Site icon SumutPos

Capital Building Arena Mesum

file/sumut pos Capital Building
file/sumut pos
Capital Building

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bisnis prostitusi di Medan kembali dibongkar pihak kepolisian. Setelah membongkar bisnis esek-esek mahasiswa dan anak di bawah umur, prostitusi yang memakai jasa warga negara asing pun digerebek. Capital Building, gedung mewah di Jalan Putri Hijau Nomor 1 A Medan, yang diduga sebagai arena mesum langsung diobok-obok Mabes Polri. Hasilnya, 29 pekerja seks komersial (PSK) diamankan.

Penggerebekan Kamis (6/8) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Selain diduga sebagai tempat mesum, Capital Building digerebek setelah diduga tempat tersebut selama ini juga beroperasi menjadi tempat penampungan PSK asal mancanegara.

“Iya benar, petugas dari Mabes Polri telah melakukan penggerebekan di Medan, Kamis dini hari. Ini terkait Trafficking,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri, Brigjen Agus Rianto saat dihubungi Sumut Pos di Jakarta, Kamis petang.

Menurut Agus, dari hasil penggerebekan petugas setidaknya telah mengamankan 29 orang. Baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun warga negara asing.

“Dari 29 orang tersebut sebagian telah dimintai keterangannya di Polda Sumut. Sebagian lainnya dibawa ke Jakarta. Kalau tidak salah ada sekitar 20 orang yang dibawa ke Jakarta,” ujarnya.

Saat ditanya siapa pihak yang mengoperasikan tempat penampungan tersebut dan apakah Mabes Polri telah menetapkan tersangka, Agus mengatakan pihaknya kini tengah melakukan pendalaman penyelidikan.

“Masih di dalami. Kan penggerebekannya baru tadi pagi (Kamis,red),” ujarnya.

Informasi lain yang diperoleh menyebut, dari 29 orang yang diperiksa, 20 orang merupakan wanita yang merupakan WNI. Sementara sembilan orang lainnya wanita yang berasal dari Tiongkok. Mereka selama ini diduga diperkerjakan sebagai PSK dengan modus menemani tamu berkaraoke di ruang tertutup.

Kesembilan WNA asal Tiongkok tersebut selanjutnya dibawa ke Jakarta, untuk selanjutnya diterbangkan ke negara asal.

Selain gedung yang di dalamnya ada diskotek Retro dan karaoke Classical itu, Mabes Polri juga menggerebek mess Capital Building. Banguan mess ini ‘hanya’ berbentuk ruko berlantai tiga. Letaknya di Jalan Putri Hijau Baru Kelurahan Silalas, Medan Barat. Penggerbekan digelar Kamis (6/8) siang sekira pukul 13.00 WIB. Dari mess itu, petugas mengamankan sejumlah wanita diduga PSK, yang beberapa diantaranya berkewarganegaraan asal Tiongkok dan Singapura.

“Sejak jam satu (01.00 WIB) semalam udah digerebek duluan oleh polisi, ada beberapa orang yang diamankan dan semuanya wanita. Yang gerebek dari Mabes Polri, kalau saya hanya mendampingi saja,” ungkap Muja, Kepala Lingkungan IX Kelurahan Kesawan, Medan Barat.

Muja menyebut, usai mengamankan wanita itu, polisi lalu melakukan pengembangan dan kembali melakukan penggerebekan, Kamis siang sekitar pukul 13.00 WIB di Mess Capital Building yang diduga merupakan lokasi penampungan PSK dan berada persis di seberang gedung Capital.

“Siangnya giliran mess yang digerebek. Dari penggerebekan itu, ada 4 orang wanita yang diamankan,” ujarnya.

Muja mengaku, para wanita tersebut memiliki ciri-ciri kulit putih, tinggi semampai dan berwajah oriental. “Ada empat orang wanita negara Singapura, dan itu yang rencananya mau dideportasi oleh Mabes Polri, sedangkan sisanya saya belum tahu dibawa ke mana,” ungkap Muja.

Penggerebekan itupun mengejutkan warga sekitar. Salah seorang warga mengaku bernama Rendi (32) menyebut, keseharian ruko berlantai tiga itu memang selalu tertutup. Oleh karena itu, umumnya warga sekitar tak pernah tahu apa aktivitas yang berlangsung di dalam rumah bercat putih yang sudah tampak buram tersebut.

Sementara itu, Direktur Direktorat Sabhara Poldasu Kombes Marto Januarto yang dikonfirmasi mengaku, jika pihaknya hanya bertugas membantu pengamanan dan penyediaan tempat bagi para wanita yang diamankan.

“Kita hanya mengamankan saja dan menyediakan tempat saja mas. Kalau untuk penegakan hukumnya (Gakkum), Mabes Polri mas,” ujar Marto.
Kepala Unit Trafficking Bareskrim Polri AKBP Arie Dharmanto menambakan dari tempat penggerebekan, timnya menyita sejumlah barang bukti, yakni uang senilai Rp 4 juta yang diduga hasil transaksi seks, kwitansi pembayaran, alat kontrasepsi, dua unit printer kasir, dua unit komputer kasir, dan kalkulator listrik.

Para PSK WNI, lanjut Arie, diperiksa di Polda Sumut. Sementara PSK asal Tiongkok akan diterbangkan ke Jakarta untuk dideportasi ke negara asalnya. Sembari menunggu deportasi, mereka akan ditampung di ‘safe house’.

Arie mengatakan, pemeriksaan seluruh PSK untuk menyelidiki ada atau tidaknya dugaan tindak pidana perdagangan manusia. Namun, saat ini belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka. “Kita berharap segera menemukan otaknya,” ujar Arie.

Sebelumnya, dalam dua bulan Polda Sumut juga berhasil mengungkap beberapa bisnis prostitusi di Medan. Pada 28 Juli 2015 lalu, bisnis esek-esek yang melibatkan mahasiswa dibongkar. Mucikari dan 5 PSK diamankan Polda Sumut dari sebuah hotel berbintang di Jalan Adam Malik Medan. Bisnis ini bertransaksi melalui BlackBerry Messenger (BBM).

Lalu, pada 11 Juni, giliran prostitus anak yang dibongkar. Mucikari dan 3 korbanya diamankan Polda Sumut dari sebuah plaza di Medan Petisah. Transaksi juga melalui BBM. Dan, pada 2 Juni 2015, mucikari dan korbanya ditangkap di kawasan Hotel Ardina Jalan Krakatau, Medan.

Kenyataan ini seperti memabawa Medan menajdi kota prostitusi. Apalagi makin menjamurnya sejumlah lokasi hiburan, rumah kos-kosan  dan SPA yang menyediakan PSK. Pun, juga terlihat di sejumlah titik jalan raya yang masih ditemukan sejumlah PSK dan waria yang beraksi mencari pria hidung belang. Kekhawatiran ini diungkapkan Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPRD Medan Herri Zulkarnain Hutajulu. “Terkait hal ini, Pemko Medan harus tegas melakukan penindakan kepada seluruh lokasi hiburan yang melanggar/menyalah. Harus ada keberanian untuk menyegel atau mencabut izin lokasi hiburan seperti karaoke, diskotik atau pub termasuk kos-kosan yang menjadi sarang prostitusi dan narkoba,” tegas Herri yang juga anggota Komisi C, belum lama ini.

Dia juga mengimbau Kadisbudpar agar juga  menertibkan  sejumlah karaoke keluarga yang belakangan ini sudah menjadi ajang prostitusi. Lebih parahnya lagi yang banyak masuk ke lokasi itu kebanyakan para pelajar berseragam.

“Kami minta pemerintah segara mengambil langkah-langkah dengan mengingatkan pengelola karaoke agar melarang masuk pengunjungnya yang masih mengenakan seragam sekolah,” pungkasnya. (ris/gir/bbs/rbb)

Exit mobile version