Site icon SumutPos

AHY Harap Edy-Ijeck Bawa Perubahan

AHY berbicara soal sosok pemimpin yang cinta rakyat saat kongkow bareng media, Selasa (5/6).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Keinginan mendapatkan seorang pemimpin yang cakap dan menyayangi rakyatnya itu adalah sebuah keniscayaan. Tetapi setidaknya memiliki kompetensi, kapasitas intelektual, manajemen dan juga leadership.

“Kalau ditanya penilaian terhadap (pemimpin) cakap dan menyayangi rakyat saya pikir itu adalah keniscayaan. Kuncinya mencintai rakyat itu mutlak diatas segala-galanya,” kata Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kosgama) DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat acara Kongkow Bareng Awak Media di Roda 3 Bistro n Café, Jalan Sei Serayu Medan, Rabu (5/6) malam.

Menurut AHY, sejauh ini pemimpin yang menjadi harapan partainya tentu yang punya kapasitas, integritas dan jiwa kepemimpinan serta mencintai rakyatnya.

Kata dia, dengan mencintai rakyatnya tidak mungkin pemimpin terjaga ditengah malam memikirkan nasib rakyatnya, menghadirkan kebijakan-kebijakan yang bisa mengangkat hidup mereka dan juga mencari solusi bagi permasalahan mereka.

“Saya pikir pasangan calon (Edy-Ijeck) yang kami usung juga punya komitmen untuk bisa memberikan itu semua,” ungkapnya.

AHY yang turut didampingi sejumlah kader Partai Demokrat termasuk kader muda yang juga mantan atlet bulutangkis dunia, Taufik Hidayat menambahkan, dipilihnya pasangan calon Edy Rahmayadi–Musa Rajekshah tentunya dengan sebuah harapan dan keyakinan terhadap keduanya untuk membawa perubahan.

“Bahwa beliau berdua bisa membawa Sumut lebih baik, bermartabat dengan segala idealismenya. Kami Partai Demokrat tentunya ingin konsisten pada komitmen kami ketika kami telah menentukan dukungan kepada siapapun itu, kami berupaya menyukseskan dan memenangkannya,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa turut andil dalam Pilkada di 117 daerah di Indonesia dimana sangat menyita perhatian sejumlah pihak, dengan segala macam pro kontra terhadap dirinya.

”Tidak hanya di Sumut, saya keliling ke berbagai Pilkada lainnya juga pasti ada pro kontra. Ada yang katakan AHY gak usah ikut-ikutan dalam pilkada itukan konteks lokal biar AHY milik semua,” ucapnya.

Menilik peta politik jelang Pilpres 2019, mantan perwira TNI AD berpangkat mayor purnawirawan ini mengatakan, koalisi yang mulai dibangun saat ini bersifat transaksional.

Sebab, setiap partai politik merasa memiliki kader terbaik untuk bisa diusung, apakah menjadi capres atau cawapres.

“Setiap parpol dan elit punya kepentingan dan harapan masing-masing. Semua merasa punya kader terbaik untuk dimajukan sebagai capres ataupun cawapres. Semua begitu, semua mengunci, mau koalisi asal mendapat kursi cawapres, jadi kesannya sangat transaksional,” ujarnya.

AHY juga menyebut, berdasarkan hasil Pemilu 2014, tidak ada satu pun parpol yang bisa memenuhi syarat minimal 20% untuk bisa mengusung capres-cawapres sendiri.

“PDIP saja hanya 18%, Demokrat 10%. Mencari dukungan parpol yang memiliki 10% lagi tidak mudah, bukan seperti meminjam uang kepada orang lain. Ini permainan tingkat tinggi, nah itu yang membuat semakin bingung,” jelasnya.

Mantan calon Gubernur DKI Jakarta itu pun melihat ada peluang pertarungan 2014 antara kubu Jokowi dan Prabowo kembali terulang.

“Kalau itu terulang, apakah konstelasi politiknya masih sama? Banyak parpol yang sudah mengalihkan dukungan, politik sangat cair, segala sesuatu masih mungkin terjadi,” jelasnya.

Acara turut dihadiri sejumlah pimpinan redaksi media massa di Kota Medan dan para jurnalis.(prn/ala)

 

Exit mobile version