun diimbau untuk mewaspadai bahaya banjir lahar/bandang yang sewaktu-waktu dapat mengancam.

Tingginya aktivitas Sinabung ini menyebabkan Tanah Karo, terutama Kota Kabanjahe dan Berastagi diselimuti awan gelap yang diikuti guyuran abu vulkanik tebal. Hujan abu ini menyebabkan Kabanjahe dan Berastagi berubah menjadi warna putih. Atap rumah kendaraan dan jalan-jalan tertutup abu.

Meski hujan abu berlangsung dari pagi hingga sore, namun warga tetap beraktifitas seperti biasanya. Bahkan tak banyak warga maupun pengendara yang mengenakan masker. “Mau bagaimana lagi, mau tak mau kita harus menikmati kondisi seperti ini, lagian warga di sini sudah terbiasa menghirup abu. Memang biasanya abu tak setebal ini, ” kata Nana (34), warga Kabanjahe.

Warga lainnya, N Ginting mengatakan, Sinabung memuntahkan 17 kali material gunung api dan awan panas. Warga dari sejumlah kecamatan sekitar Gunung Sinabung termasuk Kecamatan Kabanjahe siaga.

“Kami siaga melihat erupsi Sinabung hari ini (kemarin). Guguran lava pijar terlihat bersamaan gulungan awan panas,” kata Ginting.

Menurutnya, meski siaga namun warga tidak panik.”Mungkin karena sudah biasa dan memperkirakan awan panas tidak akan sampai ke Kabanjahe,” tandasnya.

Pantauan kru koran ini, walau tak melumpuhkan aktivitas warga, namun tebalnya abu cukup mengganggu, khususnya pengendara sepeda motor dan pejalan kaki. Betapa tidak, selain mengurangi jarak pandang, abu vulkanik ini menyebabkan mata perih dan kulit panas serta mengganggu pernafasan.

Sementara itu data yang dihimpun Sumut Pos dari Isa, Kepala Tim Tanggap Darurat Pemantau Gunung Api Sinabung (PPGA) di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, peningngkatan erupsi Gunung Sinabung ini sudah terjadi dua hari belakangan. “Hari Selasa (1/8) kemarin, puluhan kali juga Sinabung ini mengalami erupsi. Hari ini (Rabu) aktivitasnya mekin meningkat, dari pukul 00.00 tadi Sinabung sudah tercatat sekitar 23 kali erupsi,” kata Isa.

Dijelaskan Isa, erupsi kali ini diikuti guguran dan luncuran awan panas sejauh 4,5 km. Awan panas itu meluncur ke arah Tenggara-Timur tepatnya ke arah Kecamatan Naman Teran. Meski begitu, erupsi terbesar hanya terjadi tiga kali, masing masing pukul 08.00 WIB dan pukul 10.00 WIB dengan ketinggian kolom abu mencapai 4.200 meter menuju Tenggara-Timur. “Erupsi ini diperparah lagi dengan guguran dan luncuran awan panas,” ungkapnya.

Kenapa seluruh wilayah Tanah Karo terpapar abu tebal? Isa mengatakan, hujan abu itu terjadi bukan karena besarnya frekuensi erupsi, namun lebih disebabkan iklim kemarau disertai angin kencang yang tengah melanda Tanah Karo. “Sudahlah kemarau, anginnya kencang pula. Angin ini yang menyebabkan penyebaran abu vulkanik makin cepat meluas. Angin ini juga yang kemarin menyebabkan abu vulkanik sampai ke Medan,” katanya.

Foto: Solideo Sembiring/SUMUTPOS.CO
Gunung Sinabung mengalami erupsi hingga 23 kali pada Rabu (2/8), mulai pukul 00.00 WIB hingga 15.00 WIB. Abu menutupi Kabupaten Karo. Warga diimbau mewaspadai bahaya banjir lahar/bandang yang sewaktu-waktu dapat mengancam.

Apakah peningkatan erupsi ini menunjukkan Sinabung akan meletus dahsyat? Isa mengaku tak bisa memprediksi. Hanya saja, sampai detik ini Gunung Sinabung masih berstatus awas level IV. Meski begitu, pihaknya mengaku tetap mengintensifkan pemantauan aktivitas Gunung Sinabung. Pihaknya juga mengimbau warga lebih meningkatkan kewaspadaan dan tidak masuk ke zona merah.

Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, ribuan penduduk terdampak langsung hujan abu vulkanik ini. “Tidak ada korban jiwa,” sebut Sutopo saat dihubungi kru koran ini.

Selain itu, hujan abu menyebar di beberapa tempat seperti di Desa Perbaji, Sukatendel, Temberun, Perteguhen, Kuta Rakyat, Simpang Empat, Tiga Pancur, Selandi, Payung, dan Kuta Gugung. Sutopo menyebut, masyarakat memerlukan masker dan air untuk membersihkan lingkungan. BPBD Karo bersama TNI, Polri, Dinas Kesehatan dan SKPD lain, relawan, dan masyarakat telah membagikan masker, pembersihan jalan dan lahan, pembersihan aset-aset pemerintah (pasar dan tempat umum lainnya), dan menghimbau kepada masyarakat untuk tidak memasuki zona merah.

Dia juga mengimbau masyarakat yang beraktivitas dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap potensi bahaya lahar hujan. Mengingat telah terbentuk bendungan alam di hulu Sungai Laborus, maka penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sekitar hilir daerah aliran Sungai Laborus agar tetap waspada karena bendungan ini sewaktu-waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga berpotensi mengakibatkan banjir lahar/bandang ke hilir.

Untuk mengantisipasi masalah ini, Sutopo mengaku sudah meminta BPBD Kabupaten Tanah Karo segera melakukan sosialisasi ancaman bahaya lahar/banjir bandang kepada penduduk yang bermukim dan beraktivitas di sepanjang hilir dan sekitar Sungai Laborus. (deo/adz)

Exit mobile version