Site icon SumutPos

Stop Reklamasi BICT Pelabuhan

Foto: FACHRUL ROZI/SUMUT POS
Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan didampingi Dirut Pelindo I, berkunjung ke pelabuhan BICT, Jumat (13/1). Reklamasi pantai yang dilakukan PT Pelindo I Belawan, diprotes nelayan.

BELAWAN, SUMUTPOS.CO Penimbunan di alur laut untuk penambahan dermaga BICT Pelabuhan Belawan dengan cara Reklamasi Pantai, berdampak pada kehidupan nelayan. Sebab alur laut kini tak bisa dilalui kapal nelayan.

Merasa dizalimi, para nelayan menuntut perusahaan berplat merah tersebut menghentikan semua aktivitas di lokasi reklamasi.

Kehidupan nelayan kini dipersulit dengan kehadiran reklamasi yang dilakoni PT. Pelindo I Belawan. Sosialiasi yang dilakukan PT. Pelindo I Belawan dianggap hanya untuk mengelabui para nelayan. Dalam ketentuannya, kapal kapal nelayan diperintahkan untuk menjauhi lokasi reklamasi hingga bermil-mil laut.

Para nelayan pun mengikuti permintaan tersebut. Kenyataannya, alur laut yang dijanjikan bisa dilalui kapal kapal nelayan telah melenceng dari kesepakatan.

“Gak bisa lewat jalur yang dijanjikan bang, terlalu dangkal bang, kapal kami kandas,” ungkap salah seorang nelayan, Senin (3/7) siang di Belawan.

Untuk tetap dapat melaut, para nelayan memaksakan kapal mereka melalui alur laut yang dangkal tersebut. Akibatnya, kapal kapal tersebut kandas dan harus bermukim diperairan dangkal selama berhari-hari.

Mirisnya lagi, selain kapal tersangkut, alat tangkap dan bahkan kapal nelayan tertabrak kapal keruk hingga karam. Hal tersebut terjadi diduga karena tidak adanya pengawasan saat pekerjaan dilakukan.

“Inilah yang kami belum tau. Masalah ini timbul karena kurangnya pengawasan atau memang disengaja,” ungkap nelayan yang mengaku bermarga Sirait.

Atas alasan itulah para nelayan mengadu kepada Dirjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan. Belakangan dilakukan pertemuan antara pihak nelayan yang diwakili Assosiasi Pelaku Usaha Perikanaan Hasil Tangkap (APUPSU).

Dalam pertemuan yang dilakukan beberapa waktu lalu di Syahbandar Belawan. Hasilnya, pihak Navigasi dan PT. Pelindo mengakui adanya pendangkalan alur laut kapal perikanan yang baru.

Untuk itu, diminta kepada PT. Pelindo untuk segera melakukan perawatan ulang alur perikanan sampai layak untuk di lewati kapal ikan.

Pihak PT. Pelindo pun menempatkan petugas untuk menjaga lokasi karena alur sempit agar kapal ikan tidak salah mengambil alur.

“PT. Pelindo sudah berjanji dalam sosialisasi, Alur baru sudah siap untuk di lewati kapal kapal ikan yang keluar masuk Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, tapi kenyataannya alur yang ditentukan tidak dapat dilalui karena sangat dangkal dan tentu saja membuat kapal ikan kandas berhari hari dilokasi tersebut.

Ketika dilakukan survey ke lokasi tersebut, kami melihat bahwa kapal pengerukan pasir sudah  beroperasi sedangkan alur yang dijanjikan belum dapat di lalui kapal,” ungkap Zulfahri Siagian. SE, ketua Apupsu di Belawan.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Nelayan pergi melaut di kawasan Belawan Medan, Rabu (4/1).

Hingga kini, pembangunan reklamasi terus saja dilakukan, sementara pihak nelayan merana tak bisa melaut. Bahkan, alat tangkap maupun kapal nelayan yang karam akibat tertabrak kapal keruk belum diketahui nasibnya. Apakah pihak PT. Pelindo telah bersepakat dengan pihak nelayan yang tergabung dalam HNSI.

“Karena dianggap telah merugikan para nelayan, kami meminta agar pekerjaan Reklamasi Pelabuhan Belawan segera dihentikan,” tegas Zulfahri.

Tak hanya itu, lanjut Zulfahri, pihaknya akan meminta Gubsu untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang menyangkut hajat hidup orang banyak ini. “Para nelayan akan meminta Gubernur Sumatera Utara dan Syahbandaran Belawan untuk segera menghentikan kegiatan tersebut. Karena hanya merugikan sektor perikanan di Sumut,” papar Zulfahri.

Sementara itu, Pihak berwenang PT.Pelindo I Cab. Belawan yang ditemui beberapa waktu lalu mengaku, pekerjaan itu bukan tanggung jawab mereka. “Memang pekerjaannya disini pak. Tapi kalau masalah itu jangan tanya ke saya la. Tanya saja ke Medan. Mereka yang punya kewenangan menjawabnya,” ujar Auliansyah, humas Pelindo I Cab. Belawan di Belawan.

Sedangkan Sekretaris Pelindo I Sumut di Medan, Eriansyah menjelaskan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak PT.Pelindo I Cab. Belawan. “Kita akan berkoordinasi dengan pihak cabang, sebab wilayah kerjanya disana,” cetus Eriansyah.

Sebagaimana diketahui, pembangunan Pelabuhan Belawan dibawah kendali PT. Pelindo I telah direncanakan jauh jauh hari, sebagaimana tercantum dalam Rencana Induk Pelabuhan Belawan yang telah ditetapkan oleh Menhub pada tahun 2012. Dan rencananya bisa dioperasikan pada 2018.

Adapun pekerjaan fisik meliputi 2 tahap yang menelan biaya hingga Rp6 triliun. Untuk tahap I diproritaskan pembangunan dermaga seluas 350 meter meliputi, pengerukan, reklamasi, perbaikan tanah, perkerasan untuk lapangan penumpukan kontainer, jalan dan area parkir, drainase, pipa distribusi dan pekerjaan fasilitas sementara yang nilainya mencapai Rp1 triliun lebih. Sedangkan dananya diperoleh dari berbagai pihak.

Untuk tahap kedua, reklamasi juga dilakukan sepanjang 350 meter. Begitu pula luas lapangan penumpukan kontainer dibagi dalam dua tahap, tahap I sekitar 12 hektar sedangkan tahap kedua memiliki luas 16 hektar.

Pengembangan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan peti kemas dilaksanakan dalam rangka mendukung program Tol Laut Pemerintah yang dicanangkan Pemerintah Pusat. Dimana, Pelabuhan Belawan dan Pelabuhan Kuala Tanjung merupakan pelabuhan terbaik dari 24 pelabuhan, baik itu pelabuhan pengumpan maupun pelabuhan penghubung.  Namun di setiap titik proyek pekerjaan, tidak terlihat plank proyek. (ian/ras)

Exit mobile version