Site icon SumutPos

Pajak Judi Menggiurkan

Wacana membuka lokasi judi di Sumatera Utara kembali diperdengarkan. Wacana ini sejatinya pernah didengungkan sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu. Belawan sempat diajukan sebagai lokasi judi. Tetapi, rencana ini tidak berjalan, mengingat banyaknya elemen masyarakat yang menolak
rencana tersebut.

Nah, Kamis lalu, wacana membangun lokasi judi di Danau Toba telah disampaikan.

Dalam aspek ekonomi, sesuatu yang dianggap haram bagi masyarakat ini,  dinilai sangat bagus. Bahkan, diprediksi pertumbuhan di daerah tersebut juga akan berkembang secara pesat.

Pengamat ekonomi dari Unimed, M Ishak, menyatakan daerah yang memiliki lokasi perjudian akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan daerah lain. Perkembangan tersebut, salah satunya dipicu karena banyaknya yang akan datang dan mengunjungi kawasan Danau Toba untuk bermain judi. Selain itu, fasilitas tersebut membuka lapangan pekerjaan besar-besaran. “Daerah tersebut dapat menghidupi dirinya sendiri dengan pajak dari judi hingga 80 persen,” ujarnya.

Seperti diketahui, perputaran uang dalam arena judi sangat besar. Ishak mencotohkan Las Vegas, yang bisa menghidupi daerahnya melalui pajak judi yang bisa mencapai 80 persen dan menyumbang ke negara hingga 70 persen. Hal ini dikarenakan banyaknya pajak yang bisa dikutip pemerintah di daerah tersebut. “Minimal pajak yang bisa dikutip ada 3 yakni pajak penghasilan, pajak lotere, dan pajak pertukaran koin (melalui bank) yang langsung di bawah perhatian pemerintah. Bayangkan itu saja sudah berapa?” ungkap Ishak.

Selain pajak tersebut, pendapatan daerah yang lain didapat adalah pajak hiburan. Ini termasuk pajak makanan, hotel, minuman, dan lainnya. “Belum lagi ditambah dengan PPN, yang bisa mencapai 10 hingga 15 persen,” tambah Ishak.

Karena itu, dirinya yakin, bila ide tersebut terlaksana akan memberikan perkembangan yang sangat pesat untuk Kabupaten Samosir dan sekitarnya. “Tapi, walaupun begitu, ada juga yang akan menjadi penghalang, salah satunya moral. Bagaimana moral masyarakat setempat jadinya,” tambahnya.
Oleh karena itu, menurutnya, bila ingin membuat sebuah perencanaan pembangunan, bukan hanya faktor ekonomi yang harus dilihat, tetapi ada berbagai faktor. “Setidaknya, harus dilihat dari 3 aspek misalnya aspek budaya, ramah lingkungan, dan pendidikan. Ini yang paling penting,” ungkap Ishak.

Parulian Simanjuntak, pengamat ekonomi dari Universitas HKBP Nommensen menyatakan bila hal itu terwujud, dipastikan akan pertumbuhan Samosir dan daerah sekitarnya akan bertumbuh sangat pesat. “Bahkan pertumbuhannya bisa mengalahkan Medan,” ungkap Parulian.

Dirinya menjelaskan, rencana ini sangat bagus, karena akan menjadi devisa bagi negara. Selama ini, pemain judi lokal (Indonesia), harus keluar negeri untuk bermain judi. Dan menjadi dana masuk bagi negara yang didatangi. “Selama ini, kita tidak mengetahui dengan pasti, berapa uang kita yang beredar di luar negeri. Dengan adanya alokasi ini, setidaknya setengah dari uang tersebut bisa masuk ke Indonesia, kan jadi devisa kita sendiri,” tambah Parulian.
Tetapi, masalah yang dihadapi adalah moral masyarakat kita sendiri, yang belum bertanggung jawab pada kebutuhannya. “Masalah kita kembali ke moral. Kalau bisa dibuat peraturan yang sesuai, maka rencana ini akan berhasil, tapi kalau tidak, maka akan jadi boomerang sendiri,” tambahnya.

Dia mencotohkan Genting Highlands yang ada di Malaysia. Objek alokasi ini berkembang sangat pesat, tetapi ada peraturan ketat yang mengikuti, dimana semua masyarakatnya mematuhi peraturan yang dibuat pemerintah. “Kalau di Malaysia kan ada peraturan ketat, misalnya suku ini tidak boleh masuk, dan lainnya. Hingga, kapanpun suku yang dimaksud tidak ikut. Pemerintah Malaysia menyadari, bahwa suku tersebut mengharamkan judi,” tambahnya. (ram)

Exit mobile version