Site icon SumutPos

18 Korban Pesawat Casa Sudah Diidentifikasi

Tewas Akibat Benturan Keras

Jenazah Cuma Lecet-lecet

MEDAN-18 Jenazah penumpang pesawat Casa 212-200 yang jatuh di Bukit Kapur, kawasan Hutan Bahorok, Langkat telah diidentifikasi. Kondisi semua jenazah utuh dan hanya mengalami lecet-lecet di beberapa bagian tubuh.
“Kondisinya hampir semuanya baik tidak ada yang hancur. Hanya luka-luka kecil,” ujar salah satu dokter RS Adam Malik yang tak mau disebutkan namanya, di RS Adam Malik, Medan, Minggu (2/10).
Namun dokter tersebut belum bisa mengetahui apa penyebab kematiannya. “Penyebabnya belum diketahui,” ujarnya yang langsung bergegas masuk ke kamar mayat.

Keluarga dekat korban yang melihat langsung jenazah di ruang identifikasi juga mengaku, kondisi seluruh korban dalam keadaan utuh hanya saja terdapat beberapa korban yang mengalami patah tulang dan perut gembung serta mengeluarkan aroma menyengat karena sudah mulai membusuk.

“Kalau kemanakan saya (Ahmad Arif) dalam keadaan utuh dan wajahnya juga berseri. Mungkin saat kejadian dia sedang dipangku ayahnya. Kalau jasad korban yang lain ada yang mengalami patah tulang di beberapa bagaian seperti kaki dan tangan dan ada juga yang sudah membusuk,” sebut salah seorang keluarga korban.

Sekretaris Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkari Polda Sumut, AKBP Sahat Harianja menyatakan, hampir semua korban tewas akibat luka trauma benturan keras. Kasubdit Dokes Poldasu  selaku komandan Tim DVI Sumut itu saat ditemui Sumut Pos menjelaskan, hasil idetifikasi yang dilakukan dua tim DVI yang berjumlah 10 orang hampir rata seluruh korban meninggal akibat  trauma benturan keras.

“Dari hasil olah TKP dan identifikasi para korban banyak mengalami patah tulang, leher, tulang tangan, tulang kaki dan dada remuk. Ini akibat dari benturan keras, maka sebahagian korban terlihat jasadnya utuh namun kondisi dalam hancur.

Kalau untuk waktu kematian para korban, setelah diperiksa semua nanti dari dokter ahli forensik bisa memprediksi dan bisa diketahui sudah berapa hari mereka meninggal,” ujar Sahat.

Menurut Sahat dari faktor usia bisa membuat kondisi mayat itu berbeda. “Saat kita temukan, ada yang sudah berulat ada juga yang tidak kaku,” katanya. Ini bisa terjadi karena faktor usia. Dari luka yang ditemukan, bisa kita prediksi adanya trauma. Karena pendarahan yang hebat, karena lambannya pertolongan hingga tewas, tapi ini karena kondisi alamnya yang membuat kita kesulitan turun ke lokasi sedangkan untuk kondisi pesawat sendiri saat menjelaskan kondisi yang paling parah bagian depan pesawat, sehingga begitu juga dengan kondisi pilotnya juga paling parah diantara para korban yang lain.  “Kepalanya sudah menyentuh lereng gunung, ekor sangkut ke pohon,” terang Sahat.
Sampai pukul 22.00 WIB, halaman ruang jenazah RS Adam Malik tampak disesaki keluarga korban  untuk membawa pulang jenazah keluarganya.

Pantauan Sumut Pos, sejumlah peti mati telah disiapkan untuk membawa jenazah. Rencananya satu jenazah akan diangkut oleh satu ambulans. Setiap ambulans sudah ditempelkan nama jenazah sehingga mudah diatur. Malam tadi, semua jenazah rencananya akan dikembalikan ke keluarganya masing-masing.

Saat dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat empat korban memang terjepit di bangkai pesawat. Sehingga untuk mengevakuasinya bangkai pesawat terpaksa dipotong dengan alat pemotong.

“Ada 4 orang yang terjepit. Sehingga dibutuhkan alat potong untuk mengeluarkannya,” kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo, di Posko Bahorok, Minggu (2/10).

Sore kemarin, evakuasi seluruh penumpang dan kru pesawat selesai dilakukan. Tepat pukul 16.00 WIB helikopter membawa empat sisa jenazah korban tiba di Posko Bahorok. Prosesnya evakuasi berlangsung empat tahap sejak pukul 12.00 WIB dan langsung menuju RS Adam Malik Dari lokasi Posko Pekan Bahorok, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, sekitar pukul 07.45 WIB, helikopter jenis HA-5103 kembali menurunkan sejumlah tim guna membantu tim evakuasi lainnya yang sudah berada di lokasi jatuhnya pesawat.

Menurut Sertu Hadi, pemandu personel menjelaskan, helipad yang dibuat oleh tim evakuasi di titik lokasi pesawat tidak bisa dijadikan tempat mendarat. Pasalnya, posisi helipad curam. Pangdam I/BB, Mayjen Lodewijk dan Dir Basarnas Sunarbowo serta Bupati Langkat H Ngogesa Sitepu memutuskan melalui jalur udara.

Sekitar pukul 12.15 WIB helikopter yang dikomandoi Steven, tampak membawa enam mayat yang sudah berada dalam kantung jaring yang menguntai dengan tali sekitar 50 meter. Untuk proses pertama ini, ada enam mayat yang sudah terbungkus kantong mayat berwarna hitam diturunkan.

Dengan singkat dan cepat, seluruhan mayat didekatkan persis ke beberapa ambulans yang stand by. Petugas pun melakukan pagar betis dari kejaran wartawan maupun keluarga korban serta warga yang ingin mengetahui kondisi mayat. Mayat selanjutnya di bawa ke RS Adam Malik Medan.

Berselang satu jam kemudian, tepatnya pukul 13.15 WIB, Steven kembali menurunkan tiga mayat. Penerbangan ketiga, lima mayat lagi diturunkan dari tambang yang menjulur ke bawah. Tahapan keempat helikopter membawa empat mayat dan evakuasi berakhir.

Koordinator Basarnas, Marskal Madya Daryatmo menuturkan bahwa evakuasi korban pesawat Casa tuntas ditandai dengan berhasilnya helikopter menurunkan empat mayat tersisa dari empat kali penjemputan ke titik lokasi. “Akhirnya, hari ini (Minggu) kita berhasil mengevakuasi sejumlah korban pesawat.Terimakasih kepada segenap unsur yang telah membantu jalannya evakuasi,” kata Daryatmo.

Evakuasi 18 korban jatuhnya pesawat Cassa, ternyata menjadi pusat perhatian oleh masyarakat.Ratusan masyarakat dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat tumpah di lapangan Sepak Bola Turangi, Perusahaan Perkebunan (PP) Lonsum, Minggu (2/10).

Setelah evakuasi selesai, warga yang tadinya memadati lapangan Turangi, akhirnya membubarkan diri. Begitu juga dengan petugas dari Polres Langkat, Raider, SAR dan sejumlah intansi lainnya.

Sementara itu teriakan histeris dan tangisan haru mewarnai kedatangan jenazah korban jatuhnya pesawat Casa di Instalasi Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H  Adam Malik, Minggu (2/10).

Ke-18 Jenazah yang telah dievakuasi petugas Basarnas, TNI AU dan pihak kepolisian tersebut dibawa dalam empat tahap. Yang pertama, mobil jenazah membawa enam jenazah selanjutnya diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) RS Bhayangkari.Enam jenazah tersebut antara lain Bagus Soetopo, Syamsidar Yusni, Suriadi, HAnif Abdillah, Hamimatul Jannah dan pilot, Famal Ishak.

Sedangkan tahap kedua tim evakuasi membawa tiga jenazah bernama Astuti, Budiono(copilot) dan Ahmad Arief. Sementara tahap ketiga membawa lima jenazah diikuti rombongan terakhir yang membawa empat jenazah.

Pilot Sok Berani

Penerbangan rute pendek yang digarap maskapai penerbangan perintis bakal dievaluasi total. Terutama, sikap pilot pesawat perintis yang disebut Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sok berani. Mereka berani menerjang ganasnya kondisi alam, tapi sayangnya berujung kecelakaan maut. Kemenhub berjanji mengevaluasi penerbangan-penerbangan pesawat perintis yang dicap rawan ini.

Tudingan menyalahkan sikap pilot tersebut, disampaikan oleh Direktur Jendral Perhubungan Udara (Dirje Hubud) Kemenhub Herry Bakti Gumai setelah melepas keberangkatan calon jamaah haji kloter I embarkasi Jakarta di Bandara Soekarno Hatta kemarin (3/10). Herry menuturkan, kasus jatuhnya pesawat Casa 212-200 milik maskapai Nusantara Buana Air (NBA) di belantara Taman Nasional Gunung Leuser, Bahorok, Langkat, Sumater Utara pada Kamis 29 September lalu masih dalam penyelidikan tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Dalam kamus Kemenhub, pesawat yang terbang dalam rute perintis adalah pesawat yang menghubungkan bandara bukan pusat penyebaran dengan bandara bukan pusat penyebaran lainnya pada daerah terisolasi atau tertinggal.

Meskipun masih dalam proses penyelidikan, Herry sudah bisa memperkirakan penyebab jika jatuhnya pesawat yang berangkat dari Bandara Polonia Medan menuju Bandara Kutacane itu. “Saya tegaskan bukan karena mesin mati mendadak,” tandas pejabat berkacamata itu. Namun, lanjut Herry, pesawat berpenumpang 14 orang itu jatuh gara-gara cuaca buruk. “Menurut saya, tidak ada ceritanya cuaca buruk mengakibatkan mesin mati mendadak,” sambungnya.
Sebenarnya, kata Herry, cuaca buruk di sebuah lokasi itu bisa dihindari sehingga tidak berujung pada kecelakaan maut. Beberapa puluh meter, pilot sudah mengetahui jika cuaca di depannya ada cuaca buruk. “Celakanya, pilot pesawat terutama pesawat perintis, sering melawan cuaca buruk itu. Mereka mengira bisa diatasi,” katanya. Tetapi, sikap para supir pesawat ini keliru. Herry mengatakan, jika ada cuaca buruk penerbangan harus ditunda. Jika sudah terlanjur terbang, harus berupaya mengambil rute baru untuk menghidari cuaca buruk, atau kembali mendarat di landasan terdekat.

Khusus untuk kasus jatuhnya pesawat Casa ini, Herry menegaskan kondisi pesawat layak terbang. Dia juga mengatakan, kartu tanda kelayakan terbang juga masih berlaku.

Dari kejadian ini, Harry berani menyimpulkan pandangannya jika sistem transportasi udara khususnya untuk rute pendek yang digeber oleh pesawat perintis harus ditata ulang. Diantaranya adalah, memperketat pelaksanaan prosedur tetap (protap) penerbangan. “Saya rasa maskapai perintis juga punya protap yang baku, tapi dijalankan atau tidak itu harus dievaluasi,” tandasnya.

Rute penerbangan perintis yang bakal dipelototi Kemenhub diantaranya di pulau-pulau yang banyak gunungnya. Seperti di Papua, Sumatera, termasuk juga di Kalimantan. Di medan yang banyak gunungnya ini, diperkirakan rawan terjadi cuaca ekstrim yang bisa mengganggu penerbangan. Sebelumnya, kasus kecelakaan pesawat perintis yang memiliki rute penerbangan pendek juga terjadi di pedalaman Papua.

Namun, Herry belum bisa menjelaskan bentuk pengetatan penerbangan perintis ini. Dia juga belum berani bertindak ekstrem dengan menghentikan seluruh penerbangan rute perintis, selama pilot belum bisa patuh protap. “Bagaimana bentuk evaluasinya, bakal kita susun. Yang jelas pasti dievaluasi,” katanya.

Kotak Hitam Belum Ditemukan

Tim Investigasi Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hingga kini belum menemukan kotak hitam pesawat Casa 212-200.

“Tim kami saat ini sudah berada di lokasi kejadian untuk mencari kotak hitam pesawat tersebut,” kata anggota Tim Investigasi Kecelakaan Transportasi Udara pada Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Joseph Tumenggung, Minggu (2/10).

Upaya pencarian kotak hitam atau black box pesawat tersebut baru dimulai, setelah anggota tim investigasi dari KNKT berhasil diturunkan dari helikopter ke lokasi musibah kecelakaan pesawat yang menewaskan 18 orang penumpang itu.
Selain itu, proses pengambilan kotak hitam dari bawah kokpit pesawat sulit dilakukan dalam waktu relatif singkat. Joseph berharap alat perekam pembicaraan radio antara pilot selama penerbangan dari Bandara Polonia Medan ke Kutacane, Aceh tersebut bisa segera ditemukan. “Kotak hitam pesawat Cassa 212-200 tersebut nantinya akan diperiksa oleh tim investigasi KNKT di Jakarta,” tambahnya.

Melalui rekaman pembicaraan dan data penerbangan di kotak hitam, akan diketahui faktor penyebab kecelakaan pesawat milik maskapai penerbangan Nusantara Buana Air (NBA) tersebut. “Faktor penyebab kecelakaan pesawat Cassa 212-200 memang harus segera diungkap, sehingga tidak ada lagi muncul berbagai informasi maupun penafsiran seputar musibah itu,” ucapnya. (uma/dan/mag-5/wan/wir/jpnn)

Exit mobile version