Site icon SumutPos

Dirut PD Pasar & Kabag Nyaris Baku Hantam

Foto: Wiwin/PM Benny Sihotang (berdiri) dan Dahnan Siregar (baju putih duduk), adu mulut di kantor DPRD Medan, Kamis (7/1/2016).
Foto: Wiwin/PM
Benny Sihotang (berdiri) dan Dahnan Siregar (baju putih duduk), adu mulut di kantor DPRD Medan, Kamis (7/1/2016).

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Plt Dirut PD Pasar Medan, Benny Sihotang tak bisa menahan emosi. Dia tersinggung dengan ucapan Kabag Perekonomian merangkap Badan Pengawas Pemerintah Kota (Pemko) Medan, Dahnar Siregar. Akibatnya, dua pejabat Pemko Medan itu nyaris baku hantam.

Peristiwa itu terjadi usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi C DPRD Medan, membahas persoalan Pasar Kemiri, Kamis (7/1).

Benny terlihat tidak terima dengan pernyataan menyudutkan PD Pasar yang diutarakan Dahnar dalam RDP tersebut.

“Kalau kita lihat benang merahnya ini persoalan komunikasi. Kami dari badan pengawas jadi berpikir ada apa sebenarnya disana? Rupanya terkait pedagang. Makanya pak Dirut semalam baru saja rapat. Kalau mau renovasi buat surat tidak keberatan pedagang. Kami nggak mau seperti ini,” ujar Dahnar dalam rapat.

Dahnar juga diminta menjelaskan dana hibah penyertaan modal tahun 2012 kepada PD Pasar yang digunakan untuk melakukan renovasi lantai pasar kemiri sebesar Rp120 juta. Sebab, sebelumnya pedagang Pasar Kemiri terlebih dahulu menyentil soal nominal tersebut.

“Jadi apa yang tadi ditanyakan sama pedagang soal dana Rp120juta, kita bahas saja pak Dirut. Pedagang ini polos-polos saja. Mereka bilang itu dari Walikota dananya,” tutur Dahnar.

“Itu adalah dana hibah konteksnya penyertaan modal untuk 3 PD di Medan yang dilaksanakan pada 2013, 2014 dan 2015. Apakah dana itu digunakan untuk penimbunan nanti saya lihat dulu RKTnya. Saya tidak bisa membenarkan anggarannya itu apakah benar untuk itu,” tambah Dahnar.

Dahnar juga menyinggung persoalan renovasi meja pedagang pasar kemiri yang dilakukan tanpa diketahui oleh PD Pasar Medan.

“Soal renovasi meja itu menurut saya parah itu. Pembangunan meja di parkiraan juga harus ada perubahan peruntukkannya. Jadi pimpinan sebaiknya kita bersama-sama cek saja ke lapangan supaya kita lihat,” pinta Dahnar kepada pimpinan rapat yang juga ketua komisi C DPRD Medan, Anton Panggabean.

Saat itu lah emosi Benny muncul. Ia mengaku pusing dengan gaya Dahnar. Ia meminta badan pengawas agar juga berada di barisan terdepan. Jangan hanya sembunyi di belakang.

“Saya juga bingung. Harusnya kita ribut pas anggaran. Jangan di sini. Terus terang kalau kita buka-bukaan di sini payah ini. Saya paling enggak suka cara- cara seperti ini. Tadi dikatakan tidak ada surat dari pedagang jadi macam mana mau dilaporkan. Jadi badan pengawas silahkan tinjau ke lapangan,” ujar Benny.

“Jadi pak Dahnar, bapak jangan melihat kami PD Pasar ada apa apa. Kita ribut di sini jadi malu saya. Jadi terpancing emosi dengan gaya-gaya pak Dahnar ini. Pusing kali saya. Nanti pak Dahnar kita ketemu lagi nanti. Maaf pimpinan saya terbawa emosi,” ujar Benny.
Suasana semakin panas saat keduanya keluar dari ruangan rapat. Benny menyampaikan kepada Dahnar bahwa ia menunggu di lantai dua.

Namun saat berpapasan di depan lift, Dahnar lebih memilih menuruni anak tangga ketimbang bersama Benny.

Dahnar tidak menjawab permintaan Benny sepatah kata pun. Dia terus menuruni anak tangga.

“Kita selesaikan di bawah. Jangan pergi dulu. Saya ini sudah Plt bukan Dirut lagi. Di bawah saja kita selesaikan,” pekik Benny kepada Dahnar dari dalam lift.

Tiba di lantai Ground (G), Benny masih menunggu Dahnar. Namun, Dahnar tak memperlihatkan dirinya. Benny kembali ngomel-ngomel sendiri.

“Jangan lari Dahnar. Lari lah, ku kejar dia. Kalau kita sesama pemko nggak bisa itu. Saya profesional saja kalau kerja. Aku mau jumpa dia (Dahnar). Aku bukan Dirut lagi tapi Plt. Benny Sihotang ini. Saya bilang ketua Satgas kenapa rupanya,” kesalnya di luar pintu masuk DPRD Medan.

Suasana semakin panas saat belasan perwakilan pedagang Pasar Kemiri turun dari lantai dua dan menghampiri Benny. Saat itu seorang pedagang bernama Zuraidah (53) menangis. Dia dibopong pedagang lainnya.

Zuraidah tak sanggup menahan pilu setelah dimaki oleh perwakilan CV Panin Sari, bermarga Naibaho. Naibaho merupakan mitra PD Pasar yang melakukan pengerjaan renovasi lantai Pasar Kemiri. Zuraidah dimaki Naibaho di lantai dua usai RDP.

“Udah 53 umurku. Nggak pantas dia maki-maki aku kayak gitu. Dibilangnya aku anj***,” isak Zuraidah diamini pedagang lainnya di hadapan Benny dan Naibaho.

Tak mau mendengar penjelasan Naibaho, seluruh pedagang langsung meninggalkan gedung DPRD Medan sambil berceloteh. Benny yang sedari tadi emosi semakin spaning dan membentak Naibaho.

“Kau entah apa yang kau bilang lagi. Ini gara gara Dahnar ini!” kesalnya sambil terus mencari keberadaan Dahnar di gedung DPRD Medan.

Tak lama, dua pria berseragam OKP datang ke gedung DPRD Medan. Mereka langsung memarkirkan kendaraannya ke lantai basement. Namun tidak diketahui jelas keperluannya, apakah berkaitan dengan Benny Sihotang atau hal lainnya.

Namun akhirnya, Benny dan Dahnar bertemu di salah satu koridor di lantai G. Disana, Benny langsung mencecar Dahnar.

“Kita sama-sama dilantik Walikota,” hardik Benny.

“Bukan gitu bang,” ujar Dahnar yang langsung ditimpal Benny.
“Jangan kau panggil aku abang! Kau suka aku bermasalah kan?! Kemarin aku bermasalah di Polresta ada kau peduli?! Kalau sekarang aku letak jabatanku, bukan aku yang datangi kau tapi anggotaku,” hardik Benny yang langsung ditenangkan oleh orang-orang yang berada di dekatnya saat itu. Keduanya pun memisahkan diri.

TANPA SEPENGETAHUAN PD PASAR MEDAN
Dari RDP tersebut diketahui bahwa renovasi meja yang dilakukan beberapa pedagang tidak diketahui oleh PD Pasar. Pihak CV Panin Sari melangkahi PD Pasar dengan seenaknya melakukan renovasi meja pedagang.

Tidak semua meja pedagang di renovasi. Namun hanya pedagang yang menghendakinya saja.

Pengakuan mengejutkan terungkap dari Yeti, salah satu pedagang Pasar Kemiri.

Yeti mengungkapkan, beberapa pedagang diintimidasi oleh CV Panin Sari untuk melakukan renovasi meja dengan bandrol Rp17,5 juta. Jika tidak, maka ijin berdagang para pedagang akan dicabut.

Selain itu, Yeti mengatakan adanya stand yang dibangun di halaman parkir. Per Stand dibandrol Rp50 juta. Ini juga tanpa sepengetahuan PD Pasar Medan.

“Kami mau merenovasi tapi nggak ada duit kami. Baru saja kami kredit mobil buat belanja ke pasar induk. Sampai orang ini ditakuti. Kalau nggak mau, kami cabut izinnya. Itu kata pak Naibaho. Tapi tidak ada musyawarah dengan para pedagang,” ujarnya.

Yeti juga mengatakan belum semua lantai di pasar kemiri yang direnovasi. Bahkan pihaknya sudah mencoba melakukan komunikasi ke kantor PD Pasar. Tapi tidak ada yang menanggapi.

“Kami sudah ke kantor tapi kepala pasar kami pak Pasaribu malah sembunyi. Nggak ada yang mau temui kami. Jadi jangan bilang kami nggak melakukan komunikasi dengan PD Pasar. Setelah pak Godfried (anggota Komisi C DPRD Medan) buat reses barulah kami mengadu dengannya,” ujar Yeti.

Sementara, Benny menegaskan pihaknya hanya melakukan peninggian lantai tanpa memungut biaya apapun dari pedagang. Sementara renovasi meja pedagang tidak ada melalui persetujuan pihaknya.

“Saya tegaskan apapun yang mau dilakukan di pasar harus atas ijin kami. Termasuk renovasi itu setelah kami setujui baru bisa dilakukan,” ujarnya.(win/ala)

Exit mobile version