Site icon SumutPos

Debat Perdana Pilgubsu 2018 Kurang Greget

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.

SUMUTPOS.CO – Debat kandidat perdana Pemilihan Gubernur Sumut (Pilgubsu) 2018 pada Sabtu (5/5) malam lalu, dinilai masih kurang greget. Pasalnya, data yang disampaikan masih kurang dan argumentasinya juga belum kuat. Bahkan, pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajeckshah, dan pasangan Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus, dinilai masih nervous.

Kurang gregetnya debat perdana tersebut diduga karena pasangan calon, umumnya baru pertama kali merasakan pengamalan dan atmosfer seperti itu. “Sebenarnya, kedua paslon sudah sukses menyampaikan visi misi dan program kerjanya. Cuma karena ini adalah pengalaman pertama, mereka belum biasa debat terbuka seperti itu, jadi kelihatannya kurang greget,” kata Sirojuzilam, seorang tim perumus dan panelis debat kandidat Pilgubsu 2018 kepada Sumut Pos, Minggu (6/7).

Ia memprediksi, pada tahapan debat kedua dan ketiga nanti, paslon bisa lebih siap dan lebih baik dalam mengikuti debat tersebut. “Artinya, nanti mereka akan betul-betul berdebat. Selain saling menyanggah, juga berdasarkan argumentasi yang kuat menyampaikan jawaban,” katanya.

Debat kandidat yang diinisiasi KPU Sumut ini merupakan rangkaian dari tahapan Pilgubsu 2018. Adapun tema debat perdana kemarin tentang: Tata Kelola Pemerintahan yang Bebas Korupsi. Meski secara konsep tema debat sudah gamblang, Sirojuzilam menilai, kedua paslon belum maksimal menerangkan makna dari tema dimaksud. “Iya belum terlihat. Data yang disampaikan juga masih kurang. Argumentasinya juga belum kuat. Pasti kedua paslon tampak masih nervous. Pada debat yang kedua dan ketiga saya pikir akan lebih baik,” ujar akademisi dari Universitas Sumatera Utara (USU) itu.

Pada sesi keempat, dimana cagub saling berdebat, Siro menilai, antara Edy dan Djarot punya karakteristik masing-masing. Menurutnya, Edy dengan latar belakang militer lebih to the point dan tegas dalam menjawab, sementara Djarot yang notabene politisi dan pengalaman di birokrasi, punya tata bahasa lebih tersistematis dan penyampaiannya gampang dicerna. “Ya, artinya masing-masing cagub punya gayanya masing-masinglah. Djarot nampak lebih rileks dan pandai bicara, sedangkan Pak Edy karena dari militer bicaranya tegas-tegas saja seperti itu,” katanya.

Berdasarkan jadwal debat kandidat KPU Sumut akan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama pada 5 Mei 2018, kemudian 15 Mei 2018 dan terakhir pada 19 Juni 2018. “Untuk tema debat kandidat yang kedua saya belum tahu. Sebab, KPU memberi kabar dua hari sebelum acara digelar. Jadi belum ada lagi ceritanya dari mereka. Juga apakah saya diminta lagi sebagai panelis, saya belum tahu,” pungkasnya.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.

Kuasai Persoalan

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumut, Faisal Riza, saat diwawancarai usai debat mengakui, kedua paslon sudah menyampaikan visi misi dengan sangat baik dalam debat. “Secara keseluruhan, masyarakat telah diberikan pemaparan yang prospektif dari kedua paslon tentang visi misi membangun Sumut lima tahun ke depan. Acara ini penting untuk pelajaran politik, bagaimana masyarakat memahami pikiran para pemimpin mereka,” katanya.

Dalam sesi pertanyaan tentang reformasi birokrasi, kedua paslon dinilainya memiliki jawaban yang sangat berbeda. “Paslon 1 dalam hal reformasi birokrasi, lebih fokus pada pembangunan moral dan penegakan hukum, dan juga maksimalisasi postur birokrasi agar efektif. Sementara paslon 2 mengajukan pembaruan sistem seperti elektrifikasi dan online biro agar lebih transparan. Pasangan ini memilih jalan memangkas postur agar birokrasi lebih ramping,” jelasnya.

Sementara dalam hal memberdayakan nilai kearifan lokal sebagai modal pembangunan, Eramas menurutnya lebih menguasai. “Paslon 1 lebih terlihat menguasai nilai lokal Sumut sebagai modal pembangunan dan pengembangan birokrasi. Misalnya, dengan menguatkan nilai kearifan lokal Dalihan Natolu, memaksimalkan peran para ketua adat. Sementara paslon 2 lebih menguasai mengenai tata pemerintahan,” ungkapnya.

Begitu juga dengan isu pembentukan Provinsi Tapanuli (Protap), yang dipertanyakan Musa Rajekshah (Ijeck) kepada Sihar Sitorus. Dalam kesempatan menjawab, Sihar dinilai tidak memiliki pendirian yang jelas. “Ini soal sikap terhadap potensi konflik di era demokratisasi, tepatnya soal pemekaran. Paslon 2 tidak menegaskan posisi keberpihakan terhadap Protap,” katanya.

Lantas dalam debat perdana ini paslon mana yang lebih unggul? “Overall, meski di awal paslon1 kurang fokus menyampaikan visi reformasi birokrasinya terutama di sesi satu. Namun panggung debat perdana ini menjadi milik mereka terutama di sesi 2 sampai berakhirnya debat tersebut,” bilang Faisal.

Jawaban DJOSS Mudah Dicerna

Terpisah, Ketua Tim Pemenangan Djoss Djumiran Abdi menilai, jawaban yang diberikan kedua jagoannya cukup sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. “Mereka bisa memberikan jawaban yang cukup bagus. Dan yang penting, bisa dicerna oleh masyarakat. Jadi tidak terlalu tinggi bahasanya,” sebut Djumiran Abdi kepada Sumut Pos, Minggu (6/5).

Menurut Djumiran, jawaban yang diberikan oleh Djarot Saiful Hidayat mencerminkan pemahaman seseorang tentang tata kelola pemerintahan yang baik . Namun yang terpenting katanya, adalah bagaimana bahasa yang digunakan seseorang, mudah dipahami orang lain. “Orang pintar itu justru yang bahasanya tidak sulit. Dan jawaban paslon kita termasuk sederhana dan mudah dimengerti,” katanya.

Senada, Baskami Ginting menyebutkan, jawaban Djarot-Sihar sudah tepat. Apalagi dengan pangalaman Djarot di pemerintahan, menunjukkan yang bersangkutan menguasai sistem anggaran dan tahapan pembangunan. Karena itu, untuk menjelaskan bagaimana mengelola pemerintahan yang baik tidak sulit bagi jagoan mereka. “Mungkin yang perlu ditingkatkan itu pemahaman meraka terhadap kedaerahan. Dan itu akan bisa ditingkatkan setelah mereka duduk nanti memimpin Sumut,” kata Baskami.

Pandangan optimis itu kata Baskami, setelah berbagai pernyataan baik Djarot maupun Sihar di hadapan tim pemenangan dan masyarakat luas di beberapa kesempatan. Komitmen untuk berkantor di kabupaten/kota merupakan satu pernyataan yang dapat dipertimbangkan, agar tujuan pemerataan pembangunan bisa tercapai maksimal, khususnya di daerah yang terpencil sekalipun.

“Kalau Sihar Sitorus, beliau punya pengalaman yang baik untuk pembangunan. Apalagi untuk manajemen anggaran (keuangan). Makanya kita melihat pasangan ini akan saling melengkapi jika terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut lima tahun ke depan. Kita harapkan beliau bisa, karena kita yakin mereka bisa mengakomodir seluruh daerah,” sebutnya.

Amatan Sumut Pos selama enam segmen acara debat berlangsung, kedua paslon baik cagub atau cawagub kebanyakan beretorika alias minim data. Tapi ada yang menarik, saat pertanyaan moderator tentang implementasi visi dan misi Eramas tentang Sumut bermartabat terkait permasalahan hutan di Sumut, menyebabkan Edy salah focus. Di mana ia justru membahas soal visi dan misinya mengenai Sumut bermartabat. Akibatnya, penjelasannya distop moderator, dan pertanyaan diulang.

Setelah Ijeck terdengar berbisik mengulang pertanyaan, Edy Rahmayadi dengan serius menekankan pentingnya prinsip adat (kearifan lokal) dalam pengelolaan pemerintahan terutama masalah perlindungan hutan dan tanah adat.

Lalu pada sesi kedua yang kebetulan hanya boleh bertanya sesama cagub, Edy Rahmayadi dengan kertas di tangan, bertanya tentang pentingnya prinsip “Dalihan Na Tolu” dalam pengelolaan tanah/hutan adat kepada cagub Djarot.

Kontan, Sihar Sitorus tampak berbisik-bisik ke telinga Djarot, diduga menjelaskan soal apa itu Dalihan Natolu. Selanjutnya Djarot berdiri dan sambil tertawa, tangannya menunjuk ke Edy.

Tapi Djarot tampak santai saja dan menjelaskan dengan sederhana, bahwa Dalihan Natolu adalah prinsip adat di mana tiga peran adat dalam bentuk segitiga sama sisi, menunjukkan tiga peran yang perannya sama penting.

“Setuju dengan Pak Edy, kearifan lokal itu penting. Dalihan Natolu dengan prinsip adat segitiga sama sisi, yakni tiga peran adat yang sama pentingnya, adalah musyawarah adat yang penting diikutsertakan dalam penyelesaian tanah adat,” katanya.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kanan) menyampaikan program pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik yang dihadiri dua pasangan calon cagub-wagub Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.

Soal tema Tata Kelola Pemerintahan yang Bebas Korupsi, Cagub Djarot mengangkat kasus korupsi di masa pemerintahan Gubernur Gatot Pujo Nugroho, yang melibatkan eksekutif, legislatif, dan pihak swasta, dan bagaimana cara mengatasinya di masa depan.

Edy menjawab, untuk mencegah korupsi pada pelaksanaan APBD Sumut, ia akan melibatkan penegak hukum. “Terima kasih pak Djarot, kita berbicara masalah APBD ini, sudah jelas untuk siapa, pastinya untuk rakyat. Sudah jelas, supermasi hukum. Karena saya suka bola, makanya saya menjemput bola. Yang efektif pelaksanaan APBD dilaksanakan secara profesional. Untuk mencegahnya ada polisi, kejaksaan, profesional untuk mengawasi kebocorannya (APBD Sumut,” ungkap Edy.

Menanggapi jawaban Edy, Djarot menyinggung soal kepemimpinan Gatot Pujo Nugroho di Sumut, akibat sistem pemerintah dilanggar, telah terjadi korupsi dan membuat Gatot Pujo Nugroho ditangkap KPK.

Cagub Edy kembali menjawab, sebenarnya sistem pemerintahan di Sumut sudah bagus. “Sistem sudah baik. Oknumnya yang salah. Karena itu, kami akan memperkuat iman, karena dengan iman korupsi bisa dihindari,” katanya.

Di sesi debat khusus cawagub, Sihar Sitorus bertanya bagaimana kepada Ijeck bagaimana cara menghindari korupsi ABPD Sumut, agar jangan mengulang kasus korupsi di masa Gubernur Gatot, yang melibatkan pihak ketiga.

Ijeck menjawab, pihaknya akan menerapkan sistem e-budgetting, dengan tetap menggunakan anggaran tepat sasaran untuk rakyat yang membutuhkan.

Selanjutnya, Ijeck melontarkan pertanyaan soal pemekaran Protap kepada Sihar. “Apakah Bang Sihar setuju dengan pemekaran Protap sementara pemerintah sejak 2015 sudah menetapkan moratorium?” katanya.

Sihar pun menjawab tentang pentingnya pemerataan kesejateraan dan memperkecil kesenjangan pembangunan antar wilayah, yang pada akhirnya akan mengurangi aspirasi pemekaran daerah.

“Saya rasa Bang Sihar belum menjawab apa yang menjadi inti pertanyaan tadi?” sambung Ijeck.

Sihar akhirnya menjawab tegas, ia tidak setuju pemekaran Protap.

Di sesi pernyataan pamungkas, atau closing statement, kedua paslon mengumbar janji membawa Sumut lebih baik. Seperti Edy-Ijeck dengan slogan Sumut Bermartabat dan Djarot-Sihar melalui slogan Semua Urusan Mudah dan Transparan.

Debat kandidat perdana ini begitu riuh dan semarak karena kehadiran pendukung kedua paslon. Tanpa henti sampai acara berakhir, para pendukung terus bernyanyi dan mengucap yel-yel khas untuk masing-masing paslon. Saking hebohnya, pembawa acara berulangkali meminta masing-masing pendukung tenang dan tidak bersuara selama acara berlangsung.

Selain panelis, acara turut dihadiri jajaran KPU Sumut dan Bawaslu Sumut.

Untuk mengamankan penyelenggaraan debat Calon Gubernur Sumut itu, polisi menerjunkan 500 personel.

SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
DEBAT_Pasangan cagub-wagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) dan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) mendengarkan pertanyaan pada Debat Publik Pilkada Sumut, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (5/5). Debat publik tersebut mengangkat tema Tata Kelola Pemerintahan Bebas dari Korupsi.

Trending Topic

Debat kandidat Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018 itu sempat memuncaki trending topic nasional. Dengan tagar #DjarotSiharSumut. Hal itu terlihat microblogging Twitter tepat pada pukul 20.00 WIB saat debat sedang berlangsung.

Tagar yang berbunyi #WargaSumutPilihDJOSS juga sempat menduduki posisi kelima. Kekuasaan dua kata kunci tersebut bertahan selama lebih dari dua jam. Dari pukul 20.00 WIB hingga lebih dari pukul 22.00 WIB.

Para netizen juga ikut komentar atas pernyataan dan jawaban, yang dilontarkan pasangan calon.

Warganet yang menyimak debat resmi tersebut mengkritik keras sejumlah jawaban yang dinilai ngawur.

“Kayaknya ada yang mulai bingung dalam debat. Karena tidak paham kerja pemerintahan,” kata akun @sultanjordi2.  (prn/bal/gus)

Exit mobile version