Site icon SumutPos

Gedung Ambruk karena Abrasi Sungai

Akbid Membantah Ada Mahasiswa Tertimbun

MEDAN-Ambruknya bagian gedung Akademi Kebidanan di Padang Bulan, Minggu (3/4) malam, memberi pelajaran berharga bagi pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan seluruh warga Medan. Pasalnya, ambruknya gedung diduga karena konstruksi bangunan yang berada tepat di bibir Sungai Babura itu tidak mampu menahan abrasi akibat direndam air sungai. Apalagi, banjir besar di Kota Medan Jumat (1/4) lalu, turut merendam bangunan hingga setinggi sekitar tiga meter.

Apalagi, warga sekitar ternyata pernah berencana melakukan unjuk rasa, memprotes bangunan 4 lantai yang dituding menimbulkan banjir di kawasan jalan Bahagia tersebut. “Pondasi bangunan yang didirikan di atas air sebenarnya itu tidak boleh. Mereka sudah membangun di jalur hijau yang seharusnya tidak boleh membangun,” ujar A Ginting yang ditemui di rumahnya di Jalan Bahagia.

Mewakili warga lain, Ginting menuduh pengelola yayasan sangat tidak bermasyarakat dengan warga sekitar. “Di Gereja GBKP (tak jauh dari lokasi gedung) sempat dibahas pendirian gedung tersebut. He…, malamnya sudah runtuh. Itu semua hukuman Tuhan,” tambah Ginting yang malam kejadian turut membantu mengevakuasi mahasiswi ke gereja.

Ginting juga kecewa dengan pihak pengelola yang tidak melakukan pembersihan terhadap bekas runtuhan gedung itu.
Ucapan A Ginting dibernarkan P Ginting (40), warga lainnya. Sebelum kejadian itu mereka sempat menegur pihak yayasan atas pembangunan gedung yang memanfaatkan separuh saluran Sungai Babura. Bangunan dengan panjang 15 m x 8 m yang di sekat dengan beberapa ruangan tersebut dikhawatirkan menjadi penyebab terjadinya banjir di perkampungan Sari Rejo Polonia,  khususnya di pinggiran sungai.

“Kami sudah pernah menegur pihak yayasan itu untuk tidak memperpanjang bangunannya hingga mempersempit saluran air sungai babura itu tetapi tidak ditanggapi,” ujarnya kesal.

Kepala Lingkungan Enam Kelurahan Titi Rante Hamida Hanum (50) juga menguatkan dugaan gedung Akbid yang dibangun hingga bantaran sungai itu menjadi salah satu penyebab banjir di seputaran bantaran sungai di wilayahnya jika hujan turun.

“Warga di sini sudah pernah demo menuntut yayasan kampus itu tidak membangun hingga ke tengah-tengah sungai, tetapi tidak di tanggapi. Mereka, malah mereka bilang, Sepanjang tidak ada yang merasa dirugikan mengapa tidak?” ujar Hamida Hanum menirukan suara pihak yayasan.

Humas Akbid Senior Hasudungan Siahaan membantah tudingan itu. Hasudungan malah menggagap warga sekitar yang bertindak sebaliknya, tidak bersahabat dengan pihak yayasan. “Saya tidak terima, ini membunuh nama baik kami. Masyarakat tidak bersahabat. Kami tidak ada menggangu, seharusnya masyarakat bersyukur dengan adanya sekolah ini. Jualan kerupuk pun mereka laku, jalan sudah kami aspal, paret kami buat. Berterimah kasihlah,” pinta Hasudungan.

Terkait kerusakan, pihak yayasan berjanji akan segera melakukan evaluasi guna perbaikan agar kembali dapat dipergunakan. “Hingga saat ini pihak yayasan belum berencana untuk memindahkan lokasi yayasan,” ujarnya.
Pihak yayasan berjanji mengganti seluruh barang mahasiswi yang tidak dapat diselamatkan akibat musibah tersebut.
Hingga sore, garis polisi masih terpasang di lokasi rubuhnya gedung tersebut. Ini untuk mencegah adanya mahasiswa yang masuk ke dalam gedung untuk mengambil barang-barang mereka.  Hasudungan Siahaan menegaskan, pihak yayasan tidak mengizinkan siapapun memasuki gedung. Sebab, kondisi dinding gedung yang retak, dapat memicu hal serupa dengan kembali runtuh.

Terkait dengan simpang siurnya data korban akibat reruntuhan bangunan, Hasudungan membantah keras ada mahasiswi yang tertimbun. “Tidak ada yang tertimpa bangunan, korban luka-luka saja tidak ada karena sebelum kejadian kami sudah tahu duluan karena ada tanda-tanda retak di gedung itu, makanya kami langsung evakuasi,” ujarnya marah.

Pihaknya meminya pemberitaan di media massa diklarifikasi. “Karena itu tidak betul, maka kami minta kepada media yang memberitakan itu untuk segera mengklarifikasi pemberitaan itu.” katanya.

Dari informasi yang dihimpun wartawan koran ini dilokasi, tidak ada korban jiwa akibat gedung ambruk. Tetapi sejumlah mahasiswi dilaporkan terluka akibat terkena reruntuhan bangunan. Seorang mahasiswi bahkan dikabarkan melompat dari lantai atas ke sungai, karena panik saat insiden tersebut.

“Ada tuh satu mahasiswa yang melompat dari atas ke sungai saat kejadian. Untungnya dia selamat hanya saja kakinya keseleo,” ujar warga yang minta namanya tidak dikorankan.

Sementara itu, kepolisian menduga, runtuhnya gedung utama Akbid Senior disebabkan pengikisan air sungai pada dasar lantai. Kapolsekta Medan Baru Kompol Dony Alexander menuturkan, hasil pemeriksaan sementara runtuhnya bangunan pada sisi kiri gedung disebabkan abrasi. “Dugaan sementara, runtuhnya bangunan sisi kiri gedung disebabkan abrasi. Kan beberapa hari lalu hujan lebat, jadi terjadi pengikisan,” ujarnya.

Ditambahkanya, peristiwa tersebut tidak merenggut korban jiwa. Meski demikian, kejadian tersebut akan tetap diproses. “Tetap akan kita buat dalam bentuk laporan,” jelasnya.

Kanit Reskrim Medan Baru AKP Andy mengatakan, hingga saat ini beberapa korban yang diketahui hanya mengalami luka ringan. “Kalau luka ringan ada dong, beberapa orang itu tadi malam,” ujarnya.

Aktivitas belajar mengajar sendiri tetap berjalan lancar. Namun, pihak yayasan mengambil keputusan dengan mencari solusi kegiatan belajar mengajar mahasiswi. Sebagian mahasiswi terpaksa dipindahkan Kampus 2 yang terletak di Marelan.

Seperti diketahui sebelumnya, gedung Kampus Akademi Kebidanan (Akbid) Senior Jalan Bahagia Gang Pelita Nomor 32, Padang Bulan, Medan ambruk. Gedung yang ambruk terletak dibagian pojok belakang gedung berbentuk huruf U itu, berdekatan dengan Sungai Babura. Gedung yang ambruk dilantai empat merupakan ruang bangsal asrama perempuan. Lantai tiga, ruang belajar mengajar mahasiswa.(adl/mag-8)

Exit mobile version