Site icon SumutPos

Bisa Cuti 6 Bulan, Gaji Indogoogler hingga Rp20 Miliar

Kantor Google, Googleplex, di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat.
Kantor Google, Googleplex, di Mountain View, San Francisco, Amerika Serikat.

Tempat makan siang itu adalah sebuah restoran yang luasnya empat kali lipat restoran di gedung 2000. Lokasinya tepat di pusat aktivitas karyawan Google, yakni plaza Androproud. Saat masuk gedung untuk makan, suara sangat ribut.
———————————

JIKA saat pagi orang-orang yang makan duduk sendiri-sendiri dan diam, ketika makan siang mereka bergerombol serta berbincang riang. Suara tertawa bercampur dengan denting sendok garpu yang beradu dengan piring.

“Selamat datang di Google, silakan ambil makan siang,” sapaan bahasa Indonesia itu mengagetkan sekaligus melegakan. Suara dari perempuan energik yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Amanda Surya itu membuat wartawan Jawa Pos (grup Sumut Pos) merasa sampai di tempat yang tepat, tempat makan siang bersama ‘Indogoogler’, sebutan di forum online untuk orang-orang Indonesia yang bekerja di Google.

Tentu Amanda tidak sendiri. Di meja panjang yang di atasnya tertulis “this table reserved by Indonesia media visit” itu sudah menunggu Alvan Santoso, Budi Kusmiantoro, Hamdanil Rasyid, Hong Majaya, dan Hans Tedja.

Diselingi makanan serbasayur dan buah, mengalirlah cerita bagaimana para Indogoogler itu bekerja di perusahaan paling diidamkan seluruh karyawan di dunia tersebut.

Alvan, yang sudah sembilan tahun bekerja di Google, mengungkapkan, keuntungan material yang paling terasa dengan bekerja di Google adalah makanan yang tersedia di mana-mana.

“Tidak cuma makanan, tapi makanan sehat. Sayur dan buah ada di mana-mana, pagi, siang, dan malam,” ungkap pria 39 tahun kelahiran Tegal itu.

Makanan memang mendapat perhatian penting dari duo pendiri Google, Larry Page dan Sergey Brin, saat membangun Googleplex. Saat ini ada 20 restoran yang tersebar di Googleplex dan 83 kafe mini di setiap gedung. Di setiap resto dan kafe itu, disediakan makanan yang paling sehat dan higienis. Untuk semua itu, siapa saja boleh ambil cuma-cuma.

“Pembicaraan saat makan adalah pembicaraan paling produktif dan penuh ide,” bunyi kutipan Larry Page seperti yang tercantum di museum Google, yang menggarisbawahi cara pandang perusahaan soal gizi karyawan.

Karena itu, ada standar pengadaan di restoran yang mengacu pada lama antrean. Jika antre makanan pada jam makan siang sudah lebih dari tujuh menit, saatnya dibangun restoran baru.

Dalam tiga tahun terakhir, Google selalu menduduki puncak teratas daftar perusahaan paling kaya di dunia. Selain digunakan untuk mengembangkan produk, sebagian kekayaan itu dibelanjakan buat kesejahteraan 55 ribu karyawannya. Di antara mereka, ada puluhan pemuda dari Indonesia.

Salah satu gedung di Googleplex, kawasan seluas 50 hektare di Mountain View, San Francisco, itu merupakan tempat petinggi perusahaan teknologi informasi paling bergengsi, Google, berkantor.


Saat menunggu Jen Fitzpatrick, vice president maps products Google, untuk sesi wawancara, puluhan orang melintas. Orang-orang itu jelas tidak berkostum kerja. Padahal, mereka sedang di kantor perusahaan bernilai Rp2,393 triliun.

Mata pun tak tahan untuk melirik layar ponsel. Selasa, 27 Oktober 2015, “Benar, ini hari kerja, bukan weekend,” gumam hati. Sebagian besar dari yang melintas itu membawa nampan dengan kotak makanan dan gelas minuman bergambar kartun di atasnya.

Sebagian lagi masuk dengan membawa sepeda. Ada yang langsung masuk lift dan naik. Ada pula yang langsung menggendong sepeda dan naik tangga. Sisanya adalah orang lalu-lalang dengan membawa baki besar yang berisi pakaian.

Karena Jen belum kunjung datang, rasa penasaran pun membuat kaki melangkah. Beranjak dari lobi menuju ruangan lain yang terdengar ribut. Ternyata, sumber keributan itu adalah sebuah restoran. Dari restoran dalam gedung itulah orang-orang yang membawa nampan berasal. Sebagian lagi makan di tempat. Mereka ini diam. Yang ribut adalah puluhan koki.

Mereka sibuk membuat puluhan menu yang diminta karyawan dalam sebuah voting (pemilihan) online “Makanan apa yang paling Anda inginkan minggu ini?” yang disebar ke e-mail seluruh penghuni gedung 2000 Minggu sebelumnya.

Dari daftar yang terpajang untuk disajikan, terselip kata “sambal tomat”. Langsung saja muncul dugaan bahwa di antara yang vote menu itu, pasti ada yang berasal dari Indonesia.

Tak perlu waktu lama untuk membuktikan dugaan itu. Dua jam setelah interview yang menarik dengan Jen, wartawan koran ini diundang untuk bergabung makan siang dengan Indogoogler.

Bagaimana dengan gaji di Google? Seluruh karyawan Google dari Indonesia dan dua pejabat tinggi Google yang ditanya langsung menolak menyebut angka.

Sonny Sasaka, karyawan Google bidang software engineering, menyebutkan, angka gaji karyawan Google sebetulnya sudah banyak tersebar dan bisa dilacak di mesin pencari. Valid atau tidak? Alumnus SMA Santa Maria Surabaya itu menyebut beberapa di antaranya akurat, sebagian lain berlebihan.

Dari hasil pelacakan di internet, didapat data-data bahwa gaji engineer pemula di Google seperti Sonny dan Hamdanil bisa Rp500 juta sampai Rp4 miliar per tahun. Di posisi manajer seperti Alvan dan Budi, gaji bisa berlipat, Rp6 miliar sampai Rp20 miliar per tahun.

Benarkah angka-angka itu? Saat dikonfirmasi, Hong mengingatkan bahwa uang memang sangat penting dan mengakui bahwa gaji dari Google cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup standar plus menabung.

Tapi, internal supporting Google-lah yang membuat dia tak akan pindah ke perusahaan lain. “Saya selalu di-support untuk belajar. Itu yang penting,” sebut dia.

Pendapat senada diungkapkan Alvan. “Saya merasa ada intellectual stimulating yang tak ada habisnya dari perusahaan, dan itu bukan dari gaji,” kata dia. Di Google, setiap orang ditantang lebih pandai oleh tim yang anggotanya datang dari mancanegara.

“Collaboration make you learn from the other. Perasaan itu ada di setiap karyawan, dan itu yang membuat Google nomor satu,” ujarnya. (kim/jpnn/val)

Exit mobile version