Site icon SumutPos

Ramadhan Fair tak Fair, Copot Kadisbudpar Medan

MEDAN-Buruknya pengelolaan Ramadan Fair di Taman Sri Deli, Jalan SM Raja Medan membuat Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Medan, Busral Manan terus menjadi sorotan.

Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PD Muhammadiyah Kota Medan, Drs Anwar Bakti meminta Wali Kota Medan, Rahudman Harahap melakukan evaluasi terhadap Busral Manan.

“Wali Kota Medan harus mendengar keluhan masyarakat dan pengunjung. Wali Kota Medan harus mencopot Kadisbudpar Kota Medan,” tegasnya.
Menurutnya, Ramadan Fair tiap tahun semakin buruk. Sistem pengelolaannya tak fair dan jauh dari syariat Islam. Untuk itu, katanya, ke depan Ramadan Fair harus dikelola orang yang mengerti dan memahami bukan orang yang tidak mengerti. “Kalau Ramadan Fair mau fair jangan ada kecurangan harga,” ungkapnya. Selain itu, katanya, Ramadan Fair juga jauh dari nuansa Islam karena pramusaji di stan Ramadan Fair berpakaian serba ketat yang bisa mengundang hawa nafsu.

Sementara itu, anggota Komisi C DPRD Kota Medan, A Hie mengatakan, menyesalkan sistem pengelolaan Ramadan Fair diserahkan sepenuhnya even organizer (EO).
“Ramadan Fair ini adalah icon Kota Medan saat bulan Suci Ramadan, sehingga harus dikolala dengan baik jangan sampai menurun. Seharusnya Disbudpar Kota Medan mengontrol harga,” katanyan
Sekadar mengingatkan, pengunjung Ramadan Fair di Taman Sri Deli Jalan SM Raja Medan ngamuk-ngamuk. Pemicunya harga minuman dan makanan terlalu mahal. Buntutnya, seorang paramusaji disiram pengunjung dengan air minuman yang dipesannya.
Kejadian itu berawal saat rombongan keluarga M Zaki (34) datang ke lokasi Ramadan Fair. Keluarga ini duduk dan memesan 4 teh botol, 1 martabak telur, 1 mie rebus.

“Kalau saya total harganya sekitar Rp35 ribu. Saya kasih Rp36 ribu pramusaji tidak terima. Mereka tetap bertahan dengan harga di bon,” ujar Zaki.
Dijelaskannya, melalui daftar yang dibuat panitia, harga teh botol Rp3.500, sedangkan pramusaji membuat harga menjadi Rp6.000, martabak telur didaftar yang dibuat panitia sebesar Rp8.000 tetapi pramusaji menulis Rp10.000.

“Ini namanya pembohongan publik. Untuk apa panitia buat daftar harga, kalau harga yang diberi sama pramusaji tidak sesuai. Padahal, mereka kan sudah briefing sebelumnya di Dinas Pariwisata Medan tentang harga,” ujar Zaki.

Merasa ditipu, reflek Zaki menyiram pramusaji tersebut dengan air teh botol yang dipesannya.
“Saya refleks saya tidak terima ibu saya terus diintimidasi. Bayangkan dari pesanan kami sekeluarga pramusaji tersebut bisa mengantongi sekitar Rp20 ribuan,” tambahnya.

Akhirnya, perbuatan tidak menyenangkan tersebut sampai ke meja panitia.
“Saya tidak terima jadi saya bawa saja langsung ke panitia. Saya bayar sesuai ketentuan harga panitia,” tambah Zaki.
Zaki menerangkan ini bukan kejadian pertama yang dialaminya. Tahun lalu, even yang sama harga tetap menjadi masalah.

“Saya kira tahun ini sudah ada perbaikan, tetapi ternyata sama saja. Kapok datang ke sini. Kasihan masyarakat kena tipu terkait harga,” lanjutnya.
Terkait dengan penyiraman air teh botol yang dilakukannya, Zaki menyatakan sudah minta maaf. Tetapi kalau pramusaji tak terima silahkan saja mengadu ke pihak berwajib.

“Saya juga akan melapor ke polisi karena diperas dan ditipu,” tambahnya.

Sebelumnya, Bana Situmorang pengunjung Ramadan Fair lainnya menjelaskan, dia bersama rekannya memesan dua gelas teh manis dingin dan sepiring pisang bakar. Saat terjadi transaksi pembayaran, pramusaji membanderol harga makan dan minuman Rp27.000.
“Kalau dibeli di luar harganya pasti tak segitu. Sepertinya harga cukup mahal dan dibiarkan oleh Disbudpar Kota Medan tanpa ada pengawasan harga dan pemerataan harga,” ucap Bana.(gus)

Exit mobile version