Site icon SumutPos

Survey City Institute: Eldin Ungguli Ramadhan

Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS Kedua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan mengambil undian nomor urut yang di gelar di Hotel Dharma Deli Medan, Selasa (25/8/2015) lalu.
Foto: DANIL SIREGAR/SUMUT POS
Kedua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan mengambil undian nomor urut yang di gelar di Hotel Dharma Deli Medan, Selasa (25/8/2015) lalu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jelang perhelatan pesta demokrasi di Kota Medan, Rabu 9 Desember 2015, lembaga riset terus mengumumkan hasil risetnya kepada khalayak. Hasilnya, sosok Dzulmi Eldin masih lebih unggul dari Ramadhan Pohan sebagai Wali Kota Medan periode mendatang.

Demikian diumumkan Koordinator Project Survey City Institute Veni Judo AF didampingi anggota project Randa Sinaga kepada wartawan, di Medan, Senin (7/12). Dari hasil temuan lapangan, khusus aspek popularitas yang dilakukan City Institute selama rentang 23-31 Oktober 2015 di 21 kecamatan di Kota Medan, Dzulmi Eldin menampati posisi teratas dengan persentase sebesar 65,9 persen disusul Ramadhan Pohan 13,6 persen, Akhyar Nasution 1,9 persen dan Eddie Kusuma sebesar 0,6 persen.

Pada bagian lain, berdasar tingkat elaktabilitas pasangan, pasangan Bang Eldin-Akhyar (BENAR) juga mengungguli pasangan calon nomor urut 2 Ramadhan-Eddie (REDI). Dimana, BENAR memperoleh 57,3 persen sementara REDI 35,9 persen. “Sisanya 5,9 persen responden tidak menentukan jawaban,” kata Judo.

Sedangkan pada aspek pemantapan terhadap pilihan calon, City Institute juga merilis hasil temuan di lapangan, 58,2 persen responden menjawab pilihannya sudah mantap, 28,9 persen responden menjawab masih mungkin berubah, dan 12,9 persen sisanya tidak memberikan jawaban.

Judo menjelaskan, penelitian yang mereka lakukan menggunakan metode kuantitatif dengan survei sebagai metode pengumpul data. Populasi survei ini berasal dari seluruh calon pemilih dalam Pilkada Medan atau seluruh penduduk yang minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah. Jumlah sampel sebesar 800 diperoleh melalui teknik pencuplikan secara rembang berjenjang (multistage random sampling). Disesuaikan dengan data jumlah pemilih 151 kelurahan dengan ketentuan proporsional di 21 kecamatan dirujuk dari Data Pemilih dan Data BPS Kota Medan untuk melihat posisi demografinya. Margin of error dalam penelitian ini kurang lebih 3,0 dengan tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Bukan tanpa alasan, dipilihnya Kota Medan sebagai lokasi penelitian karena status Kota Medan sebagai ibu kota Sumut, dimana kondisi masyarakatnya yang sangat heterogen, sehingga kemudian menjadi daya tarik tersendiri sebagai subjek penelitian.

Sedangkan pada sektor yang perlu mendapat prioritas pemerintah, dimana hal ini didasari oleh harapan masyarakat akan perubahan saat pilkada dilaksanakan. “Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa insfrastruktur jalan mendapatkan suara mayoritas masyarakat Kota Medan sebagai sarana yang wajib mendapatkan perhatian oleh pemerintah kota sebesar 28,8 persen, kemudian disusul ketersediaan sembako sebesar 21,8 persen, buruknya pelayanan publik sebesar 13,3 persen, sarana penerangan sebesar 7,3 persen, kelangkaan air bersih sebesar 4,5 persen, transportasi sebesar 1,9 persen, serta sektor lainnya 14,8 persen dan responden yang tidak menjawab sebanyak 7,6 persen.
Terpisah, Pengamat Politik Agus Suryadi menyatakan, Pilkada di Kota Medan ini head to head, dengan pendekatan metode yang digunakan tim survey, fakta Eldin-Akhyar lebih unggul dibandungkan Ramadhan-Eddie. “Saya percaya secara metodelogi hasil survey betul. Kecendrungannya karena dua caloin, kecuali tiga atau empat calon, tentu akan terbagi elektabilitasnya, walaupun secara populeritasnya tinggi,” katanya.

Dia menyampaikan, resistensi masyarakat terhadap Eldin sangat kecil. Hal ini menjadi lebih bagi seorang Eldin. Selama ini bisa dilihat, rekam jejak Eldin dari mass media dan fakta terekam dari banyaknya masyarakat menyatakan simpatik dan mendukung walaupun itu bukan jaminan memilih.

Selanjutnya, paparnya masing-masing pasangan calon memiliki strategi, yang mereka jalankan untuk meningkat populeritas dan elektabilitas. Perbandingannya, intenstitas Eldin-Akhyar melakukan kunjungan ke masyarakat berbanding terbalik dengan Ramahan-Eddie. “Intensitasnya jauh memberikan nilai lebih. Apalagi sosok Ramadhan Pohan belum dikenal luas oleh warga Kota Medan,” ujarnya.

Hal lainnya, Agus menyebutkan, Eldin-Akhyar merupakan putra daerah dan pernah berbuat di Kota Medan. Sedangkan Ramadhan-Eddie belum berbuat untuk Kota Medan, walaupun keduanya pernah tingal dan menetap di Kota Medan. “Hampir di seluruh wilayah Sumut, putra daerah menjadi penentu. Tapi bukan memutuskan harus dipilih, bedanya kalau pendatang telah berbuat, maka masyarakat bisa mempertimbangkan. Sedangkan Ramadhan-Eddie belum pernah berbuat,” tambahnya. (prn/ril)

Exit mobile version