Site icon SumutPos

Roymardo Mahasiswa Pendiam dan Rajin Salat

Foto: Oki/PM Roy Mando Sah Siregar, mahasiswa yang menggorok dosennya di UMSU, Medan.
Foto: Oki/PM
Roy Mando Sah Siregar, mahasiswa yang menggorok dosennya di UMSU, Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dari pengusutan Sumut Pos ke rumah kos tersangka Roymardo Sah Siregar (21), ternyata mahasiswa semester VI Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSU ini dikenal memiliki karakter pendiam dan rajin salat.

Hal itu diungkapkan Boru Silalahi, pemiliki rumah kos yang ditempati Roy di Jalan Tuasan Nomor 83 Medan. “Dia pendiam kali anaknya, jarang berkomunikasi, bahkan menegur orangpun jarang. Roy juga rajin salat 5 waktu. Kalau azan dia langsung ke masjid di depan sana (Masjid Al Mukhlisin). Makanya saya pun heran dan terkejut, setan mana yang merasuki dirinya,” ujar Boru Silalahi yang ditemui Sumut Pos, Selasa (3/5).

Dikatakannya, selama hampir tiga tahun Roy tinggal di rumah kontrakannya bersama kakak kandungnya yang merupakan guru, Yose Rafika, dia tidak memiliki aktivitas selain berkuliah.

“Habis kuliah terus pulang ke rumah, hanya itu saja aktivitas yang setahu saya. Dia pun jarang bergaul di sini,” ujar wanita yang juga membuka usaha kedai sembako ini.

Disinggung, apakah Roy ada dugaan menggunakan narkoba, Boru Silalahi tak yakin. Sebab, Roy jarang keluar dan tak pernah pulang malam. “Setahu saya, dia itu tidak merokok, apalagi narkoba atau minum-minum. Dia juga enggak pernah bawa temannya ke kos. Makanya saya bingung kalau ada yang bilang dia pakai narkoba,” tuturnya.

Terkait kepribadian pelaku pendiam dan tidak terindikasi narkoba, Psikolog Irna Minauli berpendapat, kemungkinan kuat perbuatannya dilakukan atas tekanan masalah yang begitu besar dialaminya. Sehingga, emosi pelaku tak terkontrol hingga membunuh korban dengan cara yang sadis.

“Dengan kepribadiannya yang cenderung diam dan menutup diri, sehingga menganalisa masalah dengan caranya sendiri. Dia merenungkan, menghayati dan mengambil keputusan berdasarkan kemauan sendiri. Ini dilakukan karena pelaku kemungkinan besar tak menceritakan masalahnya kepada siapapun atau memendamnya sendiri. Pelaku lalu frustrasi dan tak mampu mengkomunikasikannya dengan baik. Maka apa yang disampaikannya menimbulkan kemarahan korban. Akibatnya, pelaku pun menyimpan dendam. Lantas, pelaku yang hilang kontrol dan emosi lalu melakukan perbuatan itu, menganiaya korban hingga tewas,” papar Irna.

Dikatakannya, kepribadian pelaku yang terlalu tertutup sehingga tidak pandai mengolah-mengolah yang dihadapinya. Padahal, persoalan yang dihadapi pelaku subyektif. Karena apa yang dialami pelaku juga dialami mahasiswa lainnya. Akan tetapi, mahasiswa lainnya bisa mengontrol beban masasalah yang dihadapi sehingga dapat mengatasinya dengan baik.

“Ambang stresnya cepat memuncak karena dirinya jarang berkomunikasi. Namun, kemungkinan ada juga masalah pribadi lainnya. Jadi, ketika emosinya memuncak maka akumulasi dari permasalahan yang dirasakannya meledak dan menjadi emosi yang tidak bisa terkontrol,” jelas psikolog dari Universitas Medan Area ini.

Kata Irna, apa yang dialami pelaku bisa dibilang masuk dalam gangguan jiwa ringan. Dengan karakter kelihatan baik, tenang tapi ketika marah lepas kontrol, makanya masuk juga gangguan ketidakmampuan mengontrol kemarahan (intermittent exsplosive disorder).

“Mereka sehari-harinya seperti yang dialami orang pada umumnya. Akan tetapi, ketika marah tak terkendali. Namun, gangguan jiwa ringan itu biasa terjadi berulang kali. Sehingga bila terjadi baru kali ini tidak bisa dikategorikan gangguan tersebut,” sebutnya.

Lebih lanjut Irna mengatakan, indikasi lain bisa terjadi perbuatan pelaku bisa saja karena mengkonsumsi narkoba. Sebab, ketika seseorang menggunakan narkoba maka akan kehilangan kendali akal sehat. Selain itu, kehilangan untuk mengantisipasi konsekuensi dari perilaku. Mereka pun cenderung mudah tersinggung dan cepat marah.”Kalau melihat indikasinya pelaku memakai narkoba kemungkinan saja perbuatan itu dilakukannya. Oleh karena itu, polisi harus membuktikan apakah pelaku mengkonsumsi narkoba atau tidak,” pungkasnya.(ris)

Exit mobile version