Site icon SumutPos

Begal Marak, Polisi Belum Punya Formulasi Efektif

Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS
Petugas kepolisian mengangkat salah seorang tersangka pelaku kejahatan jalanan (Begal) saat gelar kasusu di RS Bhayangkara Medan, Senin (9/10) lalu. Kepolisian berhasil mengungkap kasus begal, dengan mengamankan dua orang penadah barang bukti, seorang di antara pelaku ditembak mati petugas.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aksi kejahatan jalanan (street crime) di Kota Medan kian marak, meski sudah belasan pelaku yang ditembak mati. Melihat kondisi ini, aparat kepolisian dianggap sudah salah kaprah dengan polanya. Memberantas begal dengan tindakan tegas dirasa belum begitu efektif, karenanya perlu program termekanisme sempurna untuk menekan angka kriminalitas jalanan ketimbang aksi umbar pelor.

Kriminolog Redianto Sidi mengatakan, harusnya Polisi membuat formulasi mulai pencegahan dan penanganan yang baik. “Pertama, saya melihat belum ada formulasi yang efektif untuk menekan atau mencegah tingginya angka begal. Seperti yang terakhir mereka rilis, ada puluhan titik rawan begal di Medan. Kita belum ada formulasi yang mereka buat untuk mencegah terjadinya begal di titik ini,” terang Redianto, Selasa (7/11).

Menurutnya, bila Polisi membeberkan sejumlah titik yang teridentifikasi rawan begal, harusnya ditempatkan petugas di titik itu untuk melakukan pencegahan. “Kalau bisa saya menyarankan di titik yang mereka bilang rawan begal itu ditempatkan polisi berpakaian preman atau berpakaian lengkap. Tujuannya, polisi berpakaian lengkap untuk melakukan pencegahan, sementara polisi berpakaian preman untuk melakukan penindakan kala terjadinya pembegalan,” bebernya.

Terkait maraknya pelaku kejahatan jalanan dengan kekerasan menyasar para pengguna jalan, khusus pesepedamotor, dia beranggapan hal itu terjadi atas beberapa faktor. “Ketika seseorang melakukan perbuatan yang di luar rasional kita tentunya kan ada faktor. Oleh karena itu ada faktor X. Orang yang tidak normal, tega menghabisi nyawa manusia pasti karena ada faktor yang menyebabkan dalam hal ini penyalahgunaan narkotika. Hal inilah yang harus kita urai untuk mencegah, menekan aksi kejahatan jalanan dengan kekerasan,” ungkap Redianto.

Kemudian dia juga menyingung sinergitas pemerintah dalam mensejahterakan masyarakat. Dia menilai, selain faktor penyalahgunaan narkotika ada faktor ekonomi yang menjadi dorongan pelaku berbuat jahat. Sudah menjadi hal umum orang dinyatakan mapan dalam segi perekonomian tidak mungkin mau melakukan kejahatan. “Oleh karena saya minta sinergitas dan perhatian pemerintah pula. Tentunya dorongan ekonomis menjadi salah satu yang utama pula. Logikanya, bila ada orang yang melakukan tindak kriminal mencuri misalnya ketika dia ekonominya baik, tentu perlu kita periksakan kejiawaannya atau memang sudah menjadi tabiatnya melakukan kejahatan saya rasa itu,” pungkas Redianto.

DPRD Medan mendukung Kepolisian memberlakukan tembak di tempat bagi pelaku begal. Bukan hanya itu, anggota dewan juga berharap, tembak ditempat juga diberlakukan kepada pengedar dan bandar narkoba serta penadah. Sebab disinyalir, sumber tingginya angka kriminal di Kota Medan tak lepas dari narkoba dan adanya penadah, terhadap barang curian yang dilakukan prilaku kriminal.

“Kita minta pihak kepolisian tidak ragu-ragu terhadap pelaku-pelaku kriminal yang meresahkan masyarakat. Terutama yang sering terjadi seperti begal,” kata Ketua Komisi A DPRD Medan Sabar Syamsuriah Sitepu kepada Sumut Pos, Selasa (7/11), menyikapi makin tingginya angka kriminalitas yang terjadi di Kota Medan belakangan ini.

Ia menilai, sayangnya sampai sekarang belum terlihat tindakan tegas pihak kepolisian terhadap penadah-penadah ini. “Nah inilah yang perlu dikejar sebenarnya. Karena kita yakin, kalau tidak ada penampungnya mau dimana barang itu dijual para pelaku kriminal tersebut,” katanya.

Oleh karenanya imbuh politisi Golkar ini, perlu dicari apa akar masalahnya, termasuk penyebab tingginya angka kriminal. Ia bahkan berkeyakinan, bahwa akar masalah itu karena narkoba dan adanya penadah. “Makanya jangan dikasih ampun, baik terhadap pengedar kecil, pengedar besar dan penadah itu. Samakan tindakannya dengan pelaku-pelaku kriminal,” tegasnya.

Semua hal ini juga berkaitan kepada masa depan generasi bangsa. Oleh sebab itu Sabar mengajak seluruh lapisan masyarakat ikut proaktif membantu tugas polisi. “Penyakit paling berat saat ini adalah masalah narkoba. Menyangkut masa depan bangsa, karena keturunan narkoba sudah tidak sehat pola pikirnya. Efek narkoba juga menjalar ke mana-mana, seperti prostitusi, begal, jambret, pemerkosaan dan lainnya,” katanya.Pemerintah juga didorong menyediakan fasilitas tes urine di setiap kepolisian sektor (polsek). Dimana setiap ada kejadian penangkapan pelaku kejahatan, bisa dites urine langsung dan tindakan yang diambil pasti berbeda dengan pelaku negatif narkoba. “Jangan sama penangannya dengan masyarakat tidak pemakai narkoba. Juga harus ada edukasi terhadap para kepala lingkungan, lurah dan camat secara nyata agar mereka mau tahu dengan wilayah dan masyarakatnya,” katanya.

Ketua Fraksi PDIP DPRD Medan, Hasyim, juga mendorong tindakan tegas pihak kepolisian kepada pelaku kejahatan jalanan. Menurutnya, sudah pantas diberlakukan tindakan tegas semacam itu untuk menghentikan street crime di Medan, yang sudah sangat meresahkan. “Saya pikir tindakan itu sudah sangat tepat dan pantas. Apalagi dari dulu kami sudah minta agar kepolisian memberlakukan tembak di tempat pelaku kejahatan jalanan seperti begal dan lainnya,” katanya kepada Sumut Pos, Senin (6/11).

Dikatakan Hasyim, adapun pemicu tingginya angka kriminalitas di Kota Medan adalah narkoba. Oleh karenanya, kalau bisa menurut dia pengedar dan bandar narkoba bisa diberlakukan tindakan serupa sehingga mengurangi angka kriminal. “Sumbernya itu adalah narkoba. Dengan narkoba perbuatan orang menjadi tidak waras. Karena bisa menghilangkan rasa takut, rasa empati sehingga tak sungkan berbuat kejahatan. Ini juga kalau bisa dihabisi, baik bandarnya maupun cuma pengedar,” katanya.

Lebih lanjut dikatakan Anggota Komisi C DPRD Medan itu, jika seluruh warga Medan ditanya perihal tindakan tembak di tempat terhadap pelaku kejahatan jalanan yang dilakukan polisi, pasti mendapat dukungan penuh. “Kita harus menyadari, kalau Medan sudah darurat begal dan narkoba. Kedua unsur itu tidak dapat dipisahkan. Makanya sumber utamanya juga harus dihabisi untuk mengurangi tindakan kejahatan. Saya pribadi mengapresiasi langkah tegas pihak kepolisian ini, kalau bisa pengedar dan bandar narkoba juga turut dihabisi,” pungkasnya. (dvs/prn/adz)

Exit mobile version