Site icon SumutPos

Dikira Teroris, Ternyata …

Teroris-Ilustrasi
Teroris-Ilustrasi

SUMUTPOS.CO  – Sebelas pedagang keliling asal Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, dicurigai sebagai teroris oleh Polres Toba Samosir, Polsek Siborong Borong. Akibatnya, mereka diamankan dari rumah kontrakannya di Jalan Tandang Bukit, Kelurahan Pardede Onan, Kecamatan Balige, Tobasa, Senin (5/12) malam.

Kecurigaan terhadap kesebelas warga Lampung ini berawal dari laporan seorang pemuka agama yang bermukim tak jauh dari rumah kontrakan mereka, di Dusun I Perhuling, Siborong-borong, Tapanuli Utara (Taput) ke Polsek Siborong-borong pada akhir November lalu. Menindaklanjuti laporan itu, petugas mengamankan kesebelas orang itu, guna dilakukan pemeriksaan.

Kesebelas orang itu yakni Syamsir (42) warga Banding Agung, Talangpadang Tanggamus, Lampung; Junaidi (48) asal Lampung, Zarrudin (49) asal Lampung, Erwinsyah (21) warga Jalan M Kholi Suka Negeri Jaya, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; Fikri Irawan (17) asal Lampung; Suprizal (22) warga Dusun Sukabumi, Kecaatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; Daniel Syahputra (30) warga Desa Sukadamai, Kecamatan Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; Devi Irawan (29) warga Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; Arif Riansyah (24) warga Talang Padang, Kabupaten Tanggamus; Azmi Ardiansyah (23) warga Dusun Padalarang, Kecamatan Talang Padang dan Wahyudi (28) warga Kampung Gebang, Kelurahan Sanggang Jaya, Kecamatan Piruk, Tanggerang, Banten.

Berdasarkan pemeriksaan, mereka mengaku baru mengontrak rumah itu selama sebulan. Mereka merupakan pedagang peralatan pengaman tabung gas elpiji . Cara mengenalkan produk, mereka melakukan sosialisasi kepada masyarakat dibantu kepala dusun.

Akhirnya, kecurigaan kalau mereka merupakan bagian dari kelompok radikal tak terbukti, Kepolisian menyerahkan kesebelas pedagang ini ke Kelurahan Pasar Siborong-borong, tempat mereka mengontrak rumah selama sebulan. Meski begitu, Polres Taput tetap melakukan pengintaian terhadap aktivitas kesebelas orang itu.

Namun pada Jumat (2/12) lalu, Polsek Siborong-borong kehilangan jejak kesebelas pedagang keliling ini. Guna mengantisipasi hal yang tak diinginkan, Polsek Siborong-borong berkoordinasi dengan Dit Intelkam Polda Sumut yang kemudian dilakukan pelacakan. Akhirnya, personel Dit Intelkam Poldasu berhasil mengendus keberadaan 11 orang yang dicurigai teroris itu. Ternyata, mereka telah berpindah ke Tobasa dengan menumpangi dua unit mobil Avanza dan tujuh sepedamotor.

Setelah diketahui keberadaannya, personel Dit Intelkam Polda Sumut bersama Polres Tobasa menggerebek mereka di sebuah rumah kontrakan, Jalan Tandang Bukit, Kelurahan Pardede Onan, Kecamatan Balige, Tobasa, Senin (5/12) malam. Saat kembali diinterogasi, Kasat Intelkam Polres Tobasa, AKP Nazaruddin langsung menghubungi Desven Riady selaku pimpinan UD Tabek Jaya tempat kesebelas orang ini bekerja. Dari konfirmasi itu, terbukti kalau mereka bukan teroris melainkan karyawan UD Tebek Jaya yang dilengkapi surat tugas dan sarana transportasi berupa mobil Avanza BE 2217 VW.

Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Rina Sari Ginting mengatakan, 11 pria asal Lampung itu belum ditemukan bukti-bukti keterlibatannya dalam jaringan teroris. Menurut Rina, itu merupakan hasil pemeriksaan yang dilakukan Sat Intelkam Polres Tobasa dan berkoordinasi dengan Densus 88.

“Awalnya, karena ada aduan dari warga yang curiga terhadap aktivitas mereka, berhubungan dengan kelompok radikal. Lalu ditindaklanjuti oleh Polsek Siborong-borong dan Polres Taput,” kata Rina, Selasa (6/12) siang.

Rina mengakui, 11 pekerja itu sempat berpindah hingga keberadaannya tak terendus oleh Polres Taput yang melakukan pengintaian. “Mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan, lalu dilacak kembali dan ditemukan di Tobasa,” sambung perwira menengah dengan pangkat tiga melati emas di pundaknya ini.

Hasil pemeriksaan yang dilakukan Sat Intelkam Polres Tobasa dan berkordinasi dengan Densus 88 hingga Selasa (5/12) petang, kata Rina, tidak ditemukan adanya bukti keterlibatan aksi terorisme.

“Setelah di cek juga ke perusahaan yang mereka maksud, perusahaan itu juga mengakui kebenaran 11 karyawannya itu. Akhirnya, ke-11 orang yang diduga warga merupakan kelompok radikal sudah dipulangkan,” tandas Rina.

Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan menambahkan, karyawan UD Tabek Jaya tersebut telah berada di Kabupaten Tobasa selama lima hari. Rencananya, akan menetap sebulan.

“Mereka ngontrak selama 30 hari dengan biaya Rp 1 juta di rumah M Siahaan,” katanya.

Sebelum tiba di Tobasa, mereka sebelumnya juga pernah berjualan di Kisaran selama sebulan. Lalu, berada di Tomok, Kabupaten Samosir selama sebulan pada September 2016. Di Prapat Kabupaten Simalungun juga sebulan pada Oktober 2016.

Di Pangururan Kabupaten Samosir selama 15 hari pada November 2016. Kemudian di Kabupaten Humbang Hasundutan selama delapan hari dan tiga hari di Siborong-borong.

Sedangkan Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian menyesalkan penyebar issu tertangkapnya teroris di wilayah hukumnya. Menurutnya, hal itu memicu timbulnya keresahan di tengah-tengah masyarakat. Padahal, pernyataan itu tidak pernah disampaikan kepada masyarakat.

“Lagi-lagi daerah kita diisukan tidak nyaman. Inilah yang sangat kita sesalkan. Jangan terlalu gampang menebar issu yang tidak benar, apalagi issu itu sangat rentan memicu keresahan masyarakat banyak,” katanya saat ditanyai terkait issu teroris.

Dibalik itu, Kapolres mengapresiasi kepedulian masyarakat Tobasa, tapi tetap diminta agar tidak terlalu mudah menyampaikan issu yang belum akurat kepada publik, terlebih issu-issu yang rentan mengganggu kenyamanan masyarakat.

Pantauan di ruang penyidik, Kapolres Tobasa AKBP Jidin Siagian tidak henti-hentinya menerima telepon yang mempertanyakan issu teroris dan bom di daerah itu. Berulang kali tampak Kapolres menjawab dari telepon genggamnya, bahwa tidak ada penangkapan teroris ataupun bom di daerah itu. “Tidak ada tangkapan teroris. Tidak ada bom,” jawab Kapolres melelaui handphone.

Bahkan, isu penangkapan teroris juga sudah menyebar melalui media sosial seperti facebook dan media online. Bahkan, salah satu penyebar issu mirip dengan nama seorang pejabat eselon IV, berstatus Kasubbag di Pemerintahan Kabupaten Tobasa.

Sebagaimana dikutip dari akun facebok atas nama Jhonsy Gomar Siagian, foto dan nama persis dengan Jhomsi Siagian SH yang merupakan Kasubbang Perlengkapan di Bagian Umum dan Perlengkapan Kabupaten Tobasa, pada 6 Desember 2016 menyebutkan “Sesuai berita yang beredar bahwa tadi. Dini hari di Jalan Cemara Tandang Buhit Kelurahan Pardede Onan, Kelompok Terduga Teroris sebanyak 10 orang ditangkap Densus 88 dan 1 orang melarikan diri, kita penduduk Tobasa untuk tetap Waspada 24 jam, bila perlu Pam Swakarsa segera dibentuk bekerja sama dengan Pihak Kepolisiaj, kasus ini akan terus dikembangkan ke seantero Tapanuli untuk Pam Natal Nasional di Humbahas, cukup seram. Mari jaga diri, keluarga dan tetap waspada perang dan lawan teroris pengacau Natal”

Meski belum dipastikan bahwa pemilik akun Jhonsy adalah oknum PNS, tapi akun tersebut seolah memperjelas pemilik issu teroris, pada saat menjawab pertanyaan statusnya. Jawaban Jhonsy yang ditulis dalam bahasa Batak,  “Ai dia do, bukti perluru tajam satu plastik, mangarakit Bom nama rencana on (mananya, bukti peluru tajam satu plastik, merakit Bom rencananya ini).”

“Sangat kita sesalkan, Issu seperti ini sangat rentan menuai kecemasan warga. Secara umum kita harus akui, bahwa pernyataan oknum PNS lebih cepat dicerna masyarakat luas,” tutur Abdi Saragi warga Siahaan Balige saat dimintai tanggapannya atas issu tersebut, Selasa (6/12).

Sementara Jhomsi Siagian SH ketika dicoba konfirmasi terkait kebenaran pemilik akun Jhonsy Gomar Siagian, tidak berhasil. Ditemui di ruang kerjanya, Bagian Umum dan Perlengkapan di Lantai dasar Kantor Bupati Tobasa, Jhonsi tidak berada di tempat. Kemudian dicoba konfirmasi melalui telepon selulernya yang diminta dari pejabat Bagian Umum dan Perlengkapan, Jhonsi tidak memberikan jawaban.

Sementara, Camat Talangpadang, Kabuoaten Tanggamus, Lampung, Agustam Hamied, mengakui kalau sejumlah warga Kecamatan Talang Padang yang dicurigai teroris oleh Polsek Siborong-borong adalah para pedagang peralatan hemat energi untuk pengamanan tabung gas elpiji.

Menurut Agustam, berdasarkan penjelasan para Kepala Pekon (desa) dari 11 warga tersebut hanya 9 warga yang dinyatakan sebagai warga Kecamatan Talangpadang, Tanggamus. Masing-masing, Depi Irawan Warga Pekon Kejayaan, Arip Riansah (Pekon Sukabumi), Junaidi (Pekon Sukanegeri Jaya), Zarrudin (Pekon Sukanegeri Jaya), Erwinsyah (Pekon Sukanegeri Jaya), Fikri Irawan (Pekon Sukanegeri Jaya), Suprizal warga Pekon Sukabumi dan Syamiri (Bandingagung). Sedangkan Daniel Saputra merupakan warga Pekon Sukadamai, Gunungalip.

“Sementara Azmi Ardiansyah masih mau dicek kebenarannya oleh kepala pekon guna memastikan,” katanya.

Berdasarkan penjelasan kepala Pekon lanjut camat, ke 9 warga Talangpadang itu sehari–harinya memang bekerja sebagai pedagang keliling dan keluar daerah berpindah -pindah. Barang yang mereka jual antara lain, peralatan untuk gas Elpiji, bubuk abate dan berbagai peralatan rumah tangga lainnya.

Dari informasi berhasil dihimpun mereka itu dalam menjual barang dagangannya selalu berpindah pindah, kadang mereka berjualan di Medan selama beberapa bulan, setelah itu pindah lagi ke Bengkulu, Bangka Belitung, Padang dan sejumlah daerah lainnya.

“Jadi berdasarkan keterangan yang kami dapat dari para Kepala Pekon (desa), mereka itu adalah para pedagang, bukan terduga teroris, “ pungkasnya.

Sementara, tekait keberadaan Wahyudi yang disebut-sebut warga Kampung Gebang, Kelurahan Sangiang Jaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang, tidak ada satupun warga di tempat tersebut yang mengetahui secara persis keberadaannya.

“Orangnya kayak mana? Dia tinggal di RT berapa RW berapa? Kalau nggak ada alamat jelasnya ya susah nyarinya Mas. Nama Wahyudi mungkin nggak cuma satu di sini,” ungkap Andi, warga sekitar Kampung Gebang, kemarin.

Andi juga tak mengetahui soal informasi adanya penangkapan 11 pria di Sumatera Utara tersebut.

“Apa benar itu? Saya sendiri belum dengar tuh,” imbuhnya.

Lurah Sangiang Jaya Sumangku mengaku sudah mengetahui informasi soal nama Wahyudi yang disebut-sebut sebagai warganya terindikasi sebagai kelompok teroris dari media sosial maupun berita online yang beredar.

Namun, hingga saat ini ia belum bisa memastikan apakah Wahyudi memang warganya atau bukan. “Saya sekarang lagi kumpul sama Binamas dan Babhinsa, kami masih telusuri untuk mencari nama yang dimaksud,” ungkapnya.

Sumangku belum bisa memastikan apakah Wahyudi memang warganya. Sebab, kata dia, ada empat nama Wahyudi di wilayahnya. Ia pun telah mengumpulkan seluruh Ketua RW/RT untuk menelusuri keberadaan Wahyudi. “Di Sangiang ini ada lebih dari empat nama Wahyudi. Adapun Wahyudi yang sekarang nggak ada di rumah, saya suruh cari. Ini lagi kita telusuri,” imbuhnya. (ehl/ft/mg-24/jpg/smg/ted/adz/ril)

Exit mobile version