Site icon SumutPos

Tinggal di Gubuk Kumuh, Rendi sering Disuruh Ngemis

Foto: Rizky/PM Beginilah kondisi rumah yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.
Foto: Rizky/PM
Beginilah kondisi gubuk kumuh yang didiami Rendi Purba dan kakeknya.

SUMUTPOS.CO – Kasus Maniur Marbun Lumbangaol (79) merantai cucunya, Rendi Purba, di Jalan HM. Yamin, Gang Sado, Lingkungan 5 Medan Perjuangan, berbuntut ke polisi. Jumat sore polisi dan pihak Kecamatan Medan Perjuangan menyambangi kediaman kakek korban di Jalan Gurila, Gang Mustika, Kecamatan Medan Perjuangan. Setiba di lokasi, polisi disambut puluhan warga yang meminta agar keluarga yang menelantarkan dan merantai Rendi ditangkap.

“Tangkap saja mereka semua pak,” teriak warga.

Rumah yang ditempati Rendi dan kakeknya serta keluarganya yang lain sangat tak layak huni. Sebab rumah tersebut sangat kumuh, jorok dan mengeluarkan aroma tak sedap. Menurut Yeni (33) warga sekitar, selama ini Rendi memang sering dirantai dan dipukuli oleh kakeknya.

“Udah sering itu bang, payah bilanglah sama mereka itu, kami nasehati supaya jangan seperti itu pada anak kecil, malah kami yang dimaki-maki,” aku Yeni pada wartawan dan polisi yang turun ke lokasi.

Masih kata ibu 3 anak itu, selama ini sebenarnya warga kasihan melihat korban dan ketiga adiknya. Namun karena sikap tak bersahabat yang ditunjukkan keluarganya membuat mereka jadi tak peduli. “Tapi kami dimaki-maki saat menasehati.. ya jadinya gak mau ikut campur lagilah kami,” jelasnya.

Hal senada juga dikatakan warga lain bernama Soni (25). Selain kerap dianiaya, korban juga sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila. “Kejam kali keluarganya itu bang, korban itu sering disuruh mengemis di simpang Jalan Gurila,” ungkapnya.

Selain sang kakek, di rumah itu juga tinggal seorang perempuan bernama Imei yang mengalami gangguan jiwa. “Dulu si Imei itu kerja di Malaysia, pas kembali ke Medan dia minta izin sama bapaknya mau menikah. Tapi bapaknya gak mengizinkan dan melarangnya untuk kembali ke Malaysia,” ungkap Soni diamini warga lain.

Bahkan selama tinggal di sana lanjutnya, para tetangga kerap mendengar teriakan minta tolong Imei yang mengaku sempat beberapa kali mau diperkosa oleh ayahnya sendiri.

“Semenjak kejadian itulah si Imei jadi gak waras bang,” ujarnya.

Lalu kenapa mereka tak melaporkan kejadian itu ke polisi? Soni dan warga lain mengaku malas mencampuri urusan keluarga tersebut.

“Kami malas mencampurinya, karena mereka semua itu gak ada yang beres bang, makanya kami pun tak mau ikut campur,” ucapnya. Menanggapi hal ini, Kapolsek Medan Timur Kompol Bernhard mengakui kediaman korban dan keluarganya memang tak layak. “Kediamannya memang tidak layak, mengeluarkan aroma tak sedap,” ungkapnya.

Bernhard mengatakan, keterangan dari mamak tuanya, Nurwati (40) anak dari kakek si bocah, membenarkan jika bocah tersebut memang dirantai karena nakal.

“Pengakuan dari mamak tuanya, memang sengaja dirantai karena bocah nakal. Saat ini mamak tuanya sudah kita boyong ke polsek untuk dimintai keterangan,” jelasnya.

Menurutnya, para tetangga pun sangat tak terima dengan perlakuan keluarga kepada bocah tersebut. “Kalau kata tetangga, ini merupakan gejala yang tak baik,” ucapnya.

Disinggung tentang pengakuan warga yang menyebut korban adalah hasil perkawinan sedarah, Bernhard mengaku belum bisa menanggapi hal tersebut. “Kalau itu kita belum bisa pastikan, itu tergantung hasil dari penyelidikan. Kalau diperlukan untuk ditingkatkan maka kita akan lakukan tes DNA. Memang kata tetangga seperti itu, namun kita tak bisa sembarangan, harus ada bukti,” tandasnya.

Foto: Rizky/PM
Maniur Marbun Lumban Gaol , kakek yang merantai cucunya sendiri, dimintai keterangan di Polsek Medan Timur, Jumat (4/3/2016).

SERING TIDUR DI JALAN
Tak tahan dengan perlakuan sang kakek terhadap Rendi dan ketiga adiknya yang masih kecil, warga Jalan Gurila, Gang Mustika, Kecamatan Medan Perjuangan meminta Pemko Medan segera mengadopsi ke empat bocah malang itu.

“Kami minta Pemko Medan segera mengadopsi ke empat anak itu. Kasihan kali mereka disiksa sama keluarganya di sini. Paling tidak, masukkan saja mereka ke panti asuhan, biar hidup mereka terjamin,” pinta Tuti Siregar (50), diamini warga lain.

Selama ini lanjut Tuti, dia dan warga sangat prihatin melihat kehidupan Rendi dan ketiga adiknya,yakni Mutiara (7), Selvia (3) dan Akim (1).

“Kadang-kadang mereka tidur di pinggir jalan, kadang tidur di depan rumah warga. Ayah ibunya ntah ke mana,” ungkapnya. Bahkan ibu 4 anak itu mengaku tak pernah melihat keluarga Rendi memasak. “Saya gak pernah melihat mereka masak, rumahnya saja gak layak dihuni, banyak barang-barang bekas, karena penghasilan mereka dari botot,” jelasnya.

Ibu berbadan tambun ini mengaku, selama ini warga yang kasihan dan iba sering memberi makanan kepada mereka. “Warga di sini sangat kasihan sama si Rendi dan adik-adiknya, makanya warga sering juga memberi makanan kepada mereka berempat,” ucapnya.

Karena itu, Tuti berharap pemerintah mau mengurus Rendi dan ketiga adiknya agar terhindar dari perlakuan kasar dari keluarganya. “Saya harap pemerintah mau mengadopsi mereka berempat, karena mereka masih kecil-kecil, masa depannya masih panjang,” harapnya.

(riz/deo)

Exit mobile version