Site icon SumutPos

Warga Medan Sekitarnya Diminta Kenakan Masker

Foto: Riadi/PM Pengguna jalan di Kota Medan terlihat menggunakan masker untuk melindungi kabut asap yang menyelimuti Kota Medan, akibat kebakaran hutan di kawasan Sumatera, Selasa (6/10/2015).
Foto: Riadi/PM
Pengguna jalan di Kota Medan terlihat menggunakan masker untuk melindungi kabut asap yang menyelimuti Kota Medan, akibat kebakaran hutan di kawasan Sumatera, Selasa (6/10/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumbagut memperingatkan masyarakat Medan sekitarnya mengurangi aktivitas di luar rumah dan wajib menggunakan masker. Pasalnya, berdasarkan pantauan mereka, kualitas udara di Kota Medan sekitarnya masih menunjukkan kategori berbahaya. Sebab, Particulate Standard Index (PSI) yang terpantau akibat asap kiriman masih berada di level 210 mikrogram per meter kubik.

“Kualitas udara tidak sehat di Kota Medan dan sekitarnya sudah berjalan 1,5 bulan. Kondisi ini juga bagi BMKG sudah kategori gawat. Pukul 14.00 WIB tadi, kualitas udara di Kota Medan mencapai 210 microgram per meter kubik,” ujar Kabid Data dan Informasi BMKG Wilayah I Medan, Sunardi di Medan, Rabu (6/10). PSI akibat asap kiriman mencapai level 210 microgram tersebut sudah kategori kualitas udara tidak sehat. Kemarin sore mencapai sekitar 280 microgram dan kategorinya tidak sehat. PSI yang sehat itu adalah 50 microgram per meter kubik.

Kabut asap ini juga diduga kiriman lokasi hotspot dari Sumatera Selatan. Hotspot di Riau masih ada 2 lokasi yang terpantau, sedangkan di Sumut tidak ada hotspot. Titik hotspot yang terpantau sekarang ini ada di Sumatera Selatan mencapai 360 hotspot. “Kabut asap kiriman ini juga mempengaruhi dengan jarak pandang hanya 800 meter. Jarak pandang hanya 800 meter atau di bawah angka 1000 menandakan kabut asap semakin tebal,” katanya.

Menurut Sunardi kualitas udara masih dibawah angka 500 micro gram permeter kubik partikel, anak siswa sekolah jangan diliburkan karena masih bisa menggunakan masker. “Kalau angka di atas 500 microgram permeter segera meliburkan anak siswa sekolah karena kategori kualitas udara berbahaya,” jelasnya. Terpisah, Kepala Seksi P2P Dinkes Kota Medan, Pocut Fatimah Fitri menghimbau agar masyarakat Medan untuk tetap menggunakan masker selama kabut asap masih terjadi. Sebab, kabut asap di Medan saat ini belum dapat dipastikan kapan berakhir.

Untuk jumlah penderita ISPA pada Juli 2015 mencapai 21.466 penderita. Sementara itu pada Agustus mencapai 20.533 penderita. “Jumlah penderita ISPA untuk sebulan terakhir ini belum dapat diketahui. Puskesmas tutup buku tiap tanggal 1. Jadi ini masih proses rekap. Biasanya semua data keluar di atas tanggal 10,” ujarnya. Saat ditanya apakah perlu anak-anak sekolah diliburkan akibat kabut asap di Medan. Ia mengatakan hal tersebut belum perlu dilakukan. Sebab, kadar asap di Medan belum parah seperti yang terjadi di Pekanbaru, Jambi dan daerah lainnya yang paling parah terkena kabut asap.

“Saya rasa belum perlulah anak-anak sekolah diliburkan, keadaan kita masih belum parah dibanding kota lain yang terkena asap, kasihan juga mereka kalau diliburkan, karena akan menganggu pendidikan mereka,” jelasnya. Saat ditanya mengenai pembagian masker dan kualitas masker yang dibagikan tidak sesuai standar untuk perlindungan dari asap. Pocut mengatakan pihaknya tetap membagikan masker untuk masyarakat Medan. “Untuk kualitas masker yang dibagikan itu sudah standar untuk kualitas asap saat ini si Medan,” tuturnya.Sementara itu, pengamat kesehatan dr Umar Zein SpPD KPTI mengatakan,peningkatan jumlah penderita ISPA di bulan ini bisa lebih tinggi melihat kasus yang terjadi baru-baru ini. “Pengalaman pribadi, di tempat praktek peningkatan kasus gak banyak karena abang batasnya belum level atas. Tapi tetap ini bisa mempengaruhi kesehatan dan harus dihindari. Pengaruhnya mulai dari hidung, trakea, dan paru-paru,” katanya. Untuk mencegahnya, ujar dokter yang juga konsultan penyakit tropik dan infeksi ini, masyarakat harus menggunakan masker, khususnya bagi anak-anak. “Tapi anak-anak ini yang susah bila disuruh pakai masker, padahal polusi udara itu sangat rentan pada anak-anak. Dinkes bisa melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan. Tetapi sekarang polusinya belum mengkhawatirkan,” katanya.

Foto: Hulman/PM
Kabut asap terlihat menyelimuti Bandara KNIA, Deliserdang, Sumut, Selasa (6/10/2015).

Asap Bertahan di KNIA
Kabut asap masih bertahan di Bandara KNIA dan sekitarnya. Hingga Selasa (6/10) pukul 18.30 WIB kondisi udara kategori berbahaya. Hal itu diungkapkan Desi, Staf Forecester (prakirawan) BMKG Bandara KNIA. Menurutnya jarak pandang berkisar 1100 meter dengan arah mata angin dari utara ke selatan dengan kecepatan 3-5 knot atau sekitar 6-12 Km per jam
“Jumlah titik panas (hot spot) di Sumatera berjumlah 453 dengan penyebaran di Bengkulu 5 titik panas, Jambi 12 titik panas, Bangka Belitung 12 titik panas, Lampung 58 dan Sumatera Selatan 366 titik panas. Diperkirakan cuaca berpeluang hujan dari malam hari hingga pagi,” sebutnya. Meskipun kabut asap masih pekat namun penerbangan di bandara berkelas internasional itu termasuk lancar. Duty Manager Bandara KNIA Baiquni kepada kru koran ini menjelaskan hanya satu penerbangan keberngkatan yang dibatalkan yakni Wings Air IW 1260 tujuan Gunung Sitoli, Nias dengan jadwal pukul 14.00 WIB. (win/cr-2/man/deo)

Exit mobile version