Site icon SumutPos

Ilham Alami Radang Paru-paru dan Gizi Buruk

Foto :Pran Hasibuan/Sumut Pos
Ilham, bayi berusia delapan bulan penderita penyakit radang paru-paru dan gizi buruk terbaring lemas di Rumah Sakit (RS) Haji Jalan RS Haji Medan.

SUMUTPOS.CO – ILHAM bocah berusia delapan bulan membutuhkan bantuan donatur untuk pembiayaan penyakit radang paru-paru yang dideritanya. Balita pria yang tinggal di Jalan Rawa Cangkuk 4 Medan Denai, kini berbaring lemas di Rumah Sakit (RS) Haji Jalan RS Haji Medan.

Ilham yang ditemui Sumut Pos di Ruang 3B Hijir Ismail RS Haji, Selasa (3/7) tampak ditemeni sang nenek, Susilawati. Tubuh Ilham mengurus, dengan kondisi infuse di tangan. Dan, dibantu pernapasan dari tabung oksigen. Dia sudah seminggu terbujur di ruang anak RS Haji Medan.

Ilham merupakan anak dari pasangan Fitri (19) dan Dani (23). Sejak lahir Ilham sudah tidak diurus oleh ibu kandungnya. Usut punya usut, Ilham ternyata ditinggal pergi ibunya, karena cekcok kedua orangtunya. Kini, Ilham diurus oleh neneknya, orangtua dari ayahnya.

“Jadi Ilham sudah saya urus sejak usia tiga hari. Sebelumnya Dani dam istrinya tinggal serumah di rumah mertua anak saya. Tapi setelah tiga hari lahir, Dani diusir mertuanya,” beber Susilawati kepada Sumut Pos saat dikunjungi di ruang 3B Ismail RS Haji, Selasa (3/7).

Susilawati saat ini terbentur masalah biaya perobatan cucunya itu. Keluarga Dani saat ini sedang berupaya mengurus kepesertaan BPJS nya Ilham. Menurut Susilawati saat ini cucu nya itu terdaftar sebagai pasien umun di rumah sakit tersebut. Dia mengaku kesulitan mendaftar kepesertaan Ilham karena mereka keluarga tak mampu.

“Sekarang ini masih berstatus pasien umum, karena BPJS nya belum ada, masih sedang pengurusan pendaftaran. Ah payah kalilah ngurusnya, ribet. Udah minta surat miskin tapi belum terdaftar juga. Inilah mudah-mudahan bisa cepat terdaftar,” tuturnya.

Dia mengaku kecewa dengan keluarga dari ibu Ilham yang tidak peduli. Memang, diakui Susilawati, ibu Ilham, Fitri mengalami keterbelakangan mental. Menurutnya, sempat ibunya mengunjungi ke rumah sakit tapi responnya biasa aja.

“Cuma bagaimana lagi mau dibilang, ibunya pun kayak gitu, ada kurang-kurangnya. Nenek dari mamaknya belum ada nengok, peduli pun tidak. Memang orang ini dulu pernikahan dini,” katanya

Menurut informasi, memang ayah Ilham, Dani seorang pengangguran. Hal ini pula yang membuat orangtua Fitri mengusir Dani dan Ilham dari rumah mereka. “Begitulah, neneknya pun tidak peduli ya sudah kami sajalah yang mengurusi kalau neneknya udah gak peduli,” sebutnya.

Tak hanya kondisi radang paru-paru, Ilham juga kabarnya juga mengalami kondisi gizi buruk. Tampak kepalanya membesar sementara badannya kurus. Oleh pihak keluarga sebelum ditangani di RS Haji keluarga hanya membawa Ilham ke Puskesmas setempat.

“Ketahuannya sekira dua minggu lalu, setelah kami bawa berobat gak sembuh-sembuh. Habis itu dirontgenlah baru ketahuan kalau dia kena radang paru-paru,”ujarnya.

Saat ini Ilham membutuhkan enam kantong darah golongan O. Pihak rumahsakit meminta kepada pihak keluarga untuk mencari stok darah di luar karena RS Haji tidak memiliki stok darah. 

“Iya kata rumah sakit ambil di luar, di sini tidak ada. Makanya kami harap kalau ada yang mau mendonorkan darah golongan O kami sangat terbantu, ” harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kota Medan, Usma Polita yang dihubungi guna dimintai tanggapannya soal masalah Ilham tidak menjawab. Demikian dengan pesan singkat yang dilayangkan ke nomor selulernya perihal masalah tersebut juga tidak digubris

Menyikapi hal itu, Anggota Komisi B DPRD Medan dari Fraksi PPP,  Irsal Fikri menerangkan perlu ada evaluasi terhadap kinerja Dinas Kesehatan (Dinkes) Medan. Anggaran yang dialokasikan untuk Dinkes Medan menurutnya mengambil porsi yang cukup besar dari APBD Kota Medan.

“Saya cukup heran juga kenapa masih ada masalah gizi buruk dan bayi dengan kondisi penyakit parag seperti radang paru-paru itu. Padahal, alokasi dana untuk Dinkes Medan cukup besar, 50 persen dari APBD Kota Medan kurang lebih. Makanya perlu ada evaluasi terhadap kinerja Kadinkes Medan, Usma Polita,” ujarnya.

Dengan porsi anggaran yang cukup besar itu dia mempertanyakan apa saja yang dikerjakan Dinkes Medan. Harusnya, dinas tersebut benar-benar turun ke lapangan untuk melihat kondisi masyarakat.

“Jadi jangan cuma menunggu apa yang terjadi. Harus turun ke lapangan. Perhatikan masalah kesehatan apa yang terjadi. Masalah gizi buruk banyak yang tidak terungkap. Ironis rasanya saat usia Kota Medan terus bertambah tua tapi pemerintah abai akan masalah gizi buruk dan masalah kesehatan bayi lainnya, ” ujarnya.

Selanjutnya yang menjadi sorotan lagi adalah keberadaan Puskesmas. Dinkes Medan kurang memperhatikan peran Puskesmas, bahkan kata Irsal Puskesmas seakan tak ada fungsinya. “Pernah saya temui satu Puskesmas di Medan tidak ada dokternya, hanya pegawai-pegawai biasa. Ini kan aneh. Seharusnya Puskesmas itu kan garda terdepan melayani masalah kesehatan masyarakat. Tapi saya lihat seperti tidak ada tindakan,” tandasnya.

Dia berjanji melalui Komisi B segera memanggil Kadinkes Medan Usma Polita. Dan dia meminta kepada wali kota melakukan evaluasi terkait kinerja Usma.

“Jadi Dinkes Medan itu harus jemput bola, bukan cuma menunggu. Cari tahu masalah kesehatan apa yang terjadi masyarakat,” pungkasnya. (dvs/azw)

 

 

 

Exit mobile version