Site icon SumutPos

Luhut: Kalau Dipaksakan Diangkat, Bisa Hancur

Foto: Gideon Aritonang/Metro Siantar/SMG
DOA: Suster mendoakan dan menenangkan keluarga korban almarhum Sahat Sembiring, saat doa bersama dan peletakan batu pertama pembangunan monument, Selasa (3/7).

TIGARAS, SUMUTPOS.CO –  Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan sempat menemui keluarga korban KM Sinar Bangun, yang tenggelam di Danau Toba. Luhut menjelaskan alasan kapal dan jenazah yang tenggelam tidak mungkin diangkat.

Penjelasan itu disampaikan Luhut lewat Facebook, Selasa (3/7). Luhut menceritakan momen dia bertemu dengan keluarga korban KM Sinar Bangun.

“Kemarin memang saya merasa harus berangkat ke Danau Toba untuk bertemu langsung keluarga korban KM Sinar Bangun. Saya hanya ingin ada bersama mereka di masa-masa sulit. Karena saya tahu apa rasanya kehilangan,” kata Luhut.

Tragedi KM Sinar Bangun ini mengingatkan Luhut pada saat dia melihat korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata pada 2014. Saat itu, jenazah korban sudah tidak utuh lagi.

“Jasad mereka sudah tidak utuh ketika diangkat. Ada badan tanpa kepala, ada sepotong tangan, ada juga potongan-potongan tubuh lainnya berserakan. Jika keluarga harus melihat itu, pasti akan lebih menyakitkan. Saya tahu itu,” kenangnya.

Dari pengalaman itu, Luhut menegaskan pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis tidak mungkin dilakukan. KM Sinar Bangun saat ini ada di kedalaman 450 meter Danau Toba atau 45 bar. Proses pengangkatan bisa berakibat meledaknya kapal.

“Pengangkatan KM Sinar Bangun dan jenazah korban dari segi teknis memang tidak mungkin dilakukan. Kalau dipaksakan diangkat, bisa hancur,” ucap Luhut.

Ada pula pendapat ahli dari Kemenko Kemaritiman soal dampak reaksi kimia saat pengangkatan kapal. Ada risiko timbulnya keracunan H2SO. Dari sederet analisis tersebut, BPPT, KNKT, Basarnas, polisi, TNI, pemda, Kemenko Maritim, dan semua unsur pemerintah berdiskusi untuk mencari solusi.

“Menurut saya, paling bagus yang bisa dilakukan adalah membuat monumen peringatan. Semua pihak sudah sepakat. Hari ini saya dilapori Pak JR Saragih, bahwa acara peletakan batu pertama monumen itu berjalan baik, dengan tingkat kehadiran 85%,” ungkapnya.

Luhut juga bicara soal proses pengusutan kecelakaan ini. Dia sudah menerima hasil temuan KNKT yang berisi 24 pelanggaran terkait KM Sinar Bangun.

“Pemda dan polisi juga akan mengaudit semua kapal. Jangan ada lagi ada kapal 3 deck tapi kenyataannya hanya berizinkan 1 deck, serta kelebihan muatan kapal. Khusus kepada polisi, saya minta semua pihak yang bertanggung jawab harus diproses. Saat ini proses hukum sedang berjalan, dan tidak mustahil jumlah tersangka akan bertambah,” tegas Luhut.

Sebelumnya diberitakan, momen pertemuan Luhut dengan keluarga korban KM Sinar Bangun kemarin sebenarnya sempat diwarnai ribut-ribut dengan Ratna Sarumpaet. Ratna, yang mengaku mewakili keluarga korban, mempertanyakan keputusan pemerintah menghentikan pencarian dan tidak mengangkat jenazah korban.

Foto: Gideon Aritonang/Metro Siantar/SMG
Keluarga korban menangis saat doa bersama dan peletakan batu pertama pembangunan monument, Selasa (3/7).

Resmi Ditutup

Sementara itu, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi berterima kasih kepada Tim SAR gabungan yang telah berupaya keras mencari korban. Operasi SAR nasional terhadap korban tenggelamnya KM Sinar Bangun VI di Danau Toba, Sumatera Utara, resmi ditutup, Selasa (3/7).

“Semoga saudara-saudara kita damai di sana dan mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan,” kata Syaugi dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kepala Kantor SAR Medan sekaligus Koordinator Tim Pencarian KM Sinar Bangun, Budiawan, dalam apel yang digelar, kemarin.

Syaugi mengatakan hari ini adalah rangkaian terakhir dari upaya pencarian terhadap korban tenggelam KM Sinar Bangun di Danau Toba. Ini sesuai dengan hasil kesepakatan bersama dengan keluarga korban, Pemkab Simalungun dan Samosir, tim SAR gabungan TNI-Polri, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta lainnya.

Dikatakan Syaugi, berbagai daya dan upaya telah dilakukan tim SAR gabungan untuk mencari dan menyelamatkan para korban. Dia mengapresiasi setinggi-tingginya kinerja tim SAR gabungan yang tak lelah siang dan malam melakukan pencarian.

“Kepada pemerintah maupun masyarakat Toba dan sekitarnya, kami mengimbau agar tragedi ini jadi pelajaran berharga bagi kita semua agar selalu mengutamakan keselamatan dan mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan. Semoga tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun VI ini menjadi terakhir kalinya,” katanya.

Ditambahkan Syaugi, meski resmi ditutup, bukan berarti upaya pencarian korban serta-merta dihentikan. Kantor SAR Medan melalui pos SAR Parapat akan tetap melakukan pemantauan secara aktif bekerja sama dengan unsur-unsur terkait. Masyarakat juga diminta memberi tahu jika ada informasi terbaru yang valid soal korban.

Foto: Gideon Aritonang/Metro Siantar/SMG
DOA: Suster mendoakan dan menenangkan keluarga korban yang pingsan, saat doa bersama dan peletakan batu pertama pembangunan monument, Selasa (3/7).

Syaugi juga meminta maaf secara tulus kepada masyarakat Sumatera Utara, khususnya keluarga korban, jika ada yang merasa tim SAR gabungan kurang maksimal. Namun dia menyatakan segala daya dan upaya telah dikerahkan untuk mencari korban.

“Akhirnya pada hari ini, Selasa, tanggal 3 Juli 2018, pukul 14.45 WIB, operasi SAR terhadap tenggelamnya KM Sinar Bangun VI di perairan Danau Toba secara resmi dinyatakan ditutup. Semoga Allah SWT meridhoi kita semua,” ujarnya.

Meski Tim SAR Gabungan secara resmi menghentikan operasi pencarian korban KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba pada Selasa (3/7), namun Basarnas tetap bersiaga di Danau Toba. Tim akan berpatroli rutin mengantisipasi adanya jasad yang mengapung ke permukaan

“Untuk skala nasional, resmi kami hentikan. Personel Basarnas yang tinggal akan melakukan operasi rutin,” kata Kepala Kantor SAR Medan Budiawan, Selasa (3/7).

Sejumlah peralatan seperti kapal dan perahu karet ditinggal untuk kepentingan patroli. Operasi rutin akan dilakukan bersama Polisi Air dan TNI Angkatan Laut.

KM Sinar Bangun VI tenggelam pada Senin (18/6) lalu saat melaju dari Simanindo ke Tigaras. Ada 21 orang yang berhasil dievakuasi, 3 di antaranya tewas. Hingga operasi SAR nasional ditutup, ada 164 orang yang dinyatakan hilang.

Kasus tenggelamnya KM Sinar Bangun menjerat lima tersangka. Yakni, satu nahkoda kapal dan 4 pegawai Dishub Samosir. Termasuk Kepala Dishub Samosir NS. (dtc/int)

Exit mobile version