Site icon SumutPos

Awas, Covid-19 Bisa Kambuh, Telah Dinyatakan Sembuh, Pasien Kembali Positif

SAPA: Gubsu, Edy Rahmayadi, menyapa paramedis saat mengunjungi Rumah Sakit Marta Friska Medan Komplek CBD Mulatuli Medan, Selasa (5/5).
SAPA: Gubsu, Edy Rahmayadi, menyapa paramedis saat mengunjungi Rumah Sakit Marta Friska Medan Komplek CBD Mulatuli Medan, Selasa (5/5).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keyakinan bahwa pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh akan memiliki imunitas (kekebalan) terhadap virus corona, terbukti tidak sepenuhnya benar. Untuk pertama kalinya di Sumatera Utara bahkan di Indonesia, seorang pasien sembuh kembali positif terjangkit Covid-19. Pasien dimaksud adalah Ory Kurniawan (25), ajudan Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Musa Rajekshah.

TANGGAL 6 April lalu, Ory dinyatakan sembuh dari virus corona setelah menjalani perawatan di RSUP H Adam Malik Medan. Hasil pemeriksaan swab tenggoroknya dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) sebanyak dua kali, Ory dinyatakan negatif corona. Karena itu, Ory pun dipulangkan kembali ke keluarga. Namun kemarin, Ory dinyatakan terjangkit kembali.

Juru Bicara (Jubir) Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Provinsi Sumut, dr Aris Yudhariansyah membenarkan ajudan Wagubsu tersebut kembali dinyatakan positif Covid-19.

“Ya, benar dia (Ory Kurniawan) kembali terinfeksi virus corona. Saat ini sudah diisolasi di rumah sakit darurat rujukan Covid-19 Sumut, RSU Martha Friska Multatuli,” ujar Aris kepada wartawan, Selasa (5/5).

Kata Aris, sebelum dirawat di RSU Martha Friska Multatuli, Medan, Ory sempat dirawat di rumah sakit Bireun, Aceh. Setelah itu, barulah dirujuk ke Medan.

Ia menuturkan, sejak keluar dari RSUP H Adam Malik dan dinyatakan sembuh dari Covid-19, Ory belum pernah bertugas di Kantor Gubernur Sumut. Melainkan pulang ke kampung halamannya di Bireun, Aceh.

“Setelah hasil uji swab menunjukkan positif Covid-19, Ory Kurniawan langsung dijemput tim GTPP Covid-19 Bireun. Jadi Dinas Kesehatan Bireun yang mengetahui siapa saja orang-orang yang pernah kontak langsung dengan Ory,” sebutnya.

Aris berpendapat, terjangkitnya kembali Ory dengan virus corona, lantaran terjadi reaktivasi dan reinfeksi virus di tubuhnya. “Dari hasil pemeriksaan swab terbarunya yang dikeluarkan pada Senin (4/5), ternyata kembali positif Covid-19. Kuat dugaan, akibat terjadi reaktivasi dan reinfeksi,” pungkasnya.

Akan Menjadi Antibodi

Terpisah, Koordinator Penanganan Virus Corona Tim Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging (PINERE) RSUP H Adam Malik, dr Ade Rahmaini Mked SpP, membenarkan hasil swab Ory positif. Namun menurut Ade, hasil swab positif kembali, belum tentu terinfeksi.

“Muncul pertanyaan kenapa dia bisa terinfeksi lagi? Kaget juga dengan hasil swabnya ini. Apalagi dia ini masih sedang masa pemulihan. Swab ini dikirim pada dua tempat berbeda. Hasil dari Jakarta positif. Dari hasil itu kita sebut reinfeksi. Ini bisa saja terjadi. Namun akan ringan dan menjadi antibodi untuk dirinya,” jelas Ade dihubungi wartawan melalui sambungan seluler.

Meski demikian, menurut Ade, ada persoalan yaitu tidak ada gejala apapun pada diri Ory. Untuk kemungkinan relapse (kambuh) lagi, bisa saja terjadi. Sebab di tubuh yang bersangkutan masih terdapat sel-sel virus mati, yakni dari paru-paru naik ke tenggorokan dan terdeteksi di PCR tes, sehingga hasil swab positif.

“Ory ini ‘kan tidak bergejala. Jadi misalnya PCR bisa positif, akan tetapi dia masih proses penyembuhan. Sudah sisa-sisa virus yang mati dan terlihat di PCR . Maka itu, harus dievaluasi kembali. Senin sempat kita hubungi, dan hari ini (kemarin, red) kita suruh datang kembali. Tapi info yang kita terima sudah ke rumah sakit yang lain,” tutur Ade.

Dia menyarankan, untuk mengatasi agar tidak kambuh kembali, maka si pasien harus menjaga kesehatan dan tetap melakukan social distancing. “Karena Ory tidak ada gejala, ini termasuk ringan di mana dalam 1×24 jam akan terbentuk antibodinya. Untuk pemulihannya masih tetap sama, yakni melakukan cuci tangan sesering mungkin, menggunakan masker, konsumsi makanan yang sehat dan lainnya,” tandas Ade.

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan orang yang telah sembuh dari Covid-19 belum tentu memiliki imunitas atau kekebalan.

Ahli epidemiologi senior dari WHO, Maria van Kerkhove mengatakan tidak ada bukti bahwa seseorang yang telah terinfeksi virus corona tidak dapat terinfeksi lagi.

Pernyataan tersebut menanggapi pembelian 3,5 juta alat tes serologi oleh pemerintah Inggris untuk mengukur kadar antibodi terhadap Covid-19 dalam plasma darah. “Saat ini, kami tidak memiliki bukti bahwa penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki kekebalan atau dilindungi dari infeksi ulang,” kata Kerkhove.

Banyak dari tes yang dikembangkan adalah tes darah yang mirip dengan tes HIV instan dan mengukur peningkatan kadar antibodi yang digunakan tubuh untuk melawan virus. “Tes antibodi ini akan dapat mengukur tingkat seroprevalensi atau tingkat antibodi terhadap patogen dalam darah. Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa seseorang dengan antibodi berarti mereka kebal,” ujar Kerkhove.

Dilansir dari Sky News, Kerkhove mengatakan ada banyak negara yang menyarankan menggunakan tes serologi diagnostik cepat untuk dapat mengidentifikasi apa yang mereka pikir akan menjadi ukuran kekebalan.

Kerkhove mengatakan banyaknya tes sedang dikembangkan memang baik, tetapi ia mengatakan tes-tes ini perlu divalidasi agar memberikan kejelasan indikator yang diukur dalam tes tersebut.

“Apa yang akan dilakukan dengan tes ini akan mengukur tingkat antibodi. Tes ini mengukur respons bahwa tubuh memiliki satu atau dua minggu kemudian setelah mereka terinfeksi virus ini,” kata Kerkhove seperti dilansir dari CNBC.

Direktur Eksekutif Gawat Darurat WHO, Mike Ryan menjelaskan ilmuwan masih menentukan berapa lama antibodi terbentuk di tubuh manusia setelah terinfeksi virus Covid-19.

“Tidak ada yang yakin apakah seseorang dengan antibodi sepenuhnya terlindungi dari penyakit atau terkena lagi. Ditambah beberapa tes memiliki masalah dengan sensitivitas,” kata Ryan.

Pejabat WHO mengatakan tidak semua orang yang pulih dari Covid-19 memiliki antibodi untuk melawan infeksi kedua. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa pasien tidak mengembangkan imunitas atau antibodi setelah sembuh dari Covid-19.

“Terkait dengan pemulihan dan kemudian infeksi ulang, saya percaya kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu tidak diketahui,” kata Ryan, Senin.

Sebuah studi pendahuluan pasien di Shanghai menemukan bahwa beberapa pasien ‘tidak memiliki respons antibodi yang terdeteksi’ sementara yang lain memiliki respons yang sangat tinggi.

Exit mobile version