Site icon SumutPos

Komplotan Begal Itu Akrab saat Ditahan di Lapas

Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto (kiri), didampingi Kapolsekta Sunggal Kompol Daniel Marunduri (kanan), memaparkan ketujuh tersangka gembong begal sadis, Rabu (5/10).
Foto: Teddy Akbari/Sumut Pos
Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto (kiri), didampingi Kapolsekta Sunggal Kompol Daniel Marunduri (kanan), memaparkan ketujuh tersangka gembong begal sadis, Rabu (5/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Tujuh orang anggota gembong begal sadis ‘modus tabrak adik’ di Medan, ternyata mulai berteman akrab saat menjalani hukuman di Lapas Tanjunggusta. Saat menjalani proses hukum, keakraban mereka berubah menjadi merencanakan aksi kejahatan jalanan usai keluar dari Lapas Tanjunggusta.

“Selama menjalani masa hukuman di Tanjunggusta, mereka menjalin keakraban. Begitu keluar (dari Lapas), mereka merencanakan untuk beraksi,” jelas Kapolrestabes Medan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto didampingi Kapolsekta Sunggal Kompol Daniel Marunduri kepada wartawan di Mapolrestabes Medan, Rabu (5/10).

Dari ketujuh pelaku, enam di antaranya merupakan residivis kasus pencurian, narkoba hingga judi. Saat keluar dari Lapas Tanjunggusta, sambung Mardiaz, mereka berkumpul di satu tempat untuk merencanakan aksinya melakukan aksi begal di sejumlah wilayah hukum Polrestabes Medan.

Kata Mardiaz, salah seorang tersangka, Chandra Munthe yang terpaksa harus didor karena melakukan perlawanan kepada petugas, merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Medan. Sedih memang. Soalnya, Chandra batal diwisuda karena harus berurusan denan polisi lantaran melakukan aksi kejahatan.

Kepada masyarakat yang menjadi korban perampokan dari ketujuh tersangka, Mardiaz menghimbau, agar segera membuat laporan. Sejauh ini, masih 15 warga yang sudah membuat laporan. “Jika ada warga yan pernah menjadi korban, segera melapor ke Polsekta Sunggal atau Polrestabes,” kata Mardiaz.

Kapolsekta Sunggal, Kompol Daniel Marunduri menambahkan, mereka berkumpul di salah satu rumah, kawasan Kelurahan Kota Matsum, Kecamatan Medan Kota. Saat berkumpul itu, mereka membagi tugasnya masing-masing.

“Setelah berkumpul, baru mereka beraksi. Satu lokasi, dua pelaku beraksi. Kemudian di lokasi lain, dua orang juga dan begitu seterusnya. Korbannya rata-rata anak remaja yang masih lugu,” tandas Daniel.

Sementara, aksi kejahatan jalanan yang kerap disebut begal ini semakin terorganisir dalam setiap menjalankan aksinya. Hal itu terungkap menyusul tertangkapnya tujuh komplotan begal sadis oleh Polsekta Sunggal, beberapa waktu lalu.

“Aksi kejahatan jalanan ini sudah berulang kali terjadi. Dari kasus yan diungkap Polsekta Sunggal, itu salah satu bukti bahwa komplotan jalanan ini sudah semakin terorganisir. Artinya, mereka beraksi secara sistematis,” ujar Pengamat Hukum dari UMSU, Teguh Syuhada Lubis.

Dia melanjutkan, dalam melancarkan aksinya, komplotan ini memiliki aktornya. Artinya, tempat yang menjadi sasaran aksi mereka, dikomandoi oleh seorang.

“Kejahatan jalanan ini murni tindak pidana. Mereka pun sudah memiliki wilayah masing-masing untuk beraksi. Jadi yang harus dilakukan oleh kepolisian, harus dapat mengungkap siapa orang yang mengkomandoi aksi mereka. Mereka ini juga sudah makin pintar dalam beraksi,” sambung Teguh.

Teguh menambahkan, tak dipungkiri memang jika polisi harus bertanggung jawab atas kenyamanan Kota Medan. Begitupun, masyarakat sejatinya harus responsif dalam memberikan informasi terkait aksi kejahatan jalanan tersebut.

“Rasa keamanan Kota Medan bukan hanya semata tanggung jawab dari kepolisian saja. Tetapi masyarakat juga harus memberikan informasi kepada pihak kepolisian. Apalagi Polrestabes Medan menyediakan hotline atau nomor pengaduan masyarakat yang langsung direspon. Ditambah lagi dengan peningkatan status Polresta Medan menjadi Polrestabes Medan. Semoga angka kejahatan jalanan bisa semakin berkurang,” pungkas Teguh.

Sementara, empat komplotan begal berpistol merampas sepeda motor Yamaha Vixion bernopol BK 5015 AFT milik, Hendra Sahputra (32) seorang tukang las. Peristiwa itu terjadi di Jalan Ileng Kelurahan Rengas Pulau Kecamatan Medan Marelan, Rabu (5/10) kemarin.

Informasi diperoleh, saat itu korban, Hendra usai mengantar teman wanitanya di kawasan pinggiran Sungai Deli Jalan Ileng, Marelan bermaksud menuju pulang ke rumah di Jalan Alumunium 4 Lingkungan 22 Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli.

Tapi, di tengah perjalanan ayah dua anak ini dipepet dua sepeda motor Suzuki FU yang ditumpangi empat pelaku. Salah seorang pelaku lalu turun, sambil menenteng pistol iapun menodongkan laras senjatanya ke perut korban.”Aku sempat bilang tolong jangan diambil sepeda motorku, tapi pelaku langsung memukul dan mengancam akan menembak perutku,” ujar korban.

Takut dengan ancaman tersebut, korban akhirnya pasrah saat pelaku merampas serta membawa kabur sepeda motornya. Dalam kondisi bingung Hendra pun berjalan kaki menuju pulang ke rumah.”Mau berteriak pun percuma, jalan dipinggir sungai sepi, rumah warga pun agak jauh,” katanya.

Atas kejadian ini, korban dengan didampingi istrinya kemudian membuat pengaduan ke Polsek Medan Labuhan. Ia berharap polisi dapat menangkap komplotan begal bersenjata yang telah membawa kabur Yamaha Vixion miliknya.

Kapolsek Medan Labuhan, AKP H Yasir Ahmadi membenarkan pihaknya ada menerima pengaduan dari korban. Dia mengaku, polisi telah melakukan pengecekan tempat kejadian perkara.

“Dari pengakuan korban pelaku ada empat orang, seorang di antaranya bertubuh kecil,” terang Yasir. (ted/rul/azw)

Exit mobile version