Site icon SumutPos

Menunggu 5.000 Batu dari Jawa

Pembangunan lanjutan Jembatan Raden Saleh kembali tertunda. Kendalanya karena pembangunan sedang menunggu batu ukir yang dipesan dari Pulau Jawa. Jembatan yang menghubungkan antara Jalan Maulana Lubis dengan Jalan Raden Saleh ini tinggal pemasangan
pagar saja.

TERHENTI: Pembangunan Jembatan Glugur  terhenti karena  pembebasan lahan. Sedangkan pembangunan Jembatan Raden Saleh masih menunggu batu dari Jawa.  //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
TERHENTI: Pembangunan Jembatan Glugur terhenti karena pembebasan lahan. Sedangkan pembangunan Jembatan Raden Saleh masih menunggu batu dari Jawa. //TRIADI WIBOWO/SUMUT POS

“Jembatan Randen Saleh itu tinggal pamasangan pagar saja. Pagar jembatan itu akan terbuat dari batu ukiran, dengan menampilkan ornamen budaya Sumatera Utara.

Jembatan itu akan menjadi ikon Kota Medan,” ujar Kepala Dinas Bina Marga Kota Medan, Khairil Syahnan kepada Sumut Pos, Kamis (1/5).
Dijelaskan, Jembatan Raden Saleh membutuhkan 5.000 batu ukir yang sudah dipemesan beberapa waktu lalu. Menurut perkiraan, batu-batu tersebut akan tiba di Medan dua minggu mendatang. “Batu itu kan sulit ditemukan di Medan, jadi kita pesan saja dari Jawa. Jumlahnya sekitar 5.000 buah,” jelasnya.

Disebutkan, sesuai dengan perintah Wali Kota Medan Drs H Rahudman Harahap MM, jembatan Raden Saleh tersebut akan menjadi ikon Kota Medan. Karena itu, untuk pagar sisi kanan dan kiri akan dibuat dari batu ukir. “Pagarnya terbuat dari batu ukir. Di batu tersebut akan terukir ornament budaya di Sumatera Utara,” paparnya.

Untuk pemasangan tempat penyangga batu-batu ukir tersebut, pihaknya akan mulai melakukan pekerjaan minggu depan. Peyangga itu akan menjadi tempat-tempat batu ukir tersebut. “Kalau untuk pemasangan penyangga batunya, akan kita mulai minggu depan. Jadi, setelah penyangga selesai, dilanjutkan dengan pemasangan batu ukir,” ungkapnya.

Ditambahkan, untuk Jembatan Raden Saleh tinggal memasang pagar, sedangkan pelebarannya sudah dilakukan beberapa waktu lalu “Tinggal pemasangan pagar saja, kalau pelebarannya kan sudah kita lakukan beberapa waktu lalu,” ucapnya.

Jembatan Glugur Masih Terkendala Lahan

Sementara itu, soal Jembatan Glugur, Khairul Syahnan belum bisa mamastikan kapan mulai dikerjakan kembali karena masih terkendala pelepasan tanah. Untuk pelepasan tanah itu ditangani Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan. “Jembatan Glugur itu terkendala pelepasan tanah, itu urusan BPN,” sebutnya.

Dia juga mengaku heran, bagaimana mungkin bantaran sungai bisa memiliki sertifikat. Namun, dia berharap agar pihak BPN Medan segera menyelasaikan tanah tersebut, sehingga pembangunan jembatan bisa dilanjutkan. “Kalau tanahnya sudah bebas, kita segera membangunnya kembali. Pembangunan jembatan itu memang sudah mendesak, karena lokasinya sering macet,” terangnya.

Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi D DPRD Kota Medan Jumadi menilai, Dinas Bina Marga tidak serius untuk membangun kembali kedua jembatan tersebut. Menurutnya, untuk pelebaran jembatan tidaklah membutuhkan anggaran besar, sehingga tidak etis bila ditampung dalam dua tahun anggaran. “Kalau pelebaran jembatan, anggarannya tidak terlalu besar, tapi kok dikerjakan dalam dua tahun anggaran,” katanya.

Dia mendesak Bina Merga untuk kembali melanjutkan pembangunan jembatan tersebut secepatnya. Sebab, kedua jembatan ini berada di jalan vital, sehingga kerap menimbulkan kemacetan. “Untuk Jembatan Raden Saleh, Bina Marga harus segera melakukan pengerjaan. Sedangkan untuk Jembatan Glugur, Pemko Medan harus segera membebaskan lahan itu, karena arus lalu-lintas sering mengalami kemacetan di Jalan Glugur by Pass tersebut,” desaknya. (mag-7)

Exit mobile version